- Beranda
 - Komunitas
 - News
 - Tribunnews.com
 Cerita Janda di Kali Apu Boyolali Ikut Menambang Pasir untuk Hidupi Anak
TS
tribunnews.com
Cerita Janda di Kali Apu Boyolali Ikut Menambang Pasir untuk Hidupi Anak
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo
TRIBUNSOLO.COM,BOYOLALI- Dari sekian banyaknya penambang pasir tradisional di Kali Apu, Kecamatan Selo ada satu yang menarik perhatian.
Ada seorang janda muda yang rela memeras keringat dan tenaganya demi buah hatinya yang masih balita.
YT (21) rela melakukan pekerjaan yang lazimnya dikerjakan oleh kaum pria.
Baca juga: Perjuangan Penambang Tradisional di Kali Apu Boyolali, Tetap Kerja Walau Status Merapi Siaga
Baca juga: Merapi Muntahkan Dua Kali Awan Panas Pagi Ini, Desa Tlogolele Boyolali Diguyur Hujan Abu
Pekerjaan yang mengandalkan kekuatan fisik ini terpaksa harus dia lakoni untuk mencukupi kebutuhannya bersama anak bayinya yang berusia 17 bulan.

TribunSolo.com/Tri Widodo
Janda Muda yang ikut menambang di Kali Apu, Boyolali untuk menghidupi anaknya.
Perjuangan YT menambang bulir-bulir pasir dia lakukan setelah suaminya pergi meninggalkannya begitu saja tanpa ada kabar yang jelas.
YT yang semula hanya membantu mencukupi kebutuhan keluarga dengan berkebun seketika berubah.
Baca juga: Merapi Semburkan Lava Pijar & Awan Panas, Boyolali & Klaten Aman, Magelang Kembali Diguyur Hujan Abu
Hanya dia yang menjadi tulang punggung bagi anak perempuannya, dan itu cukup berat.
Pasalnya, sejak pagi YT harus merasakan dinginnya hawa pegunungan untuk menuju lokasi penambangan yang cukup jauh.
Dengan mengendarai sepeda motor, YT harus menyusuri Kali Apu sejauh 3 kilometer dari jalan desa.
Baca juga: Status Merapi Siaga, Tradisi Larung Kepala Kerbau di Boyolali Tetap Digelar Malam Ini
Dengan menggunakan sekop, dia dan dua temannya yang semua laki-laki mulai mencari pasir diantara tanah dan batu.
Setelah terkumpul lumayan banyak, pasir itu kemudian dimasukkan ke dalam bak pikap yang datang membeli pasir.
Berat beban yang dilakoni untuk mencari nafkah seperti tak dipikirkan YT.
Baca juga: Cerita Warga Desa Tlogolele Boyolali, Dengar Suara Gemuruh saat Merapi Muntahkan Awan Panas
Meski tidak terhitung lagi, sudah berapa banyak sekopan pasir yang berat itu dia lempar.
Sakit pinggang dan beban yang dia dapat terbayar Rp 100 ribu untuk satu bak pikap pasir.
"Satu rit ( bak pikap) dibayar seratus ribu. Karena yang mengisi tiga orang, maka bayaran itu dibagi tiga," ujarnya.
Baca juga: Update Gunung Merapi : Muntahkan Lava Pijar Berkali-kali, Ini Bahaya Bagi Warga di Radius 3-5 Km
YT mengaku perkejaannya ini tidak menentu.
Jika ramai, banyak pembeli pasir maka dalam setengah hari bisa 2-3 pikap yang dia isi.
Tetapi kadang, juga harus menelan kenyataan pahit. Sama sekali tidak ada pembeli pasir yang datang.
Baca juga: Merapi Bergemuruh Kembali, Musuk Boyolali Diguyur Hujan Abu Vulkanik, Tapi Warga Tak Pergi Mengungsi
Jika lancar, dalam sehari dia bisa membawa uang sebesar Rp 30-50 ribu.
"Untuk mengisi bak pikap butuh waktu 1 jam-an, tapi kedatangan pikap ini tidak tentu ada setiap saat," katanya.
"Setelah satu pikap selesai satu sampai dua jam lagi baru ada mobil yang datang," ujarnya.
Dia mengaku tidak bisa meninggalkan pekerjaan ini. Sebab, pekerjaan menambang bisa dilakukan setengah hari.
"Kalau siang harus ngurusi anak. Yang masih minum asi dan melakukan pekerjaan rumah," imbuhnya.
Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Cerita Janda Muda di Kali Apu Boyolali, Terpaksa Ikut Menambang Pasir untuk Hidupi Anak
TRIBUNSOLO.COM,BOYOLALI- Dari sekian banyaknya penambang pasir tradisional di Kali Apu, Kecamatan Selo ada satu yang menarik perhatian.
Ada seorang janda muda yang rela memeras keringat dan tenaganya demi buah hatinya yang masih balita.
YT (21) rela melakukan pekerjaan yang lazimnya dikerjakan oleh kaum pria.
Baca juga: Perjuangan Penambang Tradisional di Kali Apu Boyolali, Tetap Kerja Walau Status Merapi Siaga
Baca juga: Merapi Muntahkan Dua Kali Awan Panas Pagi Ini, Desa Tlogolele Boyolali Diguyur Hujan Abu
Pekerjaan yang mengandalkan kekuatan fisik ini terpaksa harus dia lakoni untuk mencukupi kebutuhannya bersama anak bayinya yang berusia 17 bulan.

TribunSolo.com/Tri Widodo
Janda Muda yang ikut menambang di Kali Apu, Boyolali untuk menghidupi anaknya.
Perjuangan YT menambang bulir-bulir pasir dia lakukan setelah suaminya pergi meninggalkannya begitu saja tanpa ada kabar yang jelas.
YT yang semula hanya membantu mencukupi kebutuhan keluarga dengan berkebun seketika berubah.
Baca juga: Merapi Semburkan Lava Pijar & Awan Panas, Boyolali & Klaten Aman, Magelang Kembali Diguyur Hujan Abu
Hanya dia yang menjadi tulang punggung bagi anak perempuannya, dan itu cukup berat.
Pasalnya, sejak pagi YT harus merasakan dinginnya hawa pegunungan untuk menuju lokasi penambangan yang cukup jauh.
Dengan mengendarai sepeda motor, YT harus menyusuri Kali Apu sejauh 3 kilometer dari jalan desa.
Baca juga: Status Merapi Siaga, Tradisi Larung Kepala Kerbau di Boyolali Tetap Digelar Malam Ini
Dengan menggunakan sekop, dia dan dua temannya yang semua laki-laki mulai mencari pasir diantara tanah dan batu.
Setelah terkumpul lumayan banyak, pasir itu kemudian dimasukkan ke dalam bak pikap yang datang membeli pasir.
Berat beban yang dilakoni untuk mencari nafkah seperti tak dipikirkan YT.
Baca juga: Cerita Warga Desa Tlogolele Boyolali, Dengar Suara Gemuruh saat Merapi Muntahkan Awan Panas
Meski tidak terhitung lagi, sudah berapa banyak sekopan pasir yang berat itu dia lempar.
Sakit pinggang dan beban yang dia dapat terbayar Rp 100 ribu untuk satu bak pikap pasir.
"Satu rit ( bak pikap) dibayar seratus ribu. Karena yang mengisi tiga orang, maka bayaran itu dibagi tiga," ujarnya.
Baca juga: Update Gunung Merapi : Muntahkan Lava Pijar Berkali-kali, Ini Bahaya Bagi Warga di Radius 3-5 Km
YT mengaku perkejaannya ini tidak menentu.
Jika ramai, banyak pembeli pasir maka dalam setengah hari bisa 2-3 pikap yang dia isi.
Tetapi kadang, juga harus menelan kenyataan pahit. Sama sekali tidak ada pembeli pasir yang datang.
Baca juga: Merapi Bergemuruh Kembali, Musuk Boyolali Diguyur Hujan Abu Vulkanik, Tapi Warga Tak Pergi Mengungsi
Jika lancar, dalam sehari dia bisa membawa uang sebesar Rp 30-50 ribu.
"Untuk mengisi bak pikap butuh waktu 1 jam-an, tapi kedatangan pikap ini tidak tentu ada setiap saat," katanya.
"Setelah satu pikap selesai satu sampai dua jam lagi baru ada mobil yang datang," ujarnya.
Dia mengaku tidak bisa meninggalkan pekerjaan ini. Sebab, pekerjaan menambang bisa dilakukan setengah hari.
"Kalau siang harus ngurusi anak. Yang masih minum asi dan melakukan pekerjaan rumah," imbuhnya.
Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Cerita Janda Muda di Kali Apu Boyolali, Terpaksa Ikut Menambang Pasir untuk Hidupi Anak
0
224
1
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan