Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

janahjoy35Avatar border
TS
janahjoy35
Jodoh Untuk Sahabatku
    
Jodoh Untuk Sahabatku

Oleh : Joy

“Barakallahu laka wabaraka’alaika wajama’a bainakuma fi khair,” doa untuk pengantin bergema memenuhi seluruh ruangan masjid manakala para saksi menyatakan 'SAH!' atas ikrar akad nikahmu. Wajahmu yang tadi terlihat tegang dan berkeringat, kini nampak lega dan bahagia.

Harusnya aku turut berbahagia, tapi entah kenapa ada perasaan sedih dan hawatir dalam hatiku. Bagaimana jika aku menyesal dikemudian hari karena merelakanmu untuk sahabatku.

Rasanya baru kemarin saat kau diam-diam menyelipkan cokelat di meja kerjaku. Pernah juga kau simpan boneka disana. “Surprise,”katamu.

Semenjak itu kau semakin sering menemuiku. Bertemu Panji˗sahabatmu yang juga rekan kerjaku, selalu jadi alasanmu.

Aku kagum dengan kegigihanmu yang tidak pernah lelah mendekatiku. Kau selalu punya cara dan alasan untuk itu."Namanya juga usaha,” elakmu.

Pernah sekali kau tiba-tiba muncul didepan pintu kelasku, kebetulan bapak dosen yang harus ngajar saat itu izin tidak hadir. "Alia, ini dimakan ya!" Katamu, lalu pergi begitu saja setelah menggantung satu kantong snackdan softdrink di knop pintu kelas.

Mendengar kau menyebut namaku membuat teman-teman sekelasku tampak heran. Beberapa diantara mereka mulai saling berbisik. Aku rasa, apa yang ada di pikiran mereka tidak jauh beda denganku. Bagaimana bisa, seorang Alia yang katrok, bermuka sendu dan tidak menarik ini tiba-tiba kedatangan laki-laki sepertimu.

***

Saat itu malam minggu. Malam spesial buat muda-mudi yang sedang jatuh cinta menghabiskan waktu bersama. Setelah beberapa bulan berlalu tapi kau tak kunjung juga menyerah dengan sikap dinginku, akhirnya malam itu aku putuskan menerima ajakanmu untuk jalan berdua. Entah apalah namanya, datingmungkin. Karena kau tidak pernah membahas dan memperjelas jenis hubungan apa antara kau dan aku selama ini.

Kau membawaku ke taman di pusat kota. Gemerlap lampu dari pedagang kaki lima yang memenuhi sepanjang pintu utama taman meramaikan suasana malam. Beberapa pasangan muda-mudi tampak asik menikmati jajanan mereka sambil duduk lesehan di tikar yang memang sudah disediakan oleh para pedagang.

“Mau makan apa Al?” tanyamu sambil melihat sekeliling yang lebih mirip pasar malam ketimbang taman.

“Apa ya? Belum laper sih. Gimana kalo kita ngopi aja dulu?”

“Ide bagus, yuk gue tau tukang kopi yang enak,” katamu sambil meraih tanganku tapi reflek aku tangkis dengan kasar. Jelas sekali kau kaget. Begitupun aku. Kau menatapku heran dan aku menatapmu panik.

“Maaf Dre, gue…” Aku benar-benar panik dan entah kenapa ada rasa takut yang tiba-tiba muncul. Padahal aku yakin betul, aku aman bersamamu.

“Gue yang minta maaf Al, gak apa-apa. Yuk nanti kopinya keburu dingin.” Kau berusaha bercanda untuk mencairkan suasana. Dan itu berhasil. “Bagaimana kopinya keburu dingin, dipesan saja belum.” Gerutuku sambil berjalan cepat mengikutimu yang sudah lebih dulu pergi meninggalkanku.

***

Perasaanku sudah jauh lebih tenang setelah menghabiskan setengah gelas kopi dan sebatang rokok.

“Dre, gue kayaknya gak bisa dehngejalanin kaya orang-orang,” tiba-tiba saja aku merasa malam itu aku harus jujur. Aku tidak ingin membuat orang yang baik dan tulus sepertimu menderita karena aku.

“Ngejalanin kaya orang-orang gimana yang lo gak bisa?”

“Malam mingguan.” Jawabku. Sebetulnya ingin ku katakana pacaran, tapi selama ini kau tak pernah meminta aku untuk jadi pacarmu.

“Maksud lo pacaran? Kenapa? Karena kejadian tadi? Gue janji Al, gue gak akan megang tangan lo lagi sebelum lo yang megang tangan gue duluan.” Katamu dengan ekspresi setenang langit malam itu.

“Bukan Dre, jujur sejauh ini gue gak pernah ada ketertarikan sama cowok, bahkan sebetulnya gue takut sama cowok.” Mendengar ucapanku, ekspresi tenangmu seketika hilang. Rona kaget jelas sekali tergambar di wajahmu.  Kau menatapku tak percaya sekaligus sedih.

“Please, jangan tanya kenapa? Gue gak mau terlihat menyedihkan di depan lo,” aku hisap kuat-kuat rokok yang terselip di antara jari tengah dan telunjuku, berusaha menutupi mataku yang mulai terasa panas.

Jelas sekali ku dengar tarikan napasmu yang menggambarkan kekecawaan, “Dari awal liat lo, gue udah duga sih Al. Gue gak nyangka aja kalau itu benar.”

“Tapi gue yakin lo bisa berubah, Al. Gue yakin, gue bisa bantu lo untuk tertarik sama cowok, tertarik sama gue,” kau menatapku penuh keyakinan. Tapi entah kenapa, hal itu semakin membuat aku ragu pada diriku sendiri. Aku takut mengecewakanmu labih dari ini.

“Lo baik Dre, tadinya gue pikir dengan segala perhatian, kebaikan dan sikap tulus lo yang nerima gue apa adanya, gue akan bisa jatuh cinta sama lo,” kini aku yang menarik napas dalam-dalam, merasa kecewa pada keadaan dan tak berdaya.

“ Tapi… gue rasa semua ini hanya akan buang-buang waktu lo aja.” Kata-kataku itu akhirnya membuatmu diam. Aku yakin, malam itu kau menyerah.

***

Mungkin kau memang jodohnya Veta, sahabatku. Dengan ajaibnya setelah hampir enam tahun kau menghilang tanpa kabar, tiba-tiba kau de-em aku. Dan dengan anehnya Veta yang dulu super sibuk sampai gak punya waktu untukku akhir-akhir ini hampir setiap weekendmampir bahkan tidak jarang sampai bermalam dirumahku. “Biar hemat.” katanya.

Setidaknya, di rumahku cukup dengan satu kaset dvd berisi enam film dan popcornsiap saji yang bisa dibeli di minimarket terdekat sudah cukup untuk me-refresh otaknya yang penuh dengan deadline kerjaan.

“Kenapa lo Al, kaya orang kaget gitu?” Tanya Veta penasaran karena aku tiba-tiba ambil posisi duduk tegak dengan mata melotot ke layar hape.

“Ini si Andre. Gila nih bocah, udah enam tahun gak ngabarin gue tiba-tiba de-em gue. Lagi patah hati kali nih bocah.” Kataku spontan.

“Itu Andre anak jurusan Tehnik yang pernah deketin lo kan?” tanya Veta sambil terkekeh.

“Maaf ya Al, inget gak dulu waktu si Andre dengan romantisnya ke kelas cuma buat ngasih lo makanan?” lanjutnya sambil berusaha menahan ketawa. “Gue kan ngomong ke Santi, “Itu cowok cakep-cakep kok mau sih ama si Alia.” Aku menatap Veta gak percaya. Veta tertawa terbahak-bahak melihat ekspresiku.

“Menurut lo, Andre cakep?” tanyaku, seketika menghentikan gelak tawanya.

“Cakep lah! Idaman gue banget kan cowok kaya Andre. Tipe-tipe bad boygitu kan?”

“Lo siap-siap! Buruan! Dandan yang cantik! Si Andre gue ajak ketemuan malam ini juga di Serah Bae Café dan dia udah jawab, “Oke.” Kataku sigap sambil beranjak berdiri meraih sweater yang menggantung dibalik pintu kamar.

“Hah? Maksud lo apa sih?”

“Gue mau kenalin lo ke Andre, kali aja dia jodoh lo.” Kataku mantap.

“Hah???”

***

Belum genap empat bulan sejak kau dan Veta berkenalan, kini kau dan dia tampak serasi di kursi pengantin. Tak pernah ku sangka, kau memang jodoh untuk sahabatku. Perjalanan jodoh setiap manusia memang kadang sangat unik.

Perlahan hatiku berangsur tenang, perasaan sedihku hilang sirna terkikis oleh kebahagiaan yang terpancar dari wajah kalian berdua.

“Selamat ya!” kataku sambil menjabat tanganmu.

“Makasih banyak Al.” Kau menjabat tanganku lebih erat. Sungguh rasa terimakasih yang dalam. Aku mengangguk dan beralih ke Veta yang langsung meraihku kedalam pelukannya.

“Makasih banyak Alia, semoga kamu cepet nyusul ya!” kata Veta sambil melepas pelukan.

“Dre… titip sahabat gue ya. Awas lo, kalo sampe bikin dia nangis!” candaku yang langsung kau respon dengan mengacungkan dua jempol tanganmu.

***

 
bukhorigan
pulaukapok
pulaukapok dan bukhorigan memberi reputasi
2
634
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan