Kaskus

Story

User telah dihapusAvatar border
TS
User telah dihapus
"I love you, ain't that the worst thing you ever heard?" #Cerpen
Gadis itu terlelap begitu nyaman. Dia sendiri tidak yakin mampu membangunkan gadis yang memikatnya sejak pertama mereka bertemu. Suara dengkuran lirih terdengar dari gadis itu membuatnya berusaha menahan tawa. Ia duduk di bangku tepat di samping gadis itu. Ia amati wajahnya. Gadis itu tertidur masih menggunakan riasan tipisnya yang belum sempat dihapus—lagipula bagaimana bisa menghapus riasannya? Para pelanggan kafe tempat mereka kencan ini satu persatu mulai pulang. Ia melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, “Delapan lewat lima belas…” gumamnya. Ia menghela napasnya kemudian senyumannya merekah. Apa terlalu kurang ajar bila ia nekat menggendong gadis itu? Masalahnya, hari ini ia tidak kencan bersama gadis itu menggunakan motor pribadinya, melainkan naik kendaraan yang dipesan secara online. Dia juga tidak bisa menyatakan pasti bila dirinya terlibat kencan romantis. Ini hanya sekadar jalan berdua biasa dan mereka tidak terlibat hubungan seperti pasangan kekasih pada umumnya. Sudah lama ia tidak bertemu gadis itu dan ketika menemukan kesempatan, tentu saja ia langsung mengajak jalan-jalan.

Taksi online sudah keburu dipesan olehnya. Beberapa menit lagi tumpangan yang dipesannya itu akan datang. Kira-kira lima menit lagi. Agaknya gadis itu memang kelelahan. Namun, ia sempat ingat perkataan gadis itu sejam yang lalu. “Tahu alasan aku mau diajak ketemuan? Karena aku suka. Hehe,” diiringi tawa menggemaskan gadis itu tepat di depan pandangannya. Kalau gadis itu miliknya, istrinya, sudah pasti ia berani mencubit pipi chubby gadis itu. Ia bahkan sekarang seperti orang tidak waras yang senyam-senyum sendiri memandangi gadis itu. Kepala gadis itu berada di atas meja menghadapnya.

Kelopak mata yang sayu. Bibir yang tak terlalu tebal. Hidung yang tak begitu mancung tapi nampak tajam. Dahi yang datar serta alis mata yang lurus. Ia juga baru menyadari gadis itu memiliki dagu yang lancip disertai bulu mata lentik—entah karena efek maskara atau asli—indah. Rahang gadis itu tegas dan wajahnya tirus. Sebenarnya gadis itu tidak memiliki kecantikan yang menakjubkan, tetapi entah mengapa paras gadis itu membuat hati siapapun senang kalau sudah mengenal dan berbicara dengannya dan hal itu yang ia rasakan.
 
Ketika ia sadar kalau taksi pesanannya telah tiba, buru-buru ia menggendong gadis itu hati-hati di punggungnya. Bobot gadis itu ternyata tidak seperti yang ia bayangkan. Tidak begitu berat. Apa karena badannya sendiri juga kuat dan kokoh? Mungkin karena efek sering olahraga, jadi cukup kuat kalau hanya menggendong seberat ini, pikirnya. Supir yang menyadari bahwa penumpangnya agak repot itu turun dari kursi kemudi. Menolong membukakan pintu sambil mempersilahkan masuk.
“Pacarnya, Mas?” tanya supir itu sumringah. Ia terlonjak, “Oh, bukan.” Sangkalnya sambil berusaha memasang wajah tenang supaya tidak terlihat canggung.

“Oalah… Istrinya, ya?” Aksen khas Jawa Tengah yang unik dari bapak supir hampir membuat tawanya lepas. Ia menggeleng sopan. “Bukan. Ini teman saya, Pak.” Ia segera masuk ke mobil setelah berhasil mendudukan tubuh lunglai itu di kursi belakang. Ia duduk di kursi belakang menemani gadis itu. Ia menghela napas berat ketika punggungnya bersandar di sanggahan kursi. Hujan langsung turun saat pintu serta jendela telah ditutup. Mobil yang ditumpangi mereka segera melaju menuju rumah gadis itu terlebih dahulu.

Jalanan basah disertai lampu berpendar dari ratusan kendaraan yang berkeliaran di malam hari. Ini bukan malam seharusnya para kekasih keluar mengajak jalan kekasih mereka. Ini hanya malam biasa. Malam Sabtu. Dersik air hujan yang jatuh di atas kap mobil bisa terdengar nyaring. Kepala gadis itu terasa terkulai di bahunya yang lebar dan kokoh. Ia menoleh hingga tak sengaja bibirnya mengenai kening gadis itu. Pilihannya yang kuat dan mencoba mengendalikan diri agar tidak melampaui batas karena gadis itu bukan kepunyaannya. Dalam lelapnya, gadis itu bergumam sesuatu yang tidak jelas. Beberapa kali gadis itu juga mencicit dalam tidurnya dan mengeluarkan suara seperti rengekan anak kecil yang membuatnya gemas.

Ahjussi…” gumam gadis itu. Dugaannya, dirinya pernah mendengar kata ahjussi yang barusan disebut oleh gadis yang kini tak sadar di sampingnya. Dan ia tahu arti kata itu. Dalam bahasa Korea, ahjussi berarti pria yang lebih tua/paman/om. Gadis itu sering memanggilnya dengan sebutan itu dan sudah pasti dirinya yang dipanggil oleh gadis tersebut, meski umurnya masih terbilang muda tapi gadis itu senang memanggilnya demikian. Gadis lucu yang kini menyandar padanya itu jelas mengigau, iya yakin. Mata gadis itu terpejam sambil beberapa kali bersuara layaknya anak kecil yang manja. Yang ia tahu, kalau orang sudah terlalu lelah, maka reaksi yang dikeluarkan saat tidur biasanya adalah mengigau.
“Ya?” katanya menyahut gadis itu.

“Mmm—” hanya itu bunyi suara yang dihasilkan untuk menjawabnya. Ia terkekeh. “Ahjussi?” lagi-lagi gadis itu berkata demikian.
“Apa?” bisiknya lembut. Gadis itu mendongakan wajahnya hingga wajah mereka bertemu. Tidak terlalu dekat tapi ia bisa memandang wajah gadis itu amat jelas. Sepersekian detik ia sadar gadis itu tak sepenuhnya sadar. Gadis itu setengah sadar. Matanya masih setengah terbuka dengan kepala yang terhuyung.

Ahjussi, aku suka kamu…” ucap gadis tersebut. Jelas gadis itu menyatakan perasaannya. Ada orang yang bisa dikatakan jujur dalam mengutarakan sesuatu. Salah satunya adalah saat orang itu dalam kondisi mengigau seperti sekarang ini. Gadis itu jujur.
“Apa?” tanyanya, ia coba untuk konfirmasi jelas. Gadis itu terdiam selama sepersekian detik. Kemudian berucap, “Aku suka sama kamu. Aku capek bohong kalau hanya untuk jaga perasaan kamu saja…” gadis itu mencicit pelan nyaris tak terdengar, menghembuskan napas seakan putus asa. “Bukankah itu hal buruk yang pernah kamu dengar?” timpalnya lagi.

Ia menyeringai, terlihat menyeramkan bagi gadis itu namun menggoda. Ia meraih dagu gadis itu. “Enggak, saya suka.” Dan seketika semuanya menjadi ribuan kupu-kupu yang beterbangan ke langit meski hujan mengguyur kota Jakarta pada malam ini. Seakan pelangi tiba dan melengkung indah menaungi mereka di bawah langit yang cerah meski kenyataannya langit berpendar kelam ditaburi bintang.


Fin.

bukhoriganAvatar border
enz076Avatar border
scorpiolamaAvatar border
scorpiolama dan 3 lainnya memberi reputasi
4
528
2
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan