Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

janahjoy35Avatar border
TS
janahjoy35
ISTRI KEDUA - Sedikit harapan adalah kekuatan
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”. (QS. Al Insyirah : 5)



Susana makan malam yang tadinya ceria berakhir dramatis karena tangisan histeris Daffa-adiku yang tiba-tiba jatuh terlentang. Usianya belum genap 4 tahun, tapi sumpah aktif banget ngalahin Shinchan. Kadang aku merasa menyesal telah meminta seorang adik pada ibu.

Seperti malam ini. Daffa sangat senang sekali karena malam ini mati lampu. Ibu meletakan satu-satunya lilin yang tersisa di tengah meja makan. Untuk mendapatkan bayangan yang sempurna dari cahaya lilin itu, Daffa naik ke atas kursi dan mulai membuat bayangan anjing yang sudah ia pelajari dariku.

“Cha! Liat Cha…! Aku bisa buat bentuk anjing… Guk! Guk! Guk!” selorohnya girang sekali. Tapi sayang saat ini seleraku bermain dengan Daffa teralihkan oleh ayam goreng yang biasanya hanya bisa aku nikmati saat lebaran saja. Ayam goreng ini membuatku menarik kembali semua penyesalanku tentang meminta adik sama ibu.

Tidak bisa di pungkiri, kehadiran Daffa banyak merubah kondisi dan situasi kami. Ayah tidak lagi segalak dan sejahat sebelumnya. Bahkan ibu di beri modal untuk usaha (itupun setelah ibu mengeluarkan jurus terakhirnya-meminta cerai- pada ayah). Akhirnya dengan bermodalkan uang 500.000,- Rupiah, lahirlah usaha pertama ibuku 'Warung Nasi Arumi'.

Berbekal pengalaman bertetangga dengan pemilik usaha Nasi Padang, ibuku mulai memasak aneka masakan. Ayam goreng, rendang daging sapi, dadar telor ayam, perkedel dan aneka gorengan selalu jadi menu andalan ibu.

Sejak ibu berjualan, kami tidak pernah lagi kekuarangan makanan. Selain dapat keuntungan dari hasil jualan ibu yang selalu laris manis, kami dapat bonus bisa makan enak dan gak hawatir lagi akan kehabisan beras atau lauk. Sayang sekali di saat suasana mulai membaik, Bima tidak bersama kami. Demi melanjutkan sekolah ke SMP, Bima terpaksa di titipkan di salah satu kerabat ayah di kota.

“Cha…! Cha… kemarin kamu bikin elang gimana dah? Aku lupa Cha,” seru Daffa yang kini sudah berdiri di atas kursi sambil merentangkan kedua tangannya. Bukannya membuat bayangan bentuk elang, Daffa lebih terlihat mengeluarkan jurus terbang dengan satu kaki terangkat yang membuat keseimbangannya mulai oleng. Belum sempat aku beranjak untuk memeganginya, apa yang ada dalam pikiranku terjadi.

Gedebuk!!!

Daffa jatuh terlentang di lantai, jelas sekali dia kaget sampai matanya melotot. Dalam hitungan sepersekian detik, matanya seketika merapat di susul jeritan histeris. Daffa menangis sejadi-jadinya sambil memegang kepalanya. Dan aku terlalu kaget dengan kejadian yang sangat cepat itu. Aku masih mematung dengan tangan yang juga masih terulur berusaha menangkap Daffa.

“Astaghfirullah… anak mamah kenapa?” seru ibuku sambil berlari dari dapur dan langsung menggendong Daffa. Mata ibu melotot ke arahku yang tak bisa berkata apa-apa. Tanpa berkata apapun, ibuku membawa Daffa ke kamar meninggalkan aku yang masih berusaha mencerna kejadian. Samar aku dengar ibu membujuk Daffa untuk berhenti menangis, perlahan tangis Daffa mulai mengecil.

***


“Daffa gak kenapa-kenapa kan Bu?” tanyaku ketika ibu keluar dari kamar. Ibu menggeleng, sambil berlalu menuju dapur. Aku mengikutinya perlahan.

“Bu… yakin Daffa gak kenapa-kenapa kan?”

“Enggak, isnyaAllah… mending sekarang kamu bantu ibu kupas kentang, biar kita bisa sama-sama cepat istirahat. Udah selesai belum kamu makannya?” aku mengangguk mengiyakan, padahal masih ada sedikit daging ayam yang belum sempat aku habiskan.

Ibu memberiku sekantong plastik hitam berisi beberapa kentang. Malam itu kami menghabiskan sisa malam yang redup dan hening sambil memasak untuk kami menjemput rezeki besok pagi.

“InsyaAllah kedepannya akan lebih baik Cahaya, setelah kesulitan pasti ada kemudahan” kata ibu sambil mengelus punggungku. Aku mengangguk yakin, kali ini sambil mengupas daun bawang.

"Setidaknya sekarang Ibu gak harus sembunyi-sembunyi jual sayuran dan bikin Ayah ngamuk. Kita bisa makan sepuasnya." kataku sambil berusaha tersenyum riang walau mataku sudah sangat perih dan terus berair karena daun bawang.

"Sudah, kamu cuci tangan sanah, biar Ibu aja yang urus daun bawangnya, kasin kamu sampe nangis gitu," kata Ibuku sambil terkekeh.

"Gak papa Bu, biar aku aja heheheh." Aku tidak menghiraukan perintah Ibu. Sejujurya aku sudah ingin nangis sejak tadi Daffa menangis, sebagai seorang kakak aku merasa gagal. Sebagai seorang anak, aku merasa terlalu banyak mengecewakan Ibu.


***


Bersambung ....
Diubah oleh janahjoy35 14-12-2021 17:37
bukhorigan
jiyanq
rinandya
rinandya dan 3 lainnya memberi reputasi
4
701
1
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan