Greenpeace Sebut Luas Deforestasi Era Jokowi Tiga Kali Pulau Bali
TS
djantjux
Greenpeace Sebut Luas Deforestasi Era Jokowi Tiga Kali Pulau Bali
Spoiler for Isi Berita:
Jakarta, CNN Indonesia --
Greenpeace Indonesia menyebut luasan lahan deforestasi dalam lima tahun terakhir mencapai 2,13 juta hektare (ha) atau setara dengan luas 3,5 kali luas Pulau Bali.
Ketua Tim Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia Arie Rompas mengatakan itu merujuk data yang dimiliki pemerintah. "Apakah ini layak disebut penurunan signifikan,"tanyanya retoris dalam keterangan tertulis, Rabu (10/11).
Jika dirinci, deforestasi terjadi di 629,2 ribu ha pada periode 2015-2016, 480 ribu ha pada periode 2016-2017, 439,4 ribu ha pada periode 2017-2018.
Kemudian 462,5 ribu ha pada periode 2018-2019, dan 115,5 ribu ha pada periode 2019-2020.
Jika ditotal, Arie mengatakan bahwa luas deforestasi selama kepemimpinan Jokowi itu mencapai 2,13 juta ha atau setara dengan luas 3,5 kali pulau Bali.
Total deforestasi selama lima tahun terakhir juga telah mencapai setengah luas deforestasi yang terjadi sepanjang 12 tahun sebelumnya (2003-2014) yakni 4,19 juta ha.
"Hanya butuh 5 tahun angka deforestasi Indonesia di era Presiden Jokowi telah mencapai separuh angka deforestasi selama 12 tahun," kata Arie.
Arie lalu menyebut pernyataan pemerintah yang mengklaim penurunan laju deforestasi sebagai prestasi dalam agenda COP26 kemarin terkesan menyamarkan fakta yang sebenarnya terjadi di lapangan.
Belum lagi dampak deforestasi lahan hutan seperti hilangnya keanekaragaman hayati, bencana alam, emisi karbon, dan kesehatan masyarakat.
Dia menilai sangatlah naif apabila pemerintah menganggap hal tersebut sebagai prestasi.
Alih-alih berusaha menampilkan citra baik di kancah global, Arie meminta agar pemerintah dapat benar-benar membuktikan komitmennya baik dalam memoratorium lahan hutan maupun pencegahan kerusakan iklim yang semakin parah.
"Sebaik-baiknya komunikasi pemerintah dipoles, tidak akan mampu menutupi realitas dan masalah di lapangan," ujarnya.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengklaim selama ini pemerintah telah berkomitmen untuk peduli terhadap lingkungan hidup.
Misalnya dalam bentuk kerja nyata seperti menekan angka deforestasi dan penurunan emisi dalam kurun waktu 6-7 tahun terakhir.
"Di tahun 2020, angka deforestasi turun drastis hanya tinggal 115,2 ribu ha. Angka deforestasi di tahun ini, menjadi angka deforestasi terendah dalam 20 tahun terakhir," papar Siti.
Di balik deforestasi itu, Siti Nurbaya juga mengklaim pemerintah telah melakukan optimasi lahan tidak produktif, penegakan hukum, restorasi, rehabilitasi hutan untuk pengayaan tanaman dan peningkatan serapan karbon.
Dia juga menyebut pemerintah telah melakukan pengendalian hutan tanaman pada sekitar 14 juta hutan tanaman. Pengendalian itu di antaranya menggunakan metode reduce impact logging serta pengelolaan perhutanan sosial untuk petani kecil.
(tfq/bmw)
Pidato Jokowi pada KTT Perubahan Iklim COP26 di Glasgow beberapa waktu yang lalu Jokowi menyampaikan bahwa "Perubahan iklim adalah ancaman besar bagi kemakmuran dan pembangunan global. Solidaritas, kemitraan, kerjasama, kolaborasi global, merupakan kunci. Dengan potensi alam yang begitu besar, Indonesia terus bekontribusi dalam penanganan perubahan iklim. Laju deforestasi turun signifikan, terendah dalam 20 tahun terakhir. Kebakaran hutan juga turun 82 persen di tahun 2020".
Sayangnya pidato ini hanya sekedar menjadi macan kertas, karena ternyata Greenpeace sebuah NGO yang bergerak di bidang lingkungan hidup memiliki data yang justru menyatakan bahwa di era kepemimpinan Jokowi ternyata penggundulan hutan (Deforestasi) terjadi dengan sangat amat masif, bahkan memecahkan rekor jika dibandingkan era Presiden sebelumnya.
Data Greenpeace menyebutkan bahwa Total deforestasi selama lima tahun terakhir telah mencapai setengah luas deforestasi yang terjadi sepanjang 12 tahun sebelumnya (2003-2014) yakni 4,19 juta ha alias hanya membutuhkan waktu 5 tahun saja deforestasi Indonesia di era Presiden Jokowi telah mencapai separuh angka deforestasi selama 12 tahun.
Ini jelas sebuah kegagalan yang memalukan terlebih setelah berpidato panjang lebar di khalayak internasional, tentu menampar muka bangsa dan mencitrakan Indonesia cuma besar di omongan saja, sekaligus kita bisa melihat bahwa keberpihakan Jokowi kepada lingkungan hidup hanya sebatas retorika belaka.