Polemik ucapan selamat Hari Natal beberapa tahun ini selalu ramai di perbincangkan di ranah publik.
Lucunya justru yang tidak merayakan yang malah saling serang.

Ane juga kadang ikut dalam perdebatan itu.
Namun yang perlu di garis bawahi.
Ane ikut bukan ingin menyalahkan yang berbeda pendapat dengan ane.
Akan tetapi ingin kedua belah pihak tidak terjebak dengan urusan model ginian di setiap akhir tahun.

Kebetulan ane muslim dan ane juga sempat terbingungkan dengan boleh dan tidaknya mengucapkan selamat Hari Natal.
Tuk Tahun Baru mah santuy aja karena sifatnya universal.
Seluruh manusia tanpa memandang ras,agama dan suku di dunia ini, mayoritas mengucapkan dan merayakan pergantian tahun.

Kembali ke masalah awal.

Berdasarkan sumber-sumber dari beberapa tokoh agama yang ane ikutin via you tube dan menjadi guru agama online bagi ane.
Ucapan selamat Hari Natal ternyata ada yang mengharamkan dan adapula yang membolehkan.
Keduanya bersandarkan fatwa ulama besar.

Sori to say, ane juga bukan seseorang yang punya ilmu agama yang memadai.
Jadi di trit ini ane hanya bicara seputaran yang umum saja.


Sekelumit yang terjadi di antara kaum ahli agama di wilayah central ajaran Islam pun mengalami perdebatan.
Ada ulama yang bilang boleh karena hanya sebagai ucapan kosong dan juga bentuk jalinan hubungan sosial aja sebagai manusia.
Adapula ulama yang melarang alias mengharamkan.

Bayangkan para tokoh-tokoh di atas tersebut, kalau bicara soal ilmu agama mereka pakarnya loh yaaa.
Mereka yang pakar saja masih mendebatkan dengan sandaran yang sama-sama kuatnya.

Lalu bagaimana kita yang mungkin ilmu agamanya masih selevel Sekolah Dasar bahkan bisa juga level PAUD.
Berdebat pula sampai jempol dan mulut kering tanpa solusi.
Karena itulah hari ini, ane mengajak agan dan sista yang beragama Islam.

Yuk kita berhenti dengan polemik ini.

Bila yang ingin mengucapkan selamat Hari Natal, yaaa silahkan saja, toh ada ulama besar yang memperbolehkan dengan syarat-syaratnya.

Bila tidak ingin mengucapkan, yaa silahkan saja, toh ada ulama besar yang mengharamkannya.

Kembalikan ke diri masing-masing saja..

Justru yang menurut ane yang tidak boleh di lakukan oleh kita-kita yang di bawah ini malah menjadi Hakim agama kepada sesama muslim.

Memvonis yang tidak mengucapkan anti toleransi...

Memvonis yang mengucapkan telah lancang melanggar ajaran agama sendiri...

Keduanya, menurut ane sama-sama tidak ada manfaatnya.

Sama-sama menyakiti sesama muslim.

Lha kita kan hanya mengingatkan..

Benar tapi kagak juga tiap tahun kalee, ini bagi yang mengatakan haram hukumnya yaa..

Lha kita kan sesama manusia dan sebangsa jadi kita harus menjaga keharmonisan dalam kehidupan sosial...

Benar tapi kagak perlulah di koar-koarkan.
Cukup ucapkan selamat lalu melanjutkan kesibukan hidup sehari-hari.

Ini yang sebenarnya toleransi sesama muslim.
Saling menghargai dan menghormati perbedaan pendapat.

Toh kita ini apalah...

Mulailah tahun 2021 ini dengan langkah awal menghentikan polemik tahunan ini.
Cukup kita serahkan ke pribadi masing-masing.
Masih banyak hal-hal yang perlu kita kritisi di internal agama sendiri.
Salah satunya, mulai sering terjadi kekerasan seksual dan penyimpangan tujuan sekolah agama di dirikan.

Bagaimana upaya Pemerintah dan tokoh-tokoh agama tuk mencegah agar kasus yang heboh ini tidak terulang ke depannya.
Ini jelas bermanfaat tuk menyelamatkan kehidupan kaum muda muslim yang mereka pikir tempat mereka belajar menimba ilmu agama adalah kebaikan dan jalan terang mendalami ilmu agama mereka malah menjadi penghancur masa depan mereka.

Menurut ane banyak hal yang harus kita kritisi sebagai kaum muslim level bawah ini agar kita,anak-anak kita bahkan cucu kita berjalan di jalanan yang menuju kebaikan sesuai ajaran agama Islam.
Di banding kita ribut soal ucapan selamat Hari Natal dan Tahun Baru.
Menang debat juga efeknya biasa aja.
Kalah debat pun efeknya biasa saja.

Biarlah beberapa orang di atas kita yang sibuk berdebat.
Kita move on aja dari polemik ini.

Yang ucapkan selamat Hari Natal...diemin aja

Yang tidak ucapkan selamat Hari Natal...diemin aja.

Mari kita dewasa dan bijak melihat keragaman agama dan budaya yang ada di Indonesia.
Ini takdir kita sebagai warga Indonesia yang harus hidup di antara banyaknya perbedaan.
Mau saling serang akhirnya bisa jadi arang atau abu atau saling maklum dan tetap saling merangkul di antara banyak perbedaan.
Percayalah, sesungguhnya Tuhan maha tau dan Tuhan cinta akan kedamaian yang di lakukan hamba-hambanya di dunia.
Biarkan warna pelangi itu beraneka warna.
Keliatan indah tuk di pandang.
Bayangkan klo warna pelangi hanya satu warna.
Sungguh membosankan tuk di pandang.