- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Melepas Untuk Bebas


TS
nona212
Melepas Untuk Bebas
Spoiler for Instagram@melepasmu:

Quote:
Dat je hart sterker is dan je denkt, zelfs beter dan je denkt. Geloof me, Allah heeft andere plannen, veel mooier dan dit verhaal.
So, don't be afraid to take a step, continue the journey that was delayed yesterday
So, don't be afraid to take a step, continue the journey that was delayed yesterday
Quote:

Quote:
Blur:
Cinta itu bukan sesuatu yang menyakitkan, namun bagian terindah dari sebuah jalan cerita, bukan sebuah dongeng ataupun hayalan, yang hanya ada di antara skenario para artis dan puisi-puisi dari para pujangga.
"Biyan, aku melepaskan dirimu untuk terbang dengan bebasnya."
"Tapi Sin, aku masih menyayangimu. Walaupun rasa sayangku itu berbeda."
"Enough! Done to me."
"But, i need you."

Cinta itu bukan sesuatu yang menyakitkan, namun bagian terindah dari sebuah jalan cerita, bukan sebuah dongeng ataupun hayalan, yang hanya ada di antara skenario para artis dan puisi-puisi dari para pujangga.
"Biyan, aku melepaskan dirimu untuk terbang dengan bebasnya."
"Tapi Sin, aku masih menyayangimu. Walaupun rasa sayangku itu berbeda."
"Enough! Done to me."
"But, i need you."

sinopsis:
Titik titik hujan membasahi halaman rumah Sin, yang nampaknya masih berduka, dengan keadaan yang menimpanya saat ini.
Wajahnya nampak masih pucat paci, bukan hanya karena masih dalam kedukaan saja, akan tetapi perutnya belum terisi sejak dia menjaga ayahnya saat penyakit laknat tersebut menyerang tubuh.
"Sin, makanlah! Kau harus lebih kuat untuk menghadapi hari esoknya. Karena hidup tidak hanya terbungkus dalam kedukaan saja, masih banyak jalan panjang yang harus kau lalui antaranya."
"Ya, akan aku makan nanti, setelah adik adik pulang dari rumah Encing."

Setengah jam kemudian adik-adiknya berdatangan, mereka langsung menyerbu makanan, tanpa melihat air mata Sinta masih belom kering. Akhirnya dia memaksakan diri untuk makan dan menikmati kehidupan ini.
"Abis makan kita lihat ayah ya kak! Aku tadi belum sempat lihat."
"Esok saja, hari ini kakak lelah sekali."

Akhirnya Sinta mampu membujuk adik-adiknya untuk segera melakukan apa yang diinginkan olehnya.
"Sinta, ibu Ani harus ke gereja. Apakah kamu sanggup mengerjakan semuanya sendirian?"
"Bisa, Bu Ani, terimakasih atas kunjungannya!"

Sinta segera menyiapkan segala sesuatunya, untuk acara tahlilan nanti malam, kepergian ayahnya kali ini telah membuatnya sangat tidak berdaya, dia merasa sangat lemah dah ketakutan untuk menghadapi hari esoknya, sebab kini dia sudah tidak memiliki ayah ataupun ibu.

Duka yang di terima Sinta menjadi tangisan di antara malam, bahkan setelah dia mengembalikan semua takdir atas hidupnya, kepada Allah di atas sajadah panjang. Yang mana sejak mereka menemukan napas islam, ruangan santai di rumah tersebut menjadi tempat ibadahnya.
Pagi ini dia berjalan sangat lunglai, matanya nampak sayu dan sangat duka. Walaupun senyuman manis sudah mengisi kekuatan dalam tubuhnya, namun demikian matanya belom lagi bisa berpura-pura untuk ceria dan bahagia. Masih nampak raut kesedihan yang mendalam.
"Ada apa Sin?"
Nampak seorang pria, sosok yang lebih tua darinya beberapa puluhan tahun menegurnya dengan sangat ramah. Seolah-olah menawarkan kebahagiaan untuk sebuah senyuman manis di pipinya.
"Ayahku sudah meninggal, Om."
"Sabarlah! Semua yang hidup pasti akan pergi. Tidak ada yang abadi di dunia ini."
Wajahnya Sinta nampak bersemangat, setelah beberapa kali pria tersebut membuat senyuman manis di pipinya merekah kembali.
"Don't ever shed tears easily, because they are too expensive to remove."
"Baiklah!"
Menatap langit dan memulai pertikaian dengan hidup demi untuk melakukan tanggung jawabnya sebagai seorang anak perempuan pertama di keluarganya. Yang mana memiliki peranan penting untuk menjaga keutuhan keluarga.
"Kamu pasti bisa menghadapi semuanya ini!"
Sejak pria itu datang, Sinta menjadi sangat tergantung kepadanya, bahkan setiap jengkal masalah yang dihadapinya, dia selalu mencari pria tersebut untuk di ajak bertukar pikiran.
"Mulai sekarang kamu bisa menyampah semua masalahmu di dadaku, Sin!"
Sinta seolah-olah mendapatkan sosok ayah yang bisa di andalkan pada saat itu. Segala sesuatu yang membuatnya sedih, selalu saja dikeluhkan olehnya di hadapan pria tersebut. Bahkan menjadi sebegitu dekatnya, hingga banyak orang orang curiga kepada mereka, jikalau mereka sepasang kekasih.
Suatu hari pria tersebut membuat Sinta seperti sosok yang sangat spesial di hatinya, semua perhatian dan kasih sayangnya merubah dia selayaknya seorang kekasih, pujaan hati, yang mana rasa itu sangat dirasakannya begitu nyata.
"Om, rasa ini sudah seperti ...."
"Apa, kamu sayang Om kan? Sudah pasti kamu sayang Omlah."
"Ya, sangat! Dadaku sampai bergetar dengan hebatnya."
"Itu cinta. Raskanlah saja. Biarkan mengalir seperti yang sudah seharusnya. Nikmati sajalah."
"Tapi ini salah, Om. Hubungan ini sangat salah. Kita ...."
"TTM an saja. Aku menawarkan hubungan yang tidak akan membuatmu sakit. Aku akan memberikan bentuk cinta yang nyaman, hingga semua rasa sakitmu hilang."
Sinta pada akhirnya menjadi teman mesra pria tersebut, yang mana sudah sangat tidak lazim jika mereka bersama, apalagi memadu cinta.
Namun pada akhirnya Sinta menemukan kenyataan, bahwasanya dia hanyalan tak lebih dari sebagai kawan mesra saja. Sampai pada akhirnya Sinta merasa tidak nyaman dan akhirnya memberontak.
"Katakanlah, kau anggap aku seperti apa selama ini?"
"TTM an saja bukan?"
"Kalau begitu aku pergi, aku tidak bisa menjadi permainan mesramu lagi."
"Jangan pergi, tetaplah di sini bersamaku!"
"Biyan, aku melepaskan dirimu untuk terbang dengan bebasnya."
"Tapi Sin, aku masih menyayangimu. Walaupun rasa sayangku itu berbeda."
"Enough! Done to me."
"But, i need you."
"Tidak bisa, aku ...."
"Please ...."
Akhirnya Sinta kembali bersamanya, sampai suatu hari pria tersebut mendapatkan seorang kekasih.

"Who is she?"
"My girlfriend!"
"Ok fiks! Aku pergi darimu."
"Tidak, jangan! Kita masih bisa berkawan."
Sinta masih menuruti apa yang diminta, menjadi kawan yang selalu ada untuknya. Namun pada akhirnya dia banyak berpikir, bahwasanya hubungan ini sudah sangat tidak sehat. Terlampau banyak luka yang membakar jiwanya. Sampai pada akhirnya Allah menunjukkan siapa pria tersebut yang sebenarnya dalam bentuk penilaian waktu.

"Goodbye, Sin! Don't ever annoying me again."
"Ok!"

Entah mengapa, pada saat malam yang terasa sangat panjang tersebut, telah membuatnya begitu kuat untuk melepaskan apa yang seharusnya sudah sejak lama dilepaskan. Sebab cinta yang hanya sekedarnya saja tidak akan bisa membangun sebua kenyamanan, walaupun sudah merasakan cukup diberikan sebegitu banyak kenyamanan, namun kenyataannya tidak bisa membuatnya menjadi nyaman. Bahkan sangat menyakitkan untuk keduanya.
Masih sinopsis pisss....
Quote:

Fiksi ....
Sumber gembar dari Instagram
Diubah oleh nona212 06-12-2021 17:35





User telah dihapus dan 44 lainnya memberi reputasi
45
7.5K
Kutip
403
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan