Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

pearllyAvatar border
TS
pearlly
Kisah Burung Kertas
Kisah Burung Kertas

Reo
dan Sica adalah sepasang kekasih yang serasi walaupun keduanya berasal dari keluarga yang jauh berbeda latar belakangnya.

Keluarga Sica berasal dari keluarga kaya raya dan serba berkecukupan, sedangkan keluarga Reo hanyalah keluarga seorang petani miskin yang menggantungkan kehidupannya pada tanah sewaan. Dalam kehidupan mereka berdua, Reo sangat mencintai Sica.

Reo telah melipat 1000 buah burung kertas untuk Sica dan Sica kemudian menggantungkan burung-burung kertas tersebut pada kamarnya. Dalam tiap burung kertas tersebut Reo telah menuliskan harapannya kepada Sica. 
Banyak sekali harapan yang telah Reo ungkapkan kepada Sica. "Semoga kita selalu saling mengasihi satu sama lain","Semoga Tuhan melindungi Sica dari bahaya","Semoga kita mendapatkan kehidupan yang bahagia",dsb. 

Semua harapan itu telah disimbolkan dalam burung kertas yang diberikan kepada Sica. Suatu hari Reo melipat burung kertasnya yang ke 1001. 
Burung itu dilipat dengan kertas transparan sehingga kelihatan sangat berbeda dengan burung-burung kertas yang lain. Ketika memberikan burung kertas ini, Reo berkata kepada Sica: " Sica, ini burung kertasku yang ke 1001. 

Dalam burung kertas ini aku mengharapkan adanya kejujuran dan keterbukaan antara aku dan kamu. Aku akan segera melamarmu dan kita akan segera menikah. 

Semoga kita dapat mencintai sampai kita menjadi kakek nenek dan sampai Tuhan memanggil kita berdua ! " Saat mendengar Reo berkata demikian, menangislah Sica. 

Ia berkata kepada Reo : "Reo, senang sekali aku mendengar semua itu, tetapi aku sekarang telah memutuskan untuk tidak menikah denganmu karena aku butuh uang dan kekayaan seperti kata orang tuaku!" Saat mendengar itu Reo pun bak disambar geledek. Ia kemudian mulai marah kepada Sica. 

Ia mengatai Sica matre, orang tak berperasaan, kejam, dan sebagainya. Akhirnya Reo meninggalkan Sica menangis seorang diri. Reo mulai terbakar semangatnya. Ia pun bertekad dalam dirinya bahwa ia harus sukses dan hidup berhasil. 

Sikap Sica dijadikannya cambuk untuk maju dan maju. Dalam Sebulan usaha Reo menunjukkan hasilnya. Ia diangkat menjadi kepala cabang di mana ia bekerja dan dalam setahun ia telah diangkat menjadi manajer sebuah perusahaan yang bonafide dan tak lama kemudian ia mempunyai 50% saham dari perusahaan itu. Sekarang tak seorangpun tak kenal Reo, ia adalah bintang kesuksesan. Suatu hari Reo pun berkeliling kota dengan mobil barunya. 

Tiba-tiba dilihatnya sepasang suami-istri tua tengah berjalan di dalam derasnya hujan. Suami istri itu kelihatan lusuh dan tidak terawat. Reo pun penasaran dan mendekati suami istri itu dengan mobilnya dan ia mendapati bahwa suami istri itu adalah orang tua Sica. Reo mulai berpikir untuk memberi pelajaran kepada kedua orang itu, tetapi hati nuraninya melarangnya sangat kuat. Reo membatalkan niatnya dan ia membuntuti kemana perginya orang tua Sica.

Reo sangat terkejut ketika didapati orang tua Sica memasuki sebuah makam yang dipenuhi dengan burung kertas. Ia pun semakin terkejut ketika ia mendapati foto Sica dalam makam itu. Reo pun bergegas turun dari mobilnya dan berlari ke arah makam Sica untuk menemui orang tua Sica. 
Orang tua Sica pun berkata kepada Reo :"Reo, sekarang kami jatuh miskin. Harta kami habis untuk biaya pengobatan Sica yang terkena kanker rahim ganas. Sica menitipkan sebuah surat kepada kami untuk diberikan kepadamu jika kami bertemu denganmu."

Orang tua Sica menyerahkan sepucuk surat kumal kepada Reo. Reo membaca surat itu. "Reo, maafkan aku. Aku terpaksa membohongimu. Aku terkena kanker rahim ganas yang tak mungkin disembuhkan. Aku tak mungkin mengatakan hal ini saat itu, karena jika itu aku lakukan, aku akan membuatmu jatuh dalam kehidupan sentimentil yang penuh keputusasaan yang akan membawa hidupmu pada kehancuran. Aku tahu semua tabiatmu Reo, karena itu aku lakukan ini. 
Aku mencintaimu Reo................................ Sica " 

Setelah membaca surat itu, menangislah Reo. Ia telah berprasangka terhadap Sica begitu kejamnya. Ia pun mulai merasakan betapa hati Sica teriris-iris ketika ia mencemoohnya, mengatainya matre, kejam dan tak berperasaan. Ia merasakan betapa Sica kesepian seorang diri dalam kesakitannya hingga maut menjemputnya, betapa Sica mengharapkan kehadirannya di saat-saat penuh penderitaan itu. Tetapi ia lebihmemilih untuk menganggap Sica sebagai orang matre tak berperasan. Sica telah berkorban untuknya agar ia tidak jatuh dalam keputusasaan dan kehancuran. Cinta bukanlah sebuah pelukan atau ciuman tetapi cinta adalah pengorbanan untuk orang yang sangat berarti bagi kita.  

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

" Jangan berprasangka buruk terhadap seseorang bila belum mengetahui kebenarannya"





Diubah oleh pearlly 24-04-2020 17:42
yuki26
jeannne
jeannne dan yuki26 memberi reputasi
2
438
3
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan