Kaskus

Story

janahjoy35Avatar border
TS
janahjoy35
Parasit

Quote:



Parasit

Joy

 

Dari sekian nuansa perkebunan, bukan pada hamparan sayuran yang luas bak permadani hijau, bukan pada gunung yang menjulang tinggi kokoh memangku langit, bukan pula pada gemericik air yang mengalir jernih menyejukan, perhatian Midah tertambat. Yang mengisi pikiran, hati dan pandangannya hanya putri satu-satunya yang sudah lebih dari 2 tahun tak kunjung pulang menemuinya.

“Apakah putrimu tidak suka laki-laki, Midah?” pertanyaan Anon tempo hari sungguh mengganggu pikirannya.

“Anak Wak mah, kayaknya gak tertarik dengan laki-laki.” Pernyataan Iponk, tukang ojek yang selalu mangantarnya ke pasar tak urung turut membuatnya gelisah. Tanpa ia sadari, air mata mengalir menganak sungai menelusuri setiap lekukan keriput di pipinya. Midah terisak tersedu-sedu, tubuhnya roboh terduduk di tanah.

“Ya Allah, apa salah dan dosaku,” terasa ada belati tumpul yang perlahan menusuk ulu hatinya, Midah merintih menahan sakit batinnya.

“Sabar Midah, nanti juga si Dewi ada jodohnya. Jangan berpikiran yang tidak-tidak dulu.” Udin suami ke-dua-nya tiba-tiba sudah ada di sampingnya menepuk-nepuk pundaknya lembut mengalirkan sensasi menenangkan.

“Aku malu Pak, sekarang si Dewi sudah 33 tahun, teman-teman sebayanya sudah menikah semua,” Midah kembali terisak.

“Bahkan keluarga dari almarhum mantan suamiku, menyalahkan aku Pak. Mereka bilang semua ini gara-gara aku terburu-buru nikah lagi, belum lagi sebelumnya kan Dewi di duluin Abdul adiknya....” tutur Midah masih di sela-sela tangis nya.

“Tapi Dewi tuh memang dari dulu seperti tak tertarik dengan pernikahan, waktu kakaknya Fahri menikah, dia tidak datang dan lebih memilih lembur di pabrik.” lanjut Midah pada Udin yang baru di nikahinya 2 tahun ini.

Udin mengambil perbekalan mereka, “Kita makan dulu.”

“Mungkin kita harus ke orang pinter Pak, kita obtain Dewi pak.” Midah tidak perduli dengan suaminya yang sudah tak sabar ingin makan.

“Aku sudah berencana begitu Midah. Sekarang aku lapar, tolong kau siapkan ya, aku mau bersih-bersih dulu,” Udin memberikan perbekalan kepada Midah dan berlalu menuju sungai jernih yang tidak jauh dari saungtempat ia dan Midah beristirahat setelah mengurus ladang sayuran mereka.

***

Setelah melewati perjalanan terjal, gelap, dengan sepanjang mata memandang hanya pepohonan dan belukar layaknya di dalam hutan, tibalah Udin dan Midah di depan sebuah rumah panggung bernuansa Jawa. Udin memarkir motornya di halaman rumah itu. Bau dupa tercium sampai ke halaman rumah, membuat aura mistis terasa kuat di rumah itu.

“Mau ke Embah Surip?” tanya seorang pemuda yang tengah duduk di teras rumah

.

“Iya, Embah Surip nya ada?” Udin mengajak pemuda itu bersalaman. “Ada, si Embah emang udah bilang mau ada tamu, katanya. Sebentar saya bilangin ke si Embah dulu ya,” pemuda itu beringsut dan bergegas melipir ke belakang rumah.

Tidak lama kemudian, pintu rumah terbuka. Pemuda tadi muncul dari dalam rumah dengan senyum ramah mempersilahkan Udin dan Midah masuk.

Suasana di dalam rumah terasa hangat dengan cahaya temaram kekuningan dari lampu sentir. Bau dupa tercium lebih kuat di ruang tamu rumah Embah Surip. Lukisan wali songo terpajang, berderet rapih di dinding kayu. Tidak ada kursi di ruangan itu, Udin dan Midah di persilahkan duduk lesehan di atas karpet.

Tirai merah ke-emasan penutup pintu penghubung ruang tamu dan ruang tengah rumah Embah Surip terbuka. Sesosok laki-laki tua kharismatik keluar dan langsung mengambil posisi duduk tidak jauh dengan Udin. “Lama kamu tak kesini Udin, gimana kabar kamu, sehat?”

“Alhamdulillah, sehat Embah.” Udin mencium tangan Embah Surip dengan takzim.

“Jadi apa yang membawamu jauh-jauh kesini Udin?” Embah Surip bertanya kepada Udin tapi matanya menatap lekat Midah.

“Ini Embah, istri saya punya anak perempuan dari suami sebelumnya. Sudah 33 tahun usia anaknya itu tapi belum juga ada keinginan menikah. Mungkin Embah bisa bantu.” Kepala Embah Surip manggut-manggut menyimak perkataan Udin.

“Ada foto-nya?” Midah sudah menduga, Embah Surip akan memerlukan foto Dewi. Dengan sigap midah mengeluarkan ponsel pintarnya dan menunjukan foto Dewi yang ia jadikan wallpaperponselnya.

“Siapa namanya? Berapa tanggal lahirnya?” Embah Surip bertanya pada Midah sambil menyipitkan mata fokus melihat foto Dewi.

“Namanya Dewi, lahirnya 6 Juni 1988.” Jawab Midah singkat.

Embah Surip mengembalikan ponsel pintar Midah, kemudian memejamkan mata, bibirnya terlihat mendremimilkan doa-doa. Midah sesekali menatap Udin, yang kemudian di jawab dengan anggukan pelan sebagai isyarat untuk bersabar menunggu Embah Surip yang sedang menerawang Dewi anaknya.

“Ehmmmm, ada sosok yang mengikuti anakmu. Mungkin pernah ada yang mau sama anakmu tapi di tolak.” Kata Embah Surip dengan mata yang masih terpejam, kemudian lanjut mendremimilkan mantra dan doa lagi.

“Saya bisa bantu, tapi harus anakmu sendiri yang datang kesini,” Kata Embah Surip yang sepertinya telah selesai menerawang.

“Akan sulit kalau anaknya tidak ada disini, saya tidak bisa mengusir mahluk yang terus mengikutinya.” Lanjut Embah Surip sambil menyulut sebatang cerutu. Midah dan Udin saling tatap, kemudian kepala mereka manggu-manggut menandakan mereka setuju dan percaya dengan Embah Surip.

***

Dengan semangkok sup hangat, Dewi masuk ke kamarnya Midah. Di lihatnya ibunya itu sedang tertidur. “Ibu ....” panggil Dewi pelan.

Setelah meletakan sop di nakas pinggir ranjang, ia duduk di samping tubuh ibunya yang terlihat ringkih dan semakin tua. Matanya berkaca-kaca, mengingat betapa sehat dan segar ibunya sewaktu dulu ia meninggalkannya untuk bekerja di luar kota. Dewi mulai memijat kaki ibunya perlahan, inilah tugasnya dulu. Memijat kaki ibunya sampai ibunya tertidur lelap.

Dewi langsung pulang kampung, ketika Fahri─kakaknya mengabarkan bahwa ibunya sakit. Sejak telepon terakhir dengannya ibunya menjadi murung, tidak mau keluar kamar, tidak mau makan, bahkan tidak mau bicara dengan siapapun.

Dewi teringat bagaimana ia bersitegang dengan ibunya di telepon. Ibunya memang kerap menuntutnya menikah. Tapi untuk yang kemarin itu Dewi betul-betul marah. Sepontan, ia  menceritakan alasan kenapa sampai detik ini dia belum juga mau menikah. Dewi tau, seharusnya ia tak melakukan itu, tapi dia tidak mau ibunya melibatkan dukun dalam masalahnya. Dia hawatir ibunya melakukan syirik. Dan menjadi musrik, naudzubillah!.

“Wie....” Midah mengerjap-ngerjapkan matanya sambil beranjak berusaha bangun dari tidurnya. Dewi bergegas membantu Midah yang terlihat kesulitan. “Ibu kalo gak kuat, tiduran aja,”

“Ibu kuat kok. Akhirnya kamu pulang Nak. Ibu kangen sama kamu wie,” Midah menggenggam tangan Dewi dan mengelus-ngelusnya, seakan tangan itu masih sebentuk tangan mungil bayi perempuan yang dulu sangat dimanjakannya. Mata Midah seketika berkaca-kaca manakala ia teringat betapa banyak luka dan kesengsaraan yang telah di alami anak perempuannya ini.

“Maafin ibu ya nak....” Midah terisak, bahunya bergetar hebat menahan luapan kesedihan yang tiba-tiba menjalar menyesakan dadanya.

“Ibu kenapa? Aku yang minta maaf, aku tau pasti ibu tersiksa dan malu punya anak sepertiku,” Dewi memeluk ibunya erat, ia pun tak kalah sedih. Tapi begitulah Dewi, wataknya yang keras membuatnya terlihat sebagai sosok yang tak punya hati ketimbang tegar.

“Tidak Nak, buat ibu kamu sempurna dan ibu bangga dengan kamu. Ibu tidak akan perduli lagi dengan apa yang di omongkan orang tentang kamu. Tohmereka tidak pernah tau kamu sudah sangat berjuang keras untuk bisa bertahan sejauh ini,” Midah tersedu-sedu di pelukan Dewi.

Midah memeluk Dewi semakin erat. Ia ingin merasakan kenangan pahit yang telah di alami anaknya yang sampai saat ini menjadi parasit dalah jiwa anaknya.

Hatinya remuk, hancur oleh kekecewaan, kemarahan dan ketidakberdayaan. Selama 20 tahun ia tidak menyadari bahwa anaknya ternyata punya trumatis terhadap laki-laki. Dan lebih menyakitkan lagi, yang menyebabkan itu semua adalah suaminya─ayah kandung Dewi sendiri.

“Putriku sayang, putriku malang....”jerit batin Midah.



***
baronfreakzAvatar border
pulaukapokAvatar border
jiyanqAvatar border
jiyanq dan 3 lainnya memberi reputasi
4
976
4
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan