- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Noda Darah Di Dalam Celana


TS
User telah dihapus
Noda Darah Di Dalam Celana
"Yasmin, besok kita jenguk Ayah pada penjara ya. Ibu udah kangen sama ayahmu," ujar Bu Ratna dalam putrinya sambil membereskan balik gulungan kain. Bu Ratna baru saja terselesaikan memotong kain buat menjahit sebuah baju pesanan.
Yasmin yg tengah mengerjakan PR pada ruangan yg sama menggunakan ibunya berada, mengalihkan penekanan menurut bukunya.
"Ayah mau bebas Bu?" tanya Yasmin menggunakan mata berbinar.
"Enggak. Kan ayah pada penjara empat tahun. Baru jua jalan 1/2 tahun," jawab Bu Ratna.
Binar pada mata Yasmin meredup. Ia berpikir ayahnya akan segera bebas, lantaran dia sudah menuruti hal yg diminta sang Burhan.
Ibu niscaya bahagia jika ayah bebas lebih cepat, begitu pikir Yasmin. Sejak hari kelam itu, Yasmin terus menanti kapan ayahnya sanggup keluar menurut penjara & balik pergi ke tempat tinggal misalnya yg dijanjikan Burhan. Meski rasa syok jua terasa memenuhi pikirannya.
Bu Ratna yg sekarang wajib menghidupi dirinya sendiri & jua Yasmin, tidak lantas jadi membenci suaminya. Bu Ratna memahami bila apa yg telah dilakukan Fadli hanyalah kekhilafan semata, seluruh itu demi kebahagiaan Yasmin. Cinta seseorang ayah kadang memang membutakan.
"Bu, ayah sanggup bebas lebih cepet nggak sih?" tanya Yasmin.
"Ya Ibu nggak tau. Kalau dapet keringanan sanksi mungkin sanggup lebih cepet bebas," jawab Bu Ratna yg hanya mengira-ngira.
"Aku konfiden jika Ayah sanggup cepet bebas menurut penjara." Yasmin berbicara sambil mulai mengerjakan PR-nya balik .
"Kenapa engkau konfiden?"
"Aku kan anak yg baik, Bu. Anak yg baik niscaya akan melakukan apapun buat ayahnya."
Seutas senyum tercipta pada bibir Bu Ratna mendengar penuturan anaknya.
"Iya, Ibu tau engkau anak yg baik. Makanya engkau wajib rajin belajar. Biar Ayahmu bangga," ujar Bu Ratna.
Tidak memahami saja Bu Ratna, pada kembali pernyataan anaknya itu tersimpan hal yg sangat mengerikan.
Sementara Yasmin, terlihat sedang tersenyum sambil membuka bukunya, membayangkan bila ayahnya akan segera pergi.
Keesokan harinya, Bu Ratna & Yasmin tengah bersiap buat menjenguk Fadli pada penjara.
Tak lupa dia membawa kuliner selera suaminya itu. Sayur asem, ikan asin, tempe goreng & sambel terasi telah tertata pada pada sebuah rantang plastik.
"Sederhana akan tetapi nikmatnya ngalahin daging sapi." Pujian menurut Fadli terhadap masakannya itu, masih terngiang kentara pada indera pendengaran Bu Ratna.
Ditentengnya rantang yg berisi kuliner itu pada tangan kanan Bu Ratna. Ia beserta Yasmin menyusuri jalan menurut depan rumahnya menuju jalan raya yg dilewati Angkutan Umum.
Hanya mereka berdua saja yg menjenguk Fadli pada tahanan. Anak pertama Bu Ratna yg bernama Erik, sekarang tengah merantau pada lain kota buat bekerja menjadi buruh pabrik.
Sesekali Erik mengirimi ibunya uang. Tak poly memang, lantaran gajinya pun tidak besar. Hanya relatif buat bertahan hayati pada rantau. Bu Ratna pun tidak pernah meminta uang pada anak lelakinya itu. Baginya pantang buat sebagai beban anak. Akan tetapi, Erik beralasan bila uang yg dikirimnya buat menambah uang saku Yasmin.
"Kiri Pak."
Bu Ratna meminta supir Angkutan Umum menghentikan laju mobilnya begitu hingga pada loka tujuan.
Setelah melalui alur yg wajib dilewati buat menjenguk seseorang narapidana, sekarang Bu Ratna duduk pada sebuah kursi kayu. Menunggu oleh pujaan hatinya tiba.
Dihadapannya terbentang kaca menjadi pembatas antara pengunjung & tahanan. Tidak terdapat celah pada kaca itu, bahkan buat sekadar saling menggenggam tangan pun. Hanya terdapat lubang-lubang mini menjadi jalan lewatnya gelombang suara.
"Mas, engkau apa kabarnya? Maaf saya baru sempet jenguk kini ," ucap Bu Ratna dalam sosok pada depannya.
"Aku baik. Kabar engkau gimana sama anak-anak?"
"Alhamdulillah, Mas. Aku & anak-anak jua baik. Erik nggak sanggup dateng soalnya beliau wajib kerja. Kalau Yasmin kini lagi sibuk belajar, sementara waktu lagi beliau mau terdapat ujian pada sekolahnya," celoteh Bu Ratna menyebutkan keadaan anak-anaknya.
Yasmin yg jua tiba menjenguk ayahnya terlihat bahagia. Ditatapnya terus sosok malaikatnya menurut kembali kaca pembatas.
"Ayah, ayah kapan bebas menurut sini?" tanya Yasmin.
"Sabar ya sayang, ayah masih usang pada sini. Maafin ayah, yg nggak sanggup jagain engkau , nggak sanggup sama-sama lagi pada tempat tinggal . Maafin ayah jua, telah untuk kalian malu."
Tatapan mata Fadli memanas. Ada guratan merah pada bola matanya. Perasaan rindu & jua kesedihan bercampur, tergambar kentara pada paras Fadli.
"Ayah jangan usang -usang pada sini ya. Cepet pergi. Aku bantu ayah izin sanggup cepet keluar menurut sini."
"Bantu gimana? Kalau engkau mau bantu ayah, engkau belajar yg rajin. Biar sukses. Nanti engkau jadi kaya abang itu tu. Namanya advokat. Tugasnya ngebantu orang-orang kayak ayah izin sanggup cepet bebas menurut penjara," ujar Fadli. Telunjuknya memilih seseorang gadis yg mengenakan blazer abu. Seorang advokat belia yg tengah berbincang menggunakan galat satu tahanan.
Fadli memang sangat mengharapkan putrinya itu sanggup sukses suatu hari nanti. Ia berjanji dalam dirinya sendiri, bila telah bebas nanti, dia akan bekerja mati-matian buat Yasmin. Apapun akan dia lakukan.
"Mas, saya jua bawakan kuliner kesukaanmu. Nanti saya titipin pada Pak Sipir ya," ujar Bu Ratna sembari memberitahuakn rantang plastik yg dia bawa.
"Makasih Rat. Nanti niscaya saya habiskan," ujar Fadli tersenyum.
Di tengah perbincangan mereka, datang-datang sesosok polisi menghampiri. Ia merupakan Burhan.
"Wah, terdapat yg kangen-kangenan nih," sapa Burhan beramah tamah.
Burhan memang telah mengenal famili Fadli, termasuk istri & anak-anaknya.
"Mas Burhan, titip suami aku ya pada sini," ujar Bu Ratna membalas keramahan Burhan.
"Siap. Nggak terdapat yg berani macam-macam sama Fadli pada sini. Saya jamin," ujar Burhan sambil mengacungkan jempolnya.
"Han, aku jua titip istri sama anak aku ya. Jagain mereka," ucap Fadli menimpali.
"Haduh, jadi main titip-titipan nih. Hehee ..." Tawa Burhan ikut mengiringi candaannya.
Yasmin hanya terdiam ketika itu. Ia merasa sangat takut pada orang yg mengaku menjadi teman ayahnya. Yasmin balik teringat akan insiden beberapa hari lalu, ketika Burhan menggunakan beringas menggagahi tubuh kecilnya.
Yasmin yg tengah mengerjakan PR pada ruangan yg sama menggunakan ibunya berada, mengalihkan penekanan menurut bukunya.
"Ayah mau bebas Bu?" tanya Yasmin menggunakan mata berbinar.
"Enggak. Kan ayah pada penjara empat tahun. Baru jua jalan 1/2 tahun," jawab Bu Ratna.
Binar pada mata Yasmin meredup. Ia berpikir ayahnya akan segera bebas, lantaran dia sudah menuruti hal yg diminta sang Burhan.
Ibu niscaya bahagia jika ayah bebas lebih cepat, begitu pikir Yasmin. Sejak hari kelam itu, Yasmin terus menanti kapan ayahnya sanggup keluar menurut penjara & balik pergi ke tempat tinggal misalnya yg dijanjikan Burhan. Meski rasa syok jua terasa memenuhi pikirannya.
Bu Ratna yg sekarang wajib menghidupi dirinya sendiri & jua Yasmin, tidak lantas jadi membenci suaminya. Bu Ratna memahami bila apa yg telah dilakukan Fadli hanyalah kekhilafan semata, seluruh itu demi kebahagiaan Yasmin. Cinta seseorang ayah kadang memang membutakan.
"Bu, ayah sanggup bebas lebih cepet nggak sih?" tanya Yasmin.
"Ya Ibu nggak tau. Kalau dapet keringanan sanksi mungkin sanggup lebih cepet bebas," jawab Bu Ratna yg hanya mengira-ngira.
"Aku konfiden jika Ayah sanggup cepet bebas menurut penjara." Yasmin berbicara sambil mulai mengerjakan PR-nya balik .
"Kenapa engkau konfiden?"
"Aku kan anak yg baik, Bu. Anak yg baik niscaya akan melakukan apapun buat ayahnya."
Seutas senyum tercipta pada bibir Bu Ratna mendengar penuturan anaknya.
"Iya, Ibu tau engkau anak yg baik. Makanya engkau wajib rajin belajar. Biar Ayahmu bangga," ujar Bu Ratna.
Tidak memahami saja Bu Ratna, pada kembali pernyataan anaknya itu tersimpan hal yg sangat mengerikan.
Sementara Yasmin, terlihat sedang tersenyum sambil membuka bukunya, membayangkan bila ayahnya akan segera pergi.
Keesokan harinya, Bu Ratna & Yasmin tengah bersiap buat menjenguk Fadli pada penjara.
Tak lupa dia membawa kuliner selera suaminya itu. Sayur asem, ikan asin, tempe goreng & sambel terasi telah tertata pada pada sebuah rantang plastik.
"Sederhana akan tetapi nikmatnya ngalahin daging sapi." Pujian menurut Fadli terhadap masakannya itu, masih terngiang kentara pada indera pendengaran Bu Ratna.
Ditentengnya rantang yg berisi kuliner itu pada tangan kanan Bu Ratna. Ia beserta Yasmin menyusuri jalan menurut depan rumahnya menuju jalan raya yg dilewati Angkutan Umum.
Hanya mereka berdua saja yg menjenguk Fadli pada tahanan. Anak pertama Bu Ratna yg bernama Erik, sekarang tengah merantau pada lain kota buat bekerja menjadi buruh pabrik.
Sesekali Erik mengirimi ibunya uang. Tak poly memang, lantaran gajinya pun tidak besar. Hanya relatif buat bertahan hayati pada rantau. Bu Ratna pun tidak pernah meminta uang pada anak lelakinya itu. Baginya pantang buat sebagai beban anak. Akan tetapi, Erik beralasan bila uang yg dikirimnya buat menambah uang saku Yasmin.
"Kiri Pak."
Bu Ratna meminta supir Angkutan Umum menghentikan laju mobilnya begitu hingga pada loka tujuan.
Setelah melalui alur yg wajib dilewati buat menjenguk seseorang narapidana, sekarang Bu Ratna duduk pada sebuah kursi kayu. Menunggu oleh pujaan hatinya tiba.
Dihadapannya terbentang kaca menjadi pembatas antara pengunjung & tahanan. Tidak terdapat celah pada kaca itu, bahkan buat sekadar saling menggenggam tangan pun. Hanya terdapat lubang-lubang mini menjadi jalan lewatnya gelombang suara.
"Mas, engkau apa kabarnya? Maaf saya baru sempet jenguk kini ," ucap Bu Ratna dalam sosok pada depannya.
"Aku baik. Kabar engkau gimana sama anak-anak?"
"Alhamdulillah, Mas. Aku & anak-anak jua baik. Erik nggak sanggup dateng soalnya beliau wajib kerja. Kalau Yasmin kini lagi sibuk belajar, sementara waktu lagi beliau mau terdapat ujian pada sekolahnya," celoteh Bu Ratna menyebutkan keadaan anak-anaknya.
Yasmin yg jua tiba menjenguk ayahnya terlihat bahagia. Ditatapnya terus sosok malaikatnya menurut kembali kaca pembatas.
"Ayah, ayah kapan bebas menurut sini?" tanya Yasmin.
"Sabar ya sayang, ayah masih usang pada sini. Maafin ayah, yg nggak sanggup jagain engkau , nggak sanggup sama-sama lagi pada tempat tinggal . Maafin ayah jua, telah untuk kalian malu."
Tatapan mata Fadli memanas. Ada guratan merah pada bola matanya. Perasaan rindu & jua kesedihan bercampur, tergambar kentara pada paras Fadli.
"Ayah jangan usang -usang pada sini ya. Cepet pergi. Aku bantu ayah izin sanggup cepet keluar menurut sini."
"Bantu gimana? Kalau engkau mau bantu ayah, engkau belajar yg rajin. Biar sukses. Nanti engkau jadi kaya abang itu tu. Namanya advokat. Tugasnya ngebantu orang-orang kayak ayah izin sanggup cepet bebas menurut penjara," ujar Fadli. Telunjuknya memilih seseorang gadis yg mengenakan blazer abu. Seorang advokat belia yg tengah berbincang menggunakan galat satu tahanan.
Fadli memang sangat mengharapkan putrinya itu sanggup sukses suatu hari nanti. Ia berjanji dalam dirinya sendiri, bila telah bebas nanti, dia akan bekerja mati-matian buat Yasmin. Apapun akan dia lakukan.
"Mas, saya jua bawakan kuliner kesukaanmu. Nanti saya titipin pada Pak Sipir ya," ujar Bu Ratna sembari memberitahuakn rantang plastik yg dia bawa.
"Makasih Rat. Nanti niscaya saya habiskan," ujar Fadli tersenyum.
Di tengah perbincangan mereka, datang-datang sesosok polisi menghampiri. Ia merupakan Burhan.
"Wah, terdapat yg kangen-kangenan nih," sapa Burhan beramah tamah.
Burhan memang telah mengenal famili Fadli, termasuk istri & anak-anaknya.
"Mas Burhan, titip suami aku ya pada sini," ujar Bu Ratna membalas keramahan Burhan.
"Siap. Nggak terdapat yg berani macam-macam sama Fadli pada sini. Saya jamin," ujar Burhan sambil mengacungkan jempolnya.
"Han, aku jua titip istri sama anak aku ya. Jagain mereka," ucap Fadli menimpali.
"Haduh, jadi main titip-titipan nih. Hehee ..." Tawa Burhan ikut mengiringi candaannya.
Yasmin hanya terdiam ketika itu. Ia merasa sangat takut pada orang yg mengaku menjadi teman ayahnya. Yasmin balik teringat akan insiden beberapa hari lalu, ketika Burhan menggunakan beringas menggagahi tubuh kecilnya.






pulaukapok dan 2 lainnya memberi reputasi
3
927
4


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan