- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Salju Bersemi #Cerpen


TS
User telah dihapus
Salju Bersemi #Cerpen
Salju yang berjatuhan di rambut gadis itu menciptakan sebuah pemandangan indah yang tak pernah bisa ia lihat pada diri orang lain sebelumnya. Ia terpana atau apapun yang membahasakan dirinya begitu terkagum pada gadis itu. Rambutnya yang legam tidak terlalu panjang jatuh di atas bahunya itu membingkai wajah oval yang kini berbinar berusaha meraih butiran dengan telapak tangannya. Salju pertama turun di Edinburgh. Di saat dirinya tidak menduga akan langsung bertemu dengan gadis yang sudah lama tak berjumpa dengannya setelah mereka lulus menyandang gelar sarjana di Indonesia. Takdir memilihnya bertemu lagi dengan gadis ini. Gadis di depannya melarikan diri dari penatnya Jakarta, dari dia. Niat utama gadis itu yang ia ingat adalah melupakan dirinya. Menarik, bukan? Kini ia hadir di hadapan gadis itu tapi gadis itu tidak memusuhinya malah menyambutnya bak pahlawan yang baru pulang dari medan perang. Gadis itu selalu begitu, tidak pernah sekalipun membencinya walau dulu mereka tidak bisa bersama.
Saat itu dirinya memiliki kekasih. Akan sangat kurang ajar apabila ia meninggalkan kekasihnya waktu itu demi orang lain. Gadis di hadapannya berbeda dari semua perempuan yang telah ia kenal. Gadis itu jujur bahkan kepada perasaannya sendiri. Ia menerima pengakuan rasa dari gadis itu dengan tulus tapi saat itu keadaan tidak memungkinkan. Ia memaksa tetap berteman ketika gadis itu ingin menjauhinya karena diam-diam dirinya juga memendam rasa dengan gadis itu. Ia telah jatuh pada gadis itu. Entah tarikan gravitasi apa yang menyebabkan dirinya jatuh pada gadis itu padahal dulu ia memiliki kekasih—untuk sekarang hubungan lamanya telah berakhir. Ia mengakhirinya karena ia sadar kalau gadis ini lebih dari sekadar yang dia inginkan. Ia butuh gadis di hadapannya sekarang.
Ia masih tidak bisa mengalihkan pandangannya dari gadis yang kini memantik sesuatu dalam dirinya untuk berani bertindak. Alasannya ke Edinburgh jauh-jauh dari Jakarta hanya karena ia sejujurnya ingin bertemu dengan gadis ini. “Anna.” Pipi gadis itu bersemu merah karena udara dingin. Walau ia hanya melihatnya dari samping tapi nampak jelas. Anna menoleh, “Ya?” Anna terlihat sangat menawan di matanya. Kecantikan yang membuat siapapun bisa jatuh hati. Jika dibandingkan dengan banyak kecantikan di dunia ini, mungkin kecantikan Anna tidak bisa menandingi, tetapi entah mengapa ia bergetar dan runtuh acap kali memandang gadis itu. Perasaan membuncah ini baru ia rasakan ketika dirinya bersama Anna. Dirinya bersumpah jika ini tak terjadi dan Anna mampu membuatnya seperti ini…
“Senang bisa ketemu lagi setelah lama kamu lari menjauh,” ucapnya. Raut wajah Anna berubah. Kepalanya tertunduk dan menghela napas, “Mmm… ya. Aku cuma beri kamu ruang untuk menentukan dan berpikir. Itu yang diinginkan siapapun yang sulit memilih, kan?” Senyum Anna melengkung seperti bulan sabit, gigi kelincinya mempermanis lengkungan indah bibirnya. Bagaimana bisa Anna punya perasaan padanya? Pada laki-laki sepertinya. Meski ia tahu secara paras, ia sangat menawan dan dikagumi oleh banyak gadis. Semua orang menyukainya. Prestasi yang banyak di bidang olahraga maupun pendidikan. Tapi sesungguhnya ia adalah pembohong dan brengsek. Ia membohongi perasaannya sendiri dan membuat Anna lari menjauh. Sekarang… ia menyusul Anna. Berharap gadis itu berubah pikiran.
“Boleh tanya?” katanya berusaha berbicara setenang mungkin agar tidak terlihat gugup. Ia tidak mau terlihat layaknya pengecut. Anna mengangguk. Beanie yang Anna kenakan sangat lucu dibarengi anggukan Anna yang terlihat kayak anak kecil. Anna memandangnya bertanya, “Apa?”
“Apa alasan kamu dulu suka sama aku?” Pertanyaan itu membuat Anna tersentak. Pandangannya tak fokus dan mengalihkannya ke sekitar. Jemarinya menggapai salju indah yang bergulir sebagian di rambutnya. “Anna?”
“Kamu tahu alasan salju turun?”
“Apa?” tanyanya bingung.
“Karena sudah waktunya turun. Sesuai dengan iklim di negara yang ia jatuhi, kalau iklim tropis, maka yang jatuh adalah hujan. Dan perasaan aku jatuh ke kamu karena memang sudah seharusnya begitu. Kalau bukan kamu, perasaan ini enggak akan ada.” Anna memandangnya lagi. Anna merogohkan tangannya ke dalam saku mantelnya yang tebal. Anna selalu bisa menjelaskan secara sederhana. Anna tidak pernah bisa menjelaskan secara rinci semua mengenai hati.
“Dulu, aku pernah bilang kalau aku tidak bisa—” belum selesai Anna bicara, ia memotong kata-kata Anna dan mendahului, “—menjelaskan sesuatu yang berhubungan dengan perasaan.” Gadis itu menampilkan senyumannya lagi.
Anna mengangguk. “Tahu kalau kamu baik-baik dan sehat saja aku sudah senang. Sekarang kamu ke sini jauh-jauh untuk apa?” kata Anna. Air mukanya berubah aneh. Jauh lebih serius dan dingin. Senyum itu sirna. Rahang gadis itu mengeras, “Kalau hanya untuk minta maaf, aku tidak terima. Aku hanya mau menerima pengakuan.”
“Pengakuan apa?” pancingnya. Ia melangkah mendekat ke arah gadis itu. Anna diam di tempat menjawab, “Jujur atas perasaan.”
“Perasaan? Apa maksudnya?” tanyanya lagi. Uap dari napasnya yang berembus hampir saja mengenai wajah Anna karena ia mempersempit jarak mereka. Anna memutar bola matanya, gadis itu pasti menganggapnya sama saja seperti dulu. Tidak punya pendirian dan akan berbohong lagi mengenai perasaan sesungguhnya. Maka, sebelum Anna melangkah mengabaikannya, meninggalkannya, pergi lagi darinya… dalam sekali hentakan ia menarik lengan Anna.
Kedua tangannya menangkup wajah gadis itu. Ia melakukan sebuah hal yang tak ia duga akan dilakukannya kepada Anna. Ciuman hangatnya membungkam bibir Anna dikala sikap gadis itu yang makin sedingin salju. Ia harap kehangatan ini bisa melelehkan kembali hati Anna yang mungkin telah membeku. Merubah hati Anna tidaklah mudah dan ia siap menerima tamparan keras dari Anna. Selama sepersekian detik ia tidak sadar kalau Anna menyambutnya. Anna mengalungkan lengan di lehernya dan menyambut ciumannya. Waktu seakan berhenti dan ia harap momen ini membeku. Yang ia tahu, dirinya dan gadis itu sama-sama tersenyum dalam ciuman manis mereka. Musim dingin diiringi tumpahan perasaan mereka yang merekah bagai bunga di musim semi.
FIN.
FIN.




phyu.03 dan bukhorigan memberi reputasi
2
478
14


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan