- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Part 9 - The Past (8) : This is too much


TS
sharp.eyes
Part 9 - The Past (8) : This is too much
Dengan penuh keraguan aku menjawab pertanyaan mamanya Jason.
"Uh.. Mama sih lahirnya di Pontianak Ai.. Lalu pas SD pindah Jakarta sampai sekarang"jawabku dengan nafas yang hampir tersangkut.
"Loh? Pontianak ya? Bisa bahasa Hokkian? atau Khek?" terlihat ekspresi antusias di wajahnya saat mengetahui kalau mamaku lahir di Kalimantan.
"Eh gabisa Ai. Dirumah hanya pakai bahasa Indonesia saja."
"Oh kirain bisa. Kamu Chinese kan? Nenek kamu siapa nama Chinesenya? Nenek kamu bisa dong bahasa Mandarin harusnya?"
Bak dilempari batu bertubi-tubi, tubuhku mulai sedikit gemetar dan berkeringat. Rasanya ingin kabur saja dari situasi ini. Tapi mau kabur juga gabisa, gw di antah brantah
"Hngg. Bukan Ai. Saya campuran. Keturunan Chinese dari mama sudah jauh sekali, mama saja tidak kenal. Kalo papa Solo ada campuran Belanda" balasku ngalur ngidul.
'damn, ngapain lu jelasin gitu sih? Bilang aja bukan Chinese apa susahnya sih? Segitu desperate lu pengen sama si Jason? ck' aku memaki diriku dalam hati.
"Oh. Terus kenapa tidak belajar bahasa Chinese? Harusnya bisa itu kalo orang Kalimantan" masih kekeuh ingin mendengar statement kalau aku itu keturunan Chinese.
"Eh... Gatau juga ya Ai. hehehe" jawabku canggung.
Perdebatan tidak penting tentang aku ini sebenarnya orang apa berlanjut hingga masakan matang. Namun tiba-tiba ada saudara Jason datang kerumahnya tanpa kabar. Dari saudara-saudaranya itu aku melihat ada satu wanita yang tentu saja bisa dipastikan bukan Chinese, adalah bagian dari keluarga dan dia menyebut anaknya dengan sebutan 'Sinyo'. Aku tertegun sejenak melihat itu. Aku merasa dunia tidak adil bagiku saat itu.
Tiba-tiba ada salah satu adik dari Mamanya Jason datang ke dapur untuk melihatku (karena berita tentang aku dan Jason sudah tersebar di keluarganya).
"Loh ini ta pacare Jason? Cantik ya. Siapa nik namamu?" tanya tantenya ramah.
"Jesslyn Ai. hehehe." jawabku malu
"Masih temen ini" tiba-tiba mama Jason memotong pembicaraan.
Aku speechless. Wow, tidak bisa mengakui kalau aku pacar anaknya?
"Halah jangan gitu. Cantik ini anaknya." balas tantenya Jason.
"Nik, hokimu dapet mertua baik ini nanti" tambahnya.
Jujur, aku belum menemukan sisi baiknya dimana. Tapi aku tetap mencoba bertahan dengan Jason. Mengingat umurku sudah hapir melewati target untuk menjadi mama muda
Mamanya Jason dan tantenya pun pergi meninggalkanku ke ruang tamu. Aku hanya duduk sendiri di dapur.Dan Jason, datang di saat yang sangat tidak tepat. Dia datang saat perdebatan terhenti.
"Kok sendiri?" tanya Jason.
"Lah iya kan lagi ada tamu. Emang e aku siapa ikut-ikut" jawabku agak kesal.
"Kamu kok gitu jawabnya? lagi kesel ta?" Jason berusaha memahami aku.
"Gak. Bingung ae aku itu. Itu loh kamu liaten sodaramu. Kok isa anak e di panggil sinyo?" tanyaku heran.
"Oh iya.. Ya gimana ya. Sepupuku nikahnya sama dia kok."
"Lah iya kok bisa? Bukannya harus sesama Chinese? Kok isa dapet restu nikah?" tanyaku.
"Hmm.. MBA (Married By Accident) itu. Ya daripada keluarga malu, yaudah akhirnya dinikahin aja" jawab Jason.
"Kamu yakin ta kita bisa married?"
"Iya lah. Koko akan perjuangin kamu Jess. Kamu percayain aja semuanya sama koko. Pokoknya koko cuma maunya sama kamu Jess. Kamu percaya koko ya. Jangan khawatir." Jason berusaha menenangkanku dan meyakinkan aku.
Aku pun larut dalam janji manisnya.
Setelah saudara Jason pulang, aku menyiapkan sarapan ke ruang makan. Aku duduk di sebelah Jason, dan bersebrangan dengan mamanya.
"Gimana? Enak kan Jess masakan mamaku?"tanya Jason berusaha mencairkan suasana.
"Iya enak kok hehehe" again, jawabku dengan fake smile.
Setelah sarapan, aku mencucikan semua piring-piring karena ya aku harus tahu sopan santun kan?
orang tuanya Jason pun entah kemana, langsung sibuk dengan aktivitas masing-masing.
Selesai cuci piring aku balik ke kamar Jason. Memasang headset dan memutar musik, karena aku tidak tahu harus berbuat apa di rumah orang lain hahaha. Karena aku tipe orang yang sungkanan.
Jason tiba-tiba masuk ke kamar dan mengajakku bersepeda.
"Jess, muter yuk naik sepeda?" ajak Jason.
"Hah? Muter kemanaa?"
"Ya muter sekitar sini aja. Sekalian jajan kalo laper di jalan."
Pikirku, ah yasudah. Lebih baik di luar rumah kan daripada ada di dalam rumah tapi terasa canggung.
Kami menuju halaman rumah Jason. Dan saat dia membawa sepedanya aku sedikit kaget, ternyata dia punya sepeda gandeng, ala-ala sinetron gitu ye kan
Jadinya kita muter-muter naik sepeda. Padahal masih jam 8 atau 9an gitu, tapi panasnya lumayan ya
setelah selesai sepedaan, di rumah Jason aku langsung mandi dan berdandan rapih. Kenapa dandan? ya kalo buluk nanti mamanya makin sensi aja ya kan? 
Saat siang, mereka semua sibuk dengan aktivitas masing-masing seakan lupa akan kehadiranku di sana. Aku yang kelaparan akhirnya inisiatif bikin teh hangat manis untuk mengganjal perutku. Tak lama setelah itu Jason datang menghampiriku, dan menawarkan apakah aku mau makan nasi tim ayam. Quite lucky, lagi laper bos!
Hari menjelang sore, ku lihat mamanya Jason duduk di sebuah kursi dengan meja dan laptop di depannya. Aku bisa melihat jelas dari kamar Jason karena kamar Jason full kaca
Aku keluar dari kamarku dan duduk di sofa belakang mamanya Jason.
"Wah Ai suka main Zuma?" tanyaku agak terkejut mamanya masih jago main Zuma
"Iya. Ai kalo sore suka main game di laptop. Kalo ga ada kerjaan ya hiburannya main Zuma."
Sejenak aku terdiam, kalimat yang diucapkan mamanya terasa mulai terbuka untukku. Tapi lagi-lagi aku salah.
"Keluargamu Kr**ten?" tiba-tiba pertanyaan yang tidak ku duga keluar dari mulut beliau.
"Eh.. iya Ai. Tapi ada juga yang Mus**m" jawabku agak ragu.
Tiba-tiba beliau berhenti sejenak bermain Zuma, lalu melanjutkannya.
"Kenapa bisa begitu? Tapi kamu sekeluarga Kr**ten kan?"tanyanya dengan nada agak kecewa dan agak risih.
"Hmm.. Gatau juga ya Ai. Kan agama urusan pribadi manusia dengan yang di Atas. Kita ngga berhak menentukan si ini harus agama apa. Semua agama sama dan benar. Jadi saya ngga bisa jawab kenapa keluarga saya campur-campur." Aku berusaha menjelaskan dengan logikaku, dengan kesadaranku, dan dengan menahan airmataku.
Beliau pun terdiam. Tidak membalas ucapanku. Mungkinkah aku terlalu kasar? Atau terkesan menggurui?
Lagi-lagi Jason datang di saat yang tidak tepat. Setelah aku diserang dengan pertanyaan yang menurutku tidak patut dibahas berulang-ulang, setelah hatiku terluka karena perkataan mamanya, setelah otakku berpikir bagaimana kelanjutan kisah ini dengannya, dia baru datang menghampiriku.
"Jess, keluar beli makan yuk?" ajak Jason.
"Hah? oh iya oke ko." Jawabku sembari berdiri dan meninggalkan mamanya.
"Pergi dulu ya ma," kata Jason
"Pergi dulu ya Ai," kataku berbarengan dengan Jason.
"Ya.." jawab beliau.
Setelah kembali dari membeli makan malam, kami makan bersama. Suasana hening seperti biasanya. Dan aku mulai terbiasa untuk itu. Selesai makan dan mencuci piring, aku kembali masuk ke kamar Jason.
Hati dan pikiranku bercampur aduk. Aku menimbang-nimbang baik buruknya hubunganku dengan Jason. Tidak hanya hubungan kami yang ku pikirkan, tetapi hubungan keluargaku dan dia jika nantinya kami menikah. Hatiku sakit dan terluka, tapi aku hanya bisa menutupi itu semua demi 'target menikah' ku tercapai. Haruskah aku bertahan atau melepaskannya?
"Uh.. Mama sih lahirnya di Pontianak Ai.. Lalu pas SD pindah Jakarta sampai sekarang"jawabku dengan nafas yang hampir tersangkut.
"Loh? Pontianak ya? Bisa bahasa Hokkian? atau Khek?" terlihat ekspresi antusias di wajahnya saat mengetahui kalau mamaku lahir di Kalimantan.
Spoiler for Rahasia Gue:
"Eh gabisa Ai. Dirumah hanya pakai bahasa Indonesia saja."
"Oh kirain bisa. Kamu Chinese kan? Nenek kamu siapa nama Chinesenya? Nenek kamu bisa dong bahasa Mandarin harusnya?"
Bak dilempari batu bertubi-tubi, tubuhku mulai sedikit gemetar dan berkeringat. Rasanya ingin kabur saja dari situasi ini. Tapi mau kabur juga gabisa, gw di antah brantah

"Hngg. Bukan Ai. Saya campuran. Keturunan Chinese dari mama sudah jauh sekali, mama saja tidak kenal. Kalo papa Solo ada campuran Belanda" balasku ngalur ngidul.
'damn, ngapain lu jelasin gitu sih? Bilang aja bukan Chinese apa susahnya sih? Segitu desperate lu pengen sama si Jason? ck' aku memaki diriku dalam hati.
"Oh. Terus kenapa tidak belajar bahasa Chinese? Harusnya bisa itu kalo orang Kalimantan" masih kekeuh ingin mendengar statement kalau aku itu keturunan Chinese.
"Eh... Gatau juga ya Ai. hehehe" jawabku canggung.
Perdebatan tidak penting tentang aku ini sebenarnya orang apa berlanjut hingga masakan matang. Namun tiba-tiba ada saudara Jason datang kerumahnya tanpa kabar. Dari saudara-saudaranya itu aku melihat ada satu wanita yang tentu saja bisa dipastikan bukan Chinese, adalah bagian dari keluarga dan dia menyebut anaknya dengan sebutan 'Sinyo'. Aku tertegun sejenak melihat itu. Aku merasa dunia tidak adil bagiku saat itu.
Tiba-tiba ada salah satu adik dari Mamanya Jason datang ke dapur untuk melihatku (karena berita tentang aku dan Jason sudah tersebar di keluarganya).
"Loh ini ta pacare Jason? Cantik ya. Siapa nik namamu?" tanya tantenya ramah.
"Jesslyn Ai. hehehe." jawabku malu

"Masih temen ini" tiba-tiba mama Jason memotong pembicaraan.
Aku speechless. Wow, tidak bisa mengakui kalau aku pacar anaknya?

"Halah jangan gitu. Cantik ini anaknya." balas tantenya Jason.
"Nik, hokimu dapet mertua baik ini nanti" tambahnya.
Jujur, aku belum menemukan sisi baiknya dimana. Tapi aku tetap mencoba bertahan dengan Jason. Mengingat umurku sudah hapir melewati target untuk menjadi mama muda

Mamanya Jason dan tantenya pun pergi meninggalkanku ke ruang tamu. Aku hanya duduk sendiri di dapur.Dan Jason, datang di saat yang sangat tidak tepat. Dia datang saat perdebatan terhenti.
"Kok sendiri?" tanya Jason.
"Lah iya kan lagi ada tamu. Emang e aku siapa ikut-ikut" jawabku agak kesal.
"Kamu kok gitu jawabnya? lagi kesel ta?" Jason berusaha memahami aku.
"Gak. Bingung ae aku itu. Itu loh kamu liaten sodaramu. Kok isa anak e di panggil sinyo?" tanyaku heran.
"Oh iya.. Ya gimana ya. Sepupuku nikahnya sama dia kok."
"Lah iya kok bisa? Bukannya harus sesama Chinese? Kok isa dapet restu nikah?" tanyaku.
"Hmm.. MBA (Married By Accident) itu. Ya daripada keluarga malu, yaudah akhirnya dinikahin aja" jawab Jason.
"Kamu yakin ta kita bisa married?"
"Iya lah. Koko akan perjuangin kamu Jess. Kamu percayain aja semuanya sama koko. Pokoknya koko cuma maunya sama kamu Jess. Kamu percaya koko ya. Jangan khawatir." Jason berusaha menenangkanku dan meyakinkan aku.
Aku pun larut dalam janji manisnya.
Quote:
Setelah saudara Jason pulang, aku menyiapkan sarapan ke ruang makan. Aku duduk di sebelah Jason, dan bersebrangan dengan mamanya.
"Gimana? Enak kan Jess masakan mamaku?"tanya Jason berusaha mencairkan suasana.
"Iya enak kok hehehe" again, jawabku dengan fake smile.
Setelah sarapan, aku mencucikan semua piring-piring karena ya aku harus tahu sopan santun kan?

Selesai cuci piring aku balik ke kamar Jason. Memasang headset dan memutar musik, karena aku tidak tahu harus berbuat apa di rumah orang lain hahaha. Karena aku tipe orang yang sungkanan.
Jason tiba-tiba masuk ke kamar dan mengajakku bersepeda.
"Jess, muter yuk naik sepeda?" ajak Jason.
"Hah? Muter kemanaa?"
"Ya muter sekitar sini aja. Sekalian jajan kalo laper di jalan."
Pikirku, ah yasudah. Lebih baik di luar rumah kan daripada ada di dalam rumah tapi terasa canggung.
Kami menuju halaman rumah Jason. Dan saat dia membawa sepedanya aku sedikit kaget, ternyata dia punya sepeda gandeng, ala-ala sinetron gitu ye kan

Jadinya kita muter-muter naik sepeda. Padahal masih jam 8 atau 9an gitu, tapi panasnya lumayan ya


Saat siang, mereka semua sibuk dengan aktivitas masing-masing seakan lupa akan kehadiranku di sana. Aku yang kelaparan akhirnya inisiatif bikin teh hangat manis untuk mengganjal perutku. Tak lama setelah itu Jason datang menghampiriku, dan menawarkan apakah aku mau makan nasi tim ayam. Quite lucky, lagi laper bos!

Hari menjelang sore, ku lihat mamanya Jason duduk di sebuah kursi dengan meja dan laptop di depannya. Aku bisa melihat jelas dari kamar Jason karena kamar Jason full kaca

"Wah Ai suka main Zuma?" tanyaku agak terkejut mamanya masih jago main Zuma

"Iya. Ai kalo sore suka main game di laptop. Kalo ga ada kerjaan ya hiburannya main Zuma."
Sejenak aku terdiam, kalimat yang diucapkan mamanya terasa mulai terbuka untukku. Tapi lagi-lagi aku salah.
"Keluargamu Kr**ten?" tiba-tiba pertanyaan yang tidak ku duga keluar dari mulut beliau.
"Eh.. iya Ai. Tapi ada juga yang Mus**m" jawabku agak ragu.
Spoiler for disclaimer:
Tiba-tiba beliau berhenti sejenak bermain Zuma, lalu melanjutkannya.
"Kenapa bisa begitu? Tapi kamu sekeluarga Kr**ten kan?"tanyanya dengan nada agak kecewa dan agak risih.
"Hmm.. Gatau juga ya Ai. Kan agama urusan pribadi manusia dengan yang di Atas. Kita ngga berhak menentukan si ini harus agama apa. Semua agama sama dan benar. Jadi saya ngga bisa jawab kenapa keluarga saya campur-campur." Aku berusaha menjelaskan dengan logikaku, dengan kesadaranku, dan dengan menahan airmataku.
Beliau pun terdiam. Tidak membalas ucapanku. Mungkinkah aku terlalu kasar? Atau terkesan menggurui?
Lagi-lagi Jason datang di saat yang tidak tepat. Setelah aku diserang dengan pertanyaan yang menurutku tidak patut dibahas berulang-ulang, setelah hatiku terluka karena perkataan mamanya, setelah otakku berpikir bagaimana kelanjutan kisah ini dengannya, dia baru datang menghampiriku.
"Jess, keluar beli makan yuk?" ajak Jason.
"Hah? oh iya oke ko." Jawabku sembari berdiri dan meninggalkan mamanya.
"Pergi dulu ya ma," kata Jason
"Pergi dulu ya Ai," kataku berbarengan dengan Jason.
"Ya.." jawab beliau.
Setelah kembali dari membeli makan malam, kami makan bersama. Suasana hening seperti biasanya. Dan aku mulai terbiasa untuk itu. Selesai makan dan mencuci piring, aku kembali masuk ke kamar Jason.
Hati dan pikiranku bercampur aduk. Aku menimbang-nimbang baik buruknya hubunganku dengan Jason. Tidak hanya hubungan kami yang ku pikirkan, tetapi hubungan keluargaku dan dia jika nantinya kami menikah. Hatiku sakit dan terluka, tapi aku hanya bisa menutupi itu semua demi 'target menikah' ku tercapai. Haruskah aku bertahan atau melepaskannya?
Quote:
Spoiler for Next Episode:




scorpiolama dan bukhorigan memberi reputasi
2
475
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan