Kaskus

Story

lurikaAvatar border
TS
lurika
(PART 1) KARTIKA
(PART 1) KARTIKA

Seperti biasa pagi ini terlihat cerah, awan putih yang menghiasi langit biru menambah keindahan pagi. Anak-anak kecil bergegas berangkat menuju sekolah masing-masing. Sedangkan aku seperti biasa pula hanya berdiam diri di rumah. Saat siang tiba,aku mengantarkan makan siang yang sudah disiapkan oleh ibu untuk dibawa menuju hutan, tempat dimana ayah bekerja.

Ayahku seorang buruh disalah satu perusahaan kayu. Ayah bertugas sebagai penebang pohon di hutan yang sudah dipilih oleh perusahaan tersebut. Jujur saja aku tidak suka dengan pekerjaan ayah yang sekarang, bagiku menjadi tukang bersih-bersih di sekolah lebih baik daripada tukang penebang pohon, karena waktu disekolah dulu guruku pernah berkata bahwa dengan adanya pohon desa kami menjadi rindang dan juga sebagai penolong disaat musim hujan tiba sebab pohon dapat menghisap air hujan yang turun dan mengecilkan proses terjadinya banjir, setidaknya itu yang aku tangkap dari penjelasan ilmiah guruku.

Dulu aku hanya bersekolah sampai tingkat sekolah dasar dan itupun hanya sampai kelas tiga. Keadaan ekonomi yang dialami oleh keluargaku mengharuskanku untuk berhenti bersekolah, dan sekarang diumurku yang sudah mencapai 15 tahun aku tidak pernah berniat untuk melanjutkan sekolahhku. Rasa malu selalu menghampiriku jika bertemu dengan teman-teman sebaya yang masih bersekolah, namun hal itu tidak menyurutkan keinginan aku untuk terus belajar.

Membaca adalah salah satu caraku untuk terus belajar, buku pelajaran sewaktu sekolah dulu selalu aku baca ulang sampai-sampai semua isi dari tulisan yang ada dibuku sudah aku hafal luar kepala. Selain itu aku juga suka membaca koran bekas yang didapat ibu dari sekolah. Sebelum koran tersebut dijual ibu di pasar nanti, aku selalu membacanya terlebih dahulu. Dari koran bekas aku bisa mengetahui dunia luar, pengetahuan-pengetahuan yang tidak aku dapatkan dari sekolah bisa aku dapatkan dari koran bekas tersebut.

"Kartika!!!" Suara ibu membuyarkan lamunanku.
"Iya, bu, tunggu sebentar", sahutku dan segera bergegas menuju dapur. Aku tahu, pasti makan siang untuk ayah sudah siap dan ini saatnya aku mengantarkannya.

"Makan siang ayah mu sudah siap, sana kau antarkan ke hutan". Perintah ibu tidak dapat dibantah padahal aku sangat malas untuk ke sana. Aku lebih senang membantu ibu di rumah, mengepak koran-koran bekas yang akan dijual nanti. Tanpa menunggu lama aku mengiyakan perkataan ibu dan segera ku gowes sepeda melaju ke hutan tempat dimana ayah bekerja.

Hutan itu adalah hutan kayu jati, hutan yang kesekian kalinya ditebang oleh ayah dan kawan-kawannya. Sepengetahuanku hampir sudah tidak ada lagi hutan yang penuh dengan pepohonan, hampir semua hutan pohonnya telah ditebang oleh ayahku dan teman-temannya. Dan hutan yang kali ini adalah hutan terakhir di daerahku yang ditebang.

Aku terus melaju menuju hutan, sesekali kuseka keringat yang bercucuran di dahiku. Perjalanan kali ini terasa begitu lama, biasanya aku setelah setengah jam menempuh perjalanan aku sudah sampai ke hutan tapi hari ini sepertinya sudah hampir sejam aku menggowes sepedaku namun belum juga sampai. Ku putuskan untuk beristirahat sejenak di bawah pohon besar di jalan.

"Pokoknya warga sekitar ini jangan sampai tahu apa nama perusahaan ini, jika mereka tahu bisa-bisa bos besar akan murka kepada kita". Sayup-sayup ku dengar sebuah percakapan yang tak jauh dari tempatku istirahat.

"Apa maksud mereka? Dan siapa mereka?",batinku bertanya. Rasanya aku ingin menguping lagi percakapan mereka itu tapi aku teringat dengan perkataan ibu bahwa kita tidak boleh menguping pembicaraan orang lain, bagi ibu itu sama saja dengan mencuri. Akhirnya ku putuskan untuk pergi dari tempat itu dan melanjutkan perjalanan ke hutan.
Diubah oleh lurika 04-10-2020 23:19
nona212Avatar border
erina79purbaAvatar border
zafranramonAvatar border
zafranramon dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.3K
15
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan