Kaskus

Story

l13skaAvatar border
TS
l13ska
Hijrah Yang Tertunda
Hijrah Yang Tertunda

Kenalkan, namaku Alysha, aku terlahir dari keluarga yang tak begitu taat dalam beribadah. Meski beragama Islam, bisa dibilang keluargaku tidaklah agamis. Jangankan sholat, ibadah yang lain saja tak pernah. Paling, mereka hanya puasa di bulan Ramadhan. Istilah populernya keluargaku itu Islam KTP.

Sejak kecil, kedua orangtua terlalu sibuk untuk mengajarkanku ilmu agama. Jangankan sholat dan mengaji mengajari tata krama dan sopan santun saja mereka tak pernah. Hidup mereka hanya berkutat pada pekerjaan dan mencari uang. Uang. Uang dan uang. emoticon-Kalah

Meski demikian aku dan kedua kakakku rajin mengaji di TPQ dekat rumah kami. Hampir setiap hari aku mengaji dan berhijab selama dua hingga tiga jam. Kebiasaan sederhana itu membuatku terbiasa dengan hijab. Mungkin, dari sinilah awal mula timbul keinginan untuk mengenakan hijab.



Tepatnya sejak duduk di bangku kelas 6 SD keinginan berhijab itu muncul semakin kuat dalam diriku. Terlebih melihat dua kakaku yang sekolah di salah satu sekolah swasta Islam. Mereka tampak anggun setiap kali berangkat sekolah. Seluruh auratnya tertutup rapat hingga aku yakin tak seorangpun berani menggoda mereka.

Quote:


Saat itu trend berhijab belum seperti sekarang ini. Jarang sekali ditemui ada orang yang berhijab secara syariat. Hampir bisa dihitung dengan jari. Rerata para ibu hanya mengenakan kerudung ketika mengaji atau melayat. Itupun kepala tidak benar-benar tertutup kain kerudung, selebihnya masih kasat mata.

Tahun 1999, saat penerimaan siswa baru aku gagal memenuhi cita-cita saya untuk berhijab. Rupanya aku telah keliru mengambil keputusan dengan memesan baju seragam biasa. Tidak secara khusus memesan seragam muslimah.

"Tak mengapa, mungkin nanti kalau ada rejeki aku akan buat seragam muslimah sendiri." Hiburku pada diri sendiri tiap kecewa mampir di pikiranku.

Selama SMP keinginan berhijab terus saja kupendam. Terlebih saat aku melihat Fara, gadis keturunan Arab yang cantik dan anggun dalam balutan seragam serta hijab segi empatnya. Aku pun mengatakan dengan yakin pada diri sendiri bahwa nanti ketika masuk SMA aku mau pakai hijab.

Jujur, aku suka iri melihat Fara yang terlihat sangat cantik dan anggun dengan seragam muslimahnya. Iri? Iya aku iri. Terlebih tersiar sebuah kabar bahwa Rafi, gebetanku menyukai Fara.

Ah, itu cinta masa lalu. Tak lebih dari cinta monyet biasa.



Aku memang suka iri jika melihat ada orang berhijab tak terkecuali Fara. Rafi? Sudah lama ia kusingkirkan dari hatiku. Dalam hatiku hanya ada keinginan segera berhijab, tak sempat memikirkan cinta dan pria. Namun persiapan dan kesiapan berhijab belum ada di diriku.

šŸ§—ā€ā™€ļøšŸ§—ā€ā™€ļøšŸ§—ā€ā™€ļø
[/CENTER]

Quote:


šŸ§—ā€ā™€ļøšŸ§—ā€ā™€ļøšŸ§—ā€ā™€ļø
[/CENTER]
12 Januari 2005

Wiwin tiba-tiba menarik tanganku dan menuntutku berjalan menunju ruang BDI, disana para senior BDI serta beberapa anggota BDI sudah menunggu kedatanganku.

Mereka sudah menyiapkan beberapa stel baju seragam muslimah untuk kupilih dan kugunakan.
Aku ragu, berjalan perlahan menghampiri gerombolan kawan-kawan BDI.

"Ayo Sha, kamu coba deh seragamnya. Dulu demi aku kamu rela nahan keinginan untuk berhijab. Sekarang di depan matamu sudah banyak seragam yang bisa kamu pilih dan kamu pakai."

Wiwin meyakinkan aku untuk segera memilih baju seragam yang tertata rapi di sebuah kardus bekas televisi. Aku berjalan perlahan menghampiri kardus di dekat meja itu. Tatapanku tak berpaling sedikitpun dari kardus tersebut.

Aku teringat, sejak kelas satu aku dan Wiwin memutuskan untuk berhijab bareng. Keinginan kami hampir terwujud saat kami kelas dua.

emoticon-Salamanemoticon-Blue Guy Cendol (L)

Namun, karena baju seragam dari para alumnus BDI hanya cukup untuk satu orang saja. Aku mengalah kepada Wiwin yang memang lebih membutuhkan. Pikirku waktu itu, aku bisa membeli seragam sendiri.

Rupanya rencana tinggal rencana. Jangankan untuk membeli seragam baru, bayar spp saja aku menunggak hingga dua bulan.

Quote:


Wajahku pasti berubah menjadi senang. Benar kata Wiwin, aku sudah lama menanti datangnya seragam-seragam ini. Kuambil beberapa potong baju di depanku. Kucoba satu persatu tanpa melepas seragam sekolah yang kukenakan.

Ada yang kebesaran dan ada pula yang kekecilan. Beberapa malah terlalu pendek diatas mata kaki. Akupun membawa beberapa potong seragam yang pas untukku. Alhamdulillah, mungkin sudah waktunya aku berhijab.

šŸ§—ā€ā™€ļøšŸ§—ā€ā™€ļøšŸ§—ā€ā™€ļø


16 Januari 2005.

Tahun ketiga aku di SMA, tepatnya sebelum semester kedua dimulai.

Aku terdiam duduk di pinggiran tempat tidurku. Seragam yang hendak kukenakan besok sudah berada di oangkunku. Kutatap dalam-dalam setelan seragam SMA itu. Kupandangi lagi untuk menyingkirkan segala keraguan.

"Apakah aku siap?" batinku terus bergejolak dengan satu pertanyaan itu.

Tidak ah, aku belum siap minggu depan saja.

Lalu tiba-tiba aku teringat Anisa, salah satu temanku yang aktif di BDI

"Lalu kapan kamu siapnya? Kalau nunggu siap kamu gak akan siap-siap Sha..." kata-kata Anisa masih terngiang-ngiang di telingaku.

Benar. Jika menunggu kesiapan sampai kapanpun aku tak kan siap.

Sudah lima tahun aku menyiapkan hatiku untuk melakukan hijrah ini.

Namun, apa yang kudapat? Aku tak kunjung siap tak kunjung yakin untuk menutup semua auratku.



šŸ§—ā€ā™€ļøšŸ§—ā€ā™€ļøšŸ§—ā€ā™€ļø


Alisa berdiri mematung melihat madingsekolah di depannya. Ditatapnya dalam-dalam setiap pengumuman sembari menatap penampilan barunya di depan kaca mading.

Beberapa siswa riwa-riwi melewati Alisa dengan penampilan barunya. Dari balik kaca mading ia bisa melihat beberapa teman sekolah berjalan melewatinya saja. Mereka seolah tak kenal dengan Alysha.

Dari pantulan kaca tampak bayangan Menik, kawan Alysha dari SMP yang berjalan memasuki lobi. Alysha langsung membalikkan badan untuk menyapanya. Baru saja ia membalikkan badannya. Menik sontak terkaget dan menghentikan langkah kakinya.

"Alysha. Ya ampun kaget aku. Aku pangling, kupikir siapa tadi." kata Menik histeris.

Alysha yang juga kaget melihat reaksi Menik hanya diam sambil mengeluarkan senyum manisnya.

Itulah hari pertama Alisha berhijab. Hampir semua temannya kaget akan keputusan tersebut. Namun, tak jarang yang ikut bahagia melihat perubahan Alisha.


šŸ§—ā€ā™€ļøšŸ§—ā€ā™€ļøšŸ§—ā€ā™€ļø


Seperti tebakannya, keluarga Alysha diam dan cuek dengan perubahannya yang kini berhijab. Seolah tak pernah perduli. Seperti biasa.

Alysha tak mau ambil pusing akan reaksi keluarganya. Ia fokus menyortir isi lemarinya. Memisahkan baju-baju yang hanya bisa digunakan di dalam rumah serta memilih baju yang bisa dipadu-padankan dengan kerudung.

Hari itu hari libur. Alysha mengingat-ingat setiap reaksi kawannya di sekolah. Ada yang kaget, senang dan bahkan ada yang dengan hebohnya menciumi pipi Alysha dan memeluk tubuhnya dengan erat.

Komentar pun bermacam-macam:
-Ih, pangling aku
-Jadi tambah cantik
-Kamu yakin berhijab? Gak dicopot-copot lagi kan?

Dan tentunya satu respon sangat menghangatkan hati Alysha berasal dari Rian, ketua umum BDI sekaligus rekan satu ekstrakurikuler literasi. Alysha tersenyum sendiri demi mengingat kejadian itu. Kejadian yang akan menjadi kenangan indah dalam hidupnya. Iya, ia bahagia dan semakin mantap akan keputusannya.

"Alysha itu kamu?! Wah keren. Tambah cantik." kata Rian.

Begitulah Rian berlalu sambil mengacungkan jempolnya ke arah Alisha. Tak lupa senyum indah Rian yang selama ini membuat Alysha jatuh hati. Angin sejuk seolah menyentuh hati Alysha. Ia kini telah berhijab. Melaksanakan salah satu perintah Allah.


Begitulah semua bermula. Alysha telah menemukan ketentraman dengan keputusan hijrahnya. Menutup aurat dengan berhijab adalah mimpi besarnya yang menjadi kenyataan.

šŸ§—ā€ā™€ļøšŸ§—ā€ā™€ļøšŸ§—ā€ā™€ļø[CENTER]

Ramadhan 1440 H
9 Mei 2019

"Umi, sudah selesai liat-liat koleksi fotonya?"

Sebuah panggilan membuyarkan lamunan wanita berusia 30 tahunan itu. Meski tubuhnya tak seramping dulu, namun guratan kecantikan masih melekat dalam dirinya. Ditolehnya lelaki pujaannya itu. Suaminya tengah geleng-geleng kepala sembari memandangi jam tangannya.

"Sudah jam empat, Umi.." kata suaminya mengingatkan.

"Iya, Abi. Maaf, sebentar lagi Umi siapin makanan buat berbuka ya.."

Wanita yang rupanya Alysha itu untuk terakhir kali menatap foto-foto pada album ditangannya. Kemudian ditutupnya album tersebut dan meletakkan diatas meja. Sebuah meja berukuran kecil yang terdapat sebuah pigura dengan foto sepasang pengantin yang tampak sangat bahagia.

Hijrah Yang Tertunda
Sumber Gambar: m.brilio.net

Di foto paling bawah bertuliskan:

[CENTER]Wedding Day
Alysha dan M. Rian

Batu, 27 Mei 2015





***Sekian***


Batu, 10 Mei 2019
Diubah oleh l13ska 12-05-2019 14:18
CahayahalimahAvatar border
alizazetAvatar border
anasabilaAvatar border
anasabila dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.8K
12
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan