Hey, been ages ya ga nulis lagi wkwk. maap. been busy and life s*cks that time hahaha. lagi mau nulis lagi dengan taruhan mengorek luka lama.. hope you guys enjoy dan bisa menemani kegabutan anda.
Pada saat itu aku menjalani 3 interview di 3 Bank, BCA, Panin (tempat Jason kerja) dan OCBC. Things goes well, sembari menunggu hasil interview dari 3 Bank tersebut, OCBC menghubungi ku lebih dahulu untuk tanda tangan kontrak kerja. But guess what?Setelah aku tanda tangan, Panin sms juga dong mau undang tanda tangan kontrak hahaha. yah gimana ya? Sudah terlanjur.. Hanya berharap pilihanku tidak salah karena ini akan menjadi pengalaman pertamaku bekerja. skip.
Seiring berjalannya waktu, aku menjalani hari-hariku dengan Jason. Hampir setiap weekend aku pergi ke mall dengannya, dengan teman-temannya juga. Semua terasa sempurna karena ada pria yang menyayangi aku, dan aku hidup damai tanpa beban. Tapi semua itu tipu muslihat. Sampai suatu hari dia berkata :
"Jess, koko mau ngomong.."
"Oh. iya opoo Ko? (oh iya ada apa ko?)" jawabku.
"Kamu kan udah dapet penghasilan, boleh ga bantu bayar uang listrik kosanmu ini?"
"Hmm ok gpp ko. Santai aja" jawabku tanpa terlalu peduli.
Tidak sampai disitu. Aku kira dia hanya minta bantu bayar uang listrik dan air kosan. Tak ku sangka dia melanjutkan kata-katanya.
"Oh kalau gitu, uang koko yg untuk kosan sblmnya sama uang yang lain-lain, bisa km balikin ke koko? gausah buru-buru. Santai aja. Pelan-pelan kamu cicil" ucapnya tanpa rasa malu.
'What.. The.. Heck..' ucapku dalam hati.
Aku sempat terdiam sejenak.
"Oh gitu ya? Yaudah aku nabung dulu buat bayar itu semua. Jangan khawatir" ucapku sedikit kesal namun dia seakan tidak peduli dengan nada kesalku.
Aku pun mulai berpikir, bukankah dulu dia bilang semuanya dia akan tanggung asalkan aku di surabaya dengannya? Let's be rational, dia yang dulu mengungkapkan janji itu, tapi dia juga yang minta balikin uangnya? Hey, i'm not a gold digger and i never ask for it right?
****
Perasaanku sudah mulai berubah kepada Jason, dia berubah. Tidak seperti Jason yang pertama ku kenal. Waktu pun terus berlalu dan aku semakin terbiasa membiayai hidupku sendiri. Sampai suatu saat aku menyadari kalau dia posesif.
Quote:
Aku ingat sekali waktu itu hari Senin, teman yang sudah ku anggap adik, bernama Sisca, dia mengundangku untuk pergi hari Sabtu bersama teman-teman perempuan lainnya. Karena Sisca akan segera menikah.
Ya aku sadar diri sebagai pacarnya Jason, aku info ke dia kalau aku diundang dan aku mau ikut. And he said, Yes gapapa ikut aja.
Guess what?Hari Jumat, Jason bilang kalau mau pergi ke mall sama teman-temannya dan dia mengajakku. Aku pun langsung bilang "gabisa, aku kan sudah janji sama Sisca mau ikut"
"Gausahlah, ngapain sih. Enakan jalan-jalan sama koko sama temen-temen. Emang kamu ga sayang koko lagi ta?" ucapnya sedikit mengancam.
Karena aku tipikal orang yang males ribut, akhirnya dengan berat hati aku cancel acaraku dengan Sisca. Dan aku besoknya ikut pergi dengan Jason. Demi apapun ya, literally itu cuma jalan ke mall biasa, dan dengan teman-temannya yang ga gubris aku sama sekali! Woy, gila sih ini mah. Tau akan begini kan mendingan aku ikut Sisca iya ga sih? 🥺
Yang lebih parah, dia juga tidak mengizinkanku untuk pulang ke Jakarta waktu Natal tiba untuk merayakan dengan mamaku. Dengan berat hati dan kecewa aku bilang ke mamaku kalau dia tidak mengizinkanku pulang kerumah. Dan mamaku juga hanya bisa bersabar dan mencoba untuk positif thinking, berharap kalau Jason ingin merayakan natal berdua denganku. But in another hand, dia menawarkan untuk natalan di kampung halamannya (lupa dimana, yang jelas di Jawa Timur juga).
And this is where, the nightmare begins..
Spoiler for :
Side story sebelum pergi ke kampung halamannya.
Suatu hari, orang tua Jason datang mampir ke Surabaya untuk mengunjungi Jason (yaiyalah) dan sekalian mampir ke apartemen sodaranya yang baru. Jason pagi-pagi dengan penuh semangat menghubungiku untuk ikut dengannya dan akan dikenalkan dengan orang tuanya.
First thing you have to know guys,dulu awal kenalan, Jason sempat kirim fotoku ke mamanya. Dan reaksi mamanya adalah 'cantik ya kayak cewek Korea'
Jason menjemputku dengan mobil hitam mungilnya, langsung ke apartemen sodaranya. Karena kebetulan orang tuanya lagi mampir di sana. Sampai di parkiran, sepanjang jalan sampai menuju lift, Jason menggandengku dan menenangkan aku.
"Tenang aja Jess, mereka pasti suka kamu kok" ucapnya.
"Iya kah? Hmm baiklah" ucapku sedikit terbata-bata.
Saat pintu lift terbuka, Jason reflek melepas genggaman tangannya, dan berjalan lebih cepat di depanku. Seakan tidak peduli dengan keberadaanku. Aku sempat mematung beberapa detik sebelum berjalan pelan ke arah orang tuanya. Bisa ku lihat Papanya sedang berdiri di dekat pintu Emergency, sedangkan mamanya berdiri di depan pintu Unit sodaranya yang dalam posisi terbuka.
Dan for the sake of God, aku lihat sendiri ekspresi mamanya yang tadinya senyum melihat Jason tiba-tiba tanpa ekspresi saat melihatku.
"Siang Suk, Ai" sapaku mencoba ramah.
Coba tebak respon apa yang ku dapat? NIHIL. Tidak ada respon, tidak ada kontak mata, tidak ada jawaban, malah buang muka...
Tiba-tiba salah satu Tantenya dari dalam apartemen melihat keluar, ke arahku, sambil tersenyum.
"Oh ini ta temennya Jason? Cantik ya. Sini masuk nik" sapanya dengan sangat ramah.
Mataku hampir berkaca-kaca saat aku mendapatkan dua perlakuan yang sangat berbeda di waktu yang sama. Aku pun masuk ke apartemennya dan hanya duduk di pojok. Mereka semua sibuk bersua termasuk Jason. Dia meninggalkanku sendiri, tanpa teman bicara. Hampir setengah jam berlalu, akhirnya Jason menghampiriku.
"Loh kok diem aja?" tanya Jason.
"Lah aku kate ngomong sama siapa loh? Mereka rasa e nda welcome ambek aku"-Lah aku mau ngomong sama siapa? mereka rasanya ngga welcome sqma aku- jawabku agak kesal.
"Loh nda ya toh. Wes iki makanen"-loh ngga kok. Yauda ni makan dulu- jawab Jason sambil memberikan sepotong kue kepadaku, dan duduk di sebelahku.
Tiba-tiba Jason memanggil mamanya untuk duduk di sebelahnya.
"Ma sini. Duduk sini. Ini loh ajakin ngobrol" ucap Jason kepada mamanya.
"Loh iya mama kan tadi lagi ngobrol sama tante. Bingung mama juga mau ngomong apa." sahut beliau dengan alasan klasiknya.
Pada akhirnya kami bertiga juga tidak berbicara satu patah kata pun. Sampai sepupunya Jason, Monic, mengajak kami pergi ke Mall.
"Kita ke Mall yuk, pengen jalan-jalan" ujar Monic.
Akhirnya setelah berunding siapa saja yang pergi dan pakai mobil siapa, akhirnya aku satu mobil dengan Jason, ortunya dan tantenya. Sedangkan Monic di mobil berbeda dengan Papa dan adiknya.
"Suk, silahkan duduk di depan" ucapku kepada papanya Jason.
"Oh gak usah. Kamu di depan saja. Suksuk tak di belakang."-Om duduk di belakang saja-
Sampai di Mall yang entah apa namanya, kami semua keluar dari mobil dan berjalan memasuki mall tersebut. Saat menapakkan kaki di mall, semua langsung terpecah. Monic dengan keluarganya, Papa Jason jalan sendiri, Jason digandeng mamanya dan jalan lumayan cepat di depanku. Dari belakang aku menyaksikan itu semua, dan aku merasa seakan mereka pergi tanpaku. Cukup lama sampai mereka tidak menyadari kalau aku berjalan sendiri di belakang.
"Loh kamu kok sendiri?" tanya Jason.
'Muatamu jalan sendiri, km ga peka ta sama kelakuanmu?' umpatku dalam hati.
"hah? gapapa." aku berbohong sambil menahan mataku yang hampir berkaca-kaca.
Setelah muter-muter mall dan makan. Kami kembali ke apartemen untuk istirahat sejenak. Lalu Jason pamit untuk pulang sebentar. Mama dan Papanya masih akan tinggal di apartemen tersebut
Mau tahu kelanjutannya? tungguin part selanjutnya ya boss.