- Beranda
- Komunitas
- News
- Militer dan Kepolisian
Korps Marinir AS Melarang AAV Beroperasi di Air


TS
si.matamalaikat
Korps Marinir AS Melarang AAV Beroperasi di Air
Korps Marinir AS (US Marine Corps) pada awal pekan ini dikabarkan telah melarang kendaraan tempur amfibi "Amphibious Assault Vehicle (AAV)" untuk beroperasi di air (termasuk saat latihan) sampai batas waktu yang tidak ditentukan. AAV boleh masuk ke air hanya untuk mendukung operasi tanggap darurat. Meski tidak dioperasikan di air, kendaraan yang kondang dengan nama LVTP-7 ini tetap diperbolehkan beroperasi di daratan. AAV masih bisa mengambil bagian dalam operasi amfibi dengan menggunakan hovercraft Landing Craft Air Cushion (LCAC) dan kapal pendarat lainnya untuk pergi dari kapal ke pantai. Kapal-kapal tertentu mungkin juga dapat menurunkannya secara langsung ke darat menggunakan fasilitas pelabuhan yang sudah dibangun atau sementara.
Keputusan pelarangan AAV untuk beroperasi di air tersebut terjadi lebih dari setahun setelah sebuah AAV tenggelam selama latihan pada 30 Juli 2020, insiden itu menewaskan delapan Marinir dan seorang pelaut Angkatan Laut AS.Kecelakaan itu dikaitkan dengan kegagalan pemeliharaan, pelatihan, dan kepemimpinan. Pasca kejadian Korps Marinir AS berupaya untuk mengganti AAV yang menua dengan Kendaraan Tempur Amfibi beroda 8x8 atau ACV (Amphibious Combat Vehicle). Sebagai konsekuensi dari pengadaan kendaraan tempur itu, Korps Marinir AS mulai membatalkan upgrade kemampuan kendaraan beratnya dengan menghentikan operasional seluruh tank M1 Abrams-nya.
Keputusan untuk melarang AAV nyemplung ke air ini adalah kebalikan dari keputusan yang dibuat Marinir pada bulan April 2021, waktu itu Korps Marinir mengizinkan AAV di seluruh layanan untuk kembali ke air setelah inspeksi kendaraan tertentu selesai dan setelah unit kendaraan amfibi menjalani proses sertifikasi baru terkait operasinya. Unit-unit tertentu sudah mulai melakukannya sebelum itu, setelah sebelumnya memenuhi persyaratan yang ditentukan untuk memenuhi tuntutan operasional dan pelatihan yang dijadwalkan.
Meski Korps Marinir melarang AAV untuk kembali beraksi di air, tidak jelas berapa total AAV yang dimiliki saat ini. The Military Balance edisi 2016, sebuah panduan otoritatif untuk pasukan militer di seluruh dunia yang diterbitkan oleh International Institute for Strategic Studies (IISS) yang berbasis di Inggris menyebutkan angka 1.311 kendaraan AAV yang beroperasi bersama USMC.
Pelarangan AAV untuk beroperasi di air merupakan kerugian yang signifikan dari kemampuan serangan amfibi Korps Marinir, setidaknya dalam waktu dekat. Pasalnya sebagai kendaraan amfibi, tentu saja kemampuan untuk beroperasi di darat dan air adalah sesuatu yang penting. Yang lebih mengherankan dari keputusan ini, bagaimana bisa kru AAV kelak akan melakukan operasi darurat di air jika saat latihan saja AAV mereka tidak boleh beroperasi di dalam air ?Pada saat yang sama, nasib akhir layanan AAV tampaknya semakin tidak menentu dalam beberapa tahun terakhir.
Sebagai pengingat Korps Marinir AS pertama kali mulai mengoperasikan keluarga AAV, varian asli yang dikenal sebagai seri LVTP-7 pada tahun 1972, tetapi mereka telah meningkatkan dan merombak kendaraan tempur itu pada beberapa kesempatan sejak saat itu. Namun, kemudian AAV menjadi bahan pergunjingan sampai saat ini setelah satu unit AAV tenggelam pada tahun lalu.
Sebenarnya sebelum kecelakaan menimpa AAV tahun lalu, pada tahun 2018 Korps Marinir mengumumkan bahwa mereka telah memilih SuperAV 8x8 yang merupakan kendaraan lapis baja ringan. Di mana kendaraan ini dirancang oleh kontraktor pertahanan BAE Systems asal Inggris dan Iveco dari Italia bertindak sebagai pemasok chassis-nya. BAE Systems terpilih melalui program Kendaraan Tempur Amfibi (Amphibious Combat Vehicle) yang dimaksudkan untuk mengganti AAV.
Program ACV merupakan tindak lanjut dari upaya Expeditionary Fighting Vehicle (EFV) yang gagal, program tersebut telah menghasilkan pengembangan desain kendaraan amfibi berkecepatan tinggi yang kompleks, tetapi program ini dibatalkan pada tahun 2012 karena biaya yang membengkak.
Amphibious Combat Vehicle (ACV) 8x8 punya desain lebih kecil, lebih lambat di air, dan memiliki kapasitas angkut pasukan yang lebih sedikit daripada AAV. Tetapi ACV lebih cepat di darat dan disebut-sebut mudah dioperasikan dan dirawat. Stasiun senjata jarak jauhnya dapat menampung senapan mesin M2 kaliber .50 atau peluncur granat otomatis 40 mm Mk 19. Korps Marinir saat ini juga sedang meminta ACV dengan turret yang dipersenjatai dengan meriam otomatis 30 mm yang akan memberikan daya tembak jauh lebih baik.
Setelah pemilihan desain ACV yang menang, Korps Marinir memutuskan untuk menghentikan penyegaran armada AAV. Paket upgrade yang direncanakan yang dibatalkan antara lain pemasangan komponen mesin, transmisi, dan suspensi baru yang akan meningkatkan kinerja kendaraan secara keseluruhan.
Namun, dalam mengumumkan kebijakan baru yang berkaitan dengan AAV, Korps Marinir mengakui bahwa "76 persen tugasnya sudah berbasis darat."Hal tersebut kemudian menimbulkan pertanyaan tentang seberapa berguna layanan tersebut untuk operasi amfibi ? Ada juga pertanyaan tentang apa yang akan terjadi sekarang dengan kecakapan kru AAV dalam keahlian yang mereka butuhkan untuk dapat beroperasi dengan aman dan efektif dalam konteks amfibi, jika mereka tidak dapat berlatih di atas air di masa mendatang. Ini dapat membatasi kemampuan Korps Marinir untuk menyebarkan sejumlah besar AAV di palagan konflik di masa depan, bahkan dalam skenario darurat.
Dengan semua aturan baru ini, masih harus dilihat bagaimana aturan baru Korps Marinir mengenai penggunaan AAV pada akhirnya akan berdampak pada operasinya kelak. Inisiatif Force Design 2030 yang diluncurkan tahun lalu secara signifikan tidak menekankan pentingnya kendaraan lapis baja tradisional amfibi atau lainnya sebagai bagian dari rencana struktur kekuatan USMC. Dan untuk mendukung program Force Design, Korps Marinir akan memensiunkan seluruh armada tank M1 Abrams dan kendaraan lapis baja berat lainnya pada tahun 2023.
Masih berkaitan dengan Force Design 2030, program ini juga berdampak pada pengadaan ACV 8x8, di mana USMC telah memotong pembelian ACV yang direncanakan kira-kira setengahnya. Awalnya mereka akan memesan 1.122 unit kendaraan, tapi kini jumlah itu turun menjadi 632. Tidak jelas berapa banyak ACV yang telah diterima Marinir sejauh ini, tetapi layanan itu diperkirakan telah menerima pengiriman sekitar 76 di antaranya pada akhir tahun ini, sedangkan sekitar 80 unit lainnya akan tiba setiap tahun.
Pelarangan operasional AAV di air serta pengadaan ACV 8x8 Ini hanyalah beberapa perubahan dramatis yang dibuat Korps Marinir AS agar lebih cocok untuk konsep operasi ekspedisi dan distribusi baru, yang secara kolektif dikenal sebagai Expeditionary Advanced Base Operations (EABO). EABO berpusat pada gagasan untuk mempekerjakan kelompok Marinir yang lebih kecil, lebih mobile, dan sangat fleksibel untuk maju di garis depan. Sementara itu mereka juga dituntut untuk mempertahankan kemampuan untuk siap dipindahkan ke area baru. Lewat strategi ini, Marinir akan melakukan kontrol atas bagian-bagian dari ruang pertempuran, termasuk area laut yang berdekatan.
Kemampuan baru, termasuk rudal anti kapal yang diluncurkan dari darat dan pesawat tak berawak yang lebih mampu daripada yang ada dalam layanan Marinir sekarang akan menjadi kunci untuk operasi masa depan ini, termasuk operasional armada Kapal Perang Amfibi Ringan baru. Kapal-kapal ini mencerminkan pergeseran besar lain yang direncanakan di pihak Marinir AS, di mana mereka mengandalkan desain kapal perang amfibi yang lebih tradisional untuk mengirim unit-unit Marinir yang lebih kecil dengan cepat di antara pulau-pulau yang lebih kecil, atau di mana pun mereka diperlukan.
Sementara seorang Jenderal Korps Marinir AS mengatakan jika USMC ingin punya pasukan yang lebih sedikit di masa depan, berikut pernyataannya: “Kami akan menjadi lebih kecil jika kami harus melakukannya,”kata Jenderal Korps Marinir David Berger, perwira tinggi dinas tersebut kepada wartawan di Forum Pertahanan Nasional Reagan awal bulan ini.
"Kami harus menyediakan Marinir apa yang mereka butuhkan untuk beroperasi di lingkungan itu. Dan jika itu berarti lebih sedikit Marinir, saya bersedia melakukan itu. Saya lebih suka memiliki Korps Marinir yang lebih kecil yang dapat menangani sebuah misi, daripada Korps Marinir besar yang tidak memiliki kemampuan itu.”
Keputusan pelarangan AAV untuk beroperasi di air tersebut terjadi lebih dari setahun setelah sebuah AAV tenggelam selama latihan pada 30 Juli 2020, insiden itu menewaskan delapan Marinir dan seorang pelaut Angkatan Laut AS.Kecelakaan itu dikaitkan dengan kegagalan pemeliharaan, pelatihan, dan kepemimpinan. Pasca kejadian Korps Marinir AS berupaya untuk mengganti AAV yang menua dengan Kendaraan Tempur Amfibi beroda 8x8 atau ACV (Amphibious Combat Vehicle). Sebagai konsekuensi dari pengadaan kendaraan tempur itu, Korps Marinir AS mulai membatalkan upgrade kemampuan kendaraan beratnya dengan menghentikan operasional seluruh tank M1 Abrams-nya.
Keputusan untuk melarang AAV nyemplung ke air ini adalah kebalikan dari keputusan yang dibuat Marinir pada bulan April 2021, waktu itu Korps Marinir mengizinkan AAV di seluruh layanan untuk kembali ke air setelah inspeksi kendaraan tertentu selesai dan setelah unit kendaraan amfibi menjalani proses sertifikasi baru terkait operasinya. Unit-unit tertentu sudah mulai melakukannya sebelum itu, setelah sebelumnya memenuhi persyaratan yang ditentukan untuk memenuhi tuntutan operasional dan pelatihan yang dijadwalkan.
Meski Korps Marinir melarang AAV untuk kembali beraksi di air, tidak jelas berapa total AAV yang dimiliki saat ini. The Military Balance edisi 2016, sebuah panduan otoritatif untuk pasukan militer di seluruh dunia yang diterbitkan oleh International Institute for Strategic Studies (IISS) yang berbasis di Inggris menyebutkan angka 1.311 kendaraan AAV yang beroperasi bersama USMC.
Quote:
Pelarangan AAV untuk beroperasi di air merupakan kerugian yang signifikan dari kemampuan serangan amfibi Korps Marinir, setidaknya dalam waktu dekat. Pasalnya sebagai kendaraan amfibi, tentu saja kemampuan untuk beroperasi di darat dan air adalah sesuatu yang penting. Yang lebih mengherankan dari keputusan ini, bagaimana bisa kru AAV kelak akan melakukan operasi darurat di air jika saat latihan saja AAV mereka tidak boleh beroperasi di dalam air ?Pada saat yang sama, nasib akhir layanan AAV tampaknya semakin tidak menentu dalam beberapa tahun terakhir.
Sebagai pengingat Korps Marinir AS pertama kali mulai mengoperasikan keluarga AAV, varian asli yang dikenal sebagai seri LVTP-7 pada tahun 1972, tetapi mereka telah meningkatkan dan merombak kendaraan tempur itu pada beberapa kesempatan sejak saat itu. Namun, kemudian AAV menjadi bahan pergunjingan sampai saat ini setelah satu unit AAV tenggelam pada tahun lalu.
Sebenarnya sebelum kecelakaan menimpa AAV tahun lalu, pada tahun 2018 Korps Marinir mengumumkan bahwa mereka telah memilih SuperAV 8x8 yang merupakan kendaraan lapis baja ringan. Di mana kendaraan ini dirancang oleh kontraktor pertahanan BAE Systems asal Inggris dan Iveco dari Italia bertindak sebagai pemasok chassis-nya. BAE Systems terpilih melalui program Kendaraan Tempur Amfibi (Amphibious Combat Vehicle) yang dimaksudkan untuk mengganti AAV.
Program ACV merupakan tindak lanjut dari upaya Expeditionary Fighting Vehicle (EFV) yang gagal, program tersebut telah menghasilkan pengembangan desain kendaraan amfibi berkecepatan tinggi yang kompleks, tetapi program ini dibatalkan pada tahun 2012 karena biaya yang membengkak.
Quote:
Amphibious Combat Vehicle (ACV) 8x8 punya desain lebih kecil, lebih lambat di air, dan memiliki kapasitas angkut pasukan yang lebih sedikit daripada AAV. Tetapi ACV lebih cepat di darat dan disebut-sebut mudah dioperasikan dan dirawat. Stasiun senjata jarak jauhnya dapat menampung senapan mesin M2 kaliber .50 atau peluncur granat otomatis 40 mm Mk 19. Korps Marinir saat ini juga sedang meminta ACV dengan turret yang dipersenjatai dengan meriam otomatis 30 mm yang akan memberikan daya tembak jauh lebih baik.
Setelah pemilihan desain ACV yang menang, Korps Marinir memutuskan untuk menghentikan penyegaran armada AAV. Paket upgrade yang direncanakan yang dibatalkan antara lain pemasangan komponen mesin, transmisi, dan suspensi baru yang akan meningkatkan kinerja kendaraan secara keseluruhan.
Namun, dalam mengumumkan kebijakan baru yang berkaitan dengan AAV, Korps Marinir mengakui bahwa "76 persen tugasnya sudah berbasis darat."Hal tersebut kemudian menimbulkan pertanyaan tentang seberapa berguna layanan tersebut untuk operasi amfibi ? Ada juga pertanyaan tentang apa yang akan terjadi sekarang dengan kecakapan kru AAV dalam keahlian yang mereka butuhkan untuk dapat beroperasi dengan aman dan efektif dalam konteks amfibi, jika mereka tidak dapat berlatih di atas air di masa mendatang. Ini dapat membatasi kemampuan Korps Marinir untuk menyebarkan sejumlah besar AAV di palagan konflik di masa depan, bahkan dalam skenario darurat.
Dengan semua aturan baru ini, masih harus dilihat bagaimana aturan baru Korps Marinir mengenai penggunaan AAV pada akhirnya akan berdampak pada operasinya kelak. Inisiatif Force Design 2030 yang diluncurkan tahun lalu secara signifikan tidak menekankan pentingnya kendaraan lapis baja tradisional amfibi atau lainnya sebagai bagian dari rencana struktur kekuatan USMC. Dan untuk mendukung program Force Design, Korps Marinir akan memensiunkan seluruh armada tank M1 Abrams dan kendaraan lapis baja berat lainnya pada tahun 2023.
Quote:
Masih berkaitan dengan Force Design 2030, program ini juga berdampak pada pengadaan ACV 8x8, di mana USMC telah memotong pembelian ACV yang direncanakan kira-kira setengahnya. Awalnya mereka akan memesan 1.122 unit kendaraan, tapi kini jumlah itu turun menjadi 632. Tidak jelas berapa banyak ACV yang telah diterima Marinir sejauh ini, tetapi layanan itu diperkirakan telah menerima pengiriman sekitar 76 di antaranya pada akhir tahun ini, sedangkan sekitar 80 unit lainnya akan tiba setiap tahun.
Pelarangan operasional AAV di air serta pengadaan ACV 8x8 Ini hanyalah beberapa perubahan dramatis yang dibuat Korps Marinir AS agar lebih cocok untuk konsep operasi ekspedisi dan distribusi baru, yang secara kolektif dikenal sebagai Expeditionary Advanced Base Operations (EABO). EABO berpusat pada gagasan untuk mempekerjakan kelompok Marinir yang lebih kecil, lebih mobile, dan sangat fleksibel untuk maju di garis depan. Sementara itu mereka juga dituntut untuk mempertahankan kemampuan untuk siap dipindahkan ke area baru. Lewat strategi ini, Marinir akan melakukan kontrol atas bagian-bagian dari ruang pertempuran, termasuk area laut yang berdekatan.
Kemampuan baru, termasuk rudal anti kapal yang diluncurkan dari darat dan pesawat tak berawak yang lebih mampu daripada yang ada dalam layanan Marinir sekarang akan menjadi kunci untuk operasi masa depan ini, termasuk operasional armada Kapal Perang Amfibi Ringan baru. Kapal-kapal ini mencerminkan pergeseran besar lain yang direncanakan di pihak Marinir AS, di mana mereka mengandalkan desain kapal perang amfibi yang lebih tradisional untuk mengirim unit-unit Marinir yang lebih kecil dengan cepat di antara pulau-pulau yang lebih kecil, atau di mana pun mereka diperlukan.
Quote:
Sementara seorang Jenderal Korps Marinir AS mengatakan jika USMC ingin punya pasukan yang lebih sedikit di masa depan, berikut pernyataannya: “Kami akan menjadi lebih kecil jika kami harus melakukannya,”kata Jenderal Korps Marinir David Berger, perwira tinggi dinas tersebut kepada wartawan di Forum Pertahanan Nasional Reagan awal bulan ini.
"Kami harus menyediakan Marinir apa yang mereka butuhkan untuk beroperasi di lingkungan itu. Dan jika itu berarti lebih sedikit Marinir, saya bersedia melakukan itu. Saya lebih suka memiliki Korps Marinir yang lebih kecil yang dapat menangani sebuah misi, daripada Korps Marinir besar yang tidak memiliki kemampuan itu.”
Apa pun yang terjadi pada armada AAV Korps Marinir ke depan, kendaraan ini tampaknya memasuki senja karir mereka setelah hampir lima dekade dalam pelayanan, dan hari-hari mereka beroperasi di atas air tampaknya akan segera berakhir.
Diubah oleh si.matamalaikat 19-12-2021 10:37






agusn6778 dan 21 lainnya memberi reputasi
22
7.9K
67


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan