Warga Cipinang Melayu Sebut Banjir era Anies Lebih Cepat Surut
TS
djantjux
Warga Cipinang Melayu Sebut Banjir era Anies Lebih Cepat Surut
Spoiler for Isi Berita:
Jakarta, CNN Indonesia --
Warga Kelurahan Cipinang Melayu, Makasar, Jakarta Timur yang tinggal di bantaran Sungai Sunter mengatakan banjir di era Gubernur DKI Anies Baswedan lebih cepat kering meski lebih besar dan sering terjadi.
Salah satu warga RT, 4 RW 4, Kelurahan Cipinang Melayu yang tinggal di bantaran Sunter, Masrifah (47) banjir Jakarta menjadi lebih cepat surut baru dalam beberapa tahun terakhir.
"Ya (cepat surut di era Anies), pokoknya mah baru tahun-tahun ini yang cepet kering ini," kata Masrifah saat ditemui CNNIndonesia.com di sekitar bantaran Sungai Sunter, Selasa (9/11).
Masrifah yang telah menempati kawasan itu sejak 1994 lantas membandingkan banjir Cipinang Melayu pada tahun 2000-an dan sekarang.
Menurutnya, pada tahun 2001 an, banjir di Cipinang Melayu bisa berlangsung selama satu bulan. Sementara, pada beberapa tahun terakhir, banjir tersebut hanya berlangsung sekitar dua sampai tiga hari. Meski sebentar, banjir itu lebih besar.
"Kalau banjir bisa 2 minggu bisa sebulan. Kalau sekarang lebih cepat surut. Soalnya suka disedot kalo sekarang," ujar Masrifah.
Hal serupa juga diutarakan warga Cipinang Melayu lainnya, Afif Ilham (18). Hidup di kawasan bantaran kali sejak kecil membuat Afif mengalami beberapa peristiwa banjir.
Menurutnya, banjir era Anies Baswedan memang lebih cepat surut. Namun, volume airnya lebih besar. Padahal, kata Afif, sepanjang pengamatannya, banjir besar dulu hanya terjadi sekitar empat tahunan sekali, yakni 2007, 2010, 2017.
"Kalau dulu banjir gedenya kayak 4 tahun sekali, 3 tahun sekali. Tapi kalau tahun sekarang setiap tahun jadinya," kata Afif.
Afif mengatakan, dibanding dulu, dalam beberapa tahun terakhir banjir di Cipinang Melayu lebih cepat surut. Hal ini karena genangan air disedot dan dibuang ke Kalimalang. "Kalau cepat surut, cepat sih. Sekarang soalnya kan disedot," kata Afif.
Meski sama-sama mengakui bahwa banjir era Anies Baswedan lebih cepat surut, baik Masrifah maupun Afif mengatakan untuk dapat surut banjir di daerahnya membutuhkan waktu lebih lama dari enam jam.
Masrifah mencontohkan, banjir yang melanda Cipinang Melayu beberapa hari sebelumnya terjadi mulai sekitar sore hari. Namun, di tempat tinggalnya baru surut keesokan harinya.
"Enam jam? Enggak enam jam mah. Kemarin aja banjir segitu aja dari sore (baru) kering-kering pagi. Ya mungkin kalau yang atas-atas itu enggak tahu ya kalau saya bantarannya kan di bawah, lama surut ya lama itu surutnya," kata Masrifah.
Hal serupa juga disampaikan Afif. Menurutnya, tindakan Pemprov DKI Jakarta menyedot air ketika banjir memang efektif mempercepat proses air menjadi surut. Namun, sejauh ini tindakan itu membutuhkan waktu lebih dari enam jam.
"Ya 12 jaman lah. Kayak yang kemarin, yang hari apa, minggu lalu, itu 12 jaman dari sore sampe pagi baru surut," ujarnya.
Sebelumnya, Gubernur Anies Baswedan menargetkan banjir di Jakarta surut dalam waktu enam jam dengan syarat dan ketentuan berlaku. Yakni, dihitung setelah hujan dengan curah 100 mm/hari berhenti atau setelah sungai kembali ke ketinggian air normal.
Menurutnya, drainase di Jakarta mampu menampung air maksimal 100 milimeter per hari. Jika hujan turun salam curah yang tinggi, mala drainase itu tidak lagi mampu menampung.
"Di bulan Februari tahun ini, (curah hujan) lebih dari 250 milimeter per hari. Saat itu ekstrem, begitu hujan berhenti, kita punya waktu 6 jam untuk memastikan kering, kerahkan semua pompa mobile, pompa pemadam kebakaran, seruruh pompa kita, tarik air itu," kata Anies saat Apel Kesiapsiagaan Menghadapi Musim Hujan di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Rabu (13/10).
Terlepas dari kekurangannya ternyata terbukti banjir cepat surut walaupun volumenya lebih tinggi dari periode kepemimpinan sebelumnya. volume tinggi ini mungkin diakibatkan daerah penyangga sekitar tidak benar2 melakukan upaya terbaiknya dalam menangani banjir.
Dengan posisi ketinggian tanah yang terus menurun dan sumbangan gelombang air dari bogor dan penyangga lainnya maka ini sebuah prestasi yang tidak bisa dibantah