- Beranda
- Komunitas
- Female
- Wedding & Family
Tuna Rungu Tuna Wicara, Mereka Juga Manusia


TS
sintara85
Tuna Rungu Tuna Wicara, Mereka Juga Manusia
Tuna rungu, nasibmu kini
Begini nasib tuna rungu di desa, yang jauh dari perhatian pemerintah

Foto: link
Salam sehat gansis, semoga selalu dalam keadaan sehat dan dalam lindungan-Nya. Aamiin.
Tuna rungu adalah keterbatasan fisik seseorang dari lahir atau sedari kecil tidak dapat mendengar (saraf pendengaran tidak berfungsi) dan efeknya tidak dapat berbicara atau disebut tuna wicara. Namun tidak semua memiliki kemampuan berkomunikasi yang sama.
Ada yang mampu melihat gerak bibir lawan bicara ( normal), ada yang mampu dengan lambaian / gerakan tangan, ada yang mampu dengan isyarat. Seperti yang kita ketahui sekarang ini, bahasa isyarat sudah sangat familiar, bukan penderita tuna rungu saja yang dapat menguasai bahasa isyarat, orang normal juga dapat mempelajarinya.
Anggota keluarga saya yaitu adik dari ayah saya seorang penderita tuna rungu dan tuna wicara. Sejak lahir beliau tidak mampu mendengar dan tidak mampu berbicara. Hanya dengan tepukan pundak atau mencolek tangan supaya dapat dengan mudah berkomunikasi.
Dari kecil dia dijuluki keluarga dengan nama panggilan "ehh", mungkin artinya sambil melambaikan tangan agar penderita menoleh ke arah lawan bicara ( yang normal) dan lawan bicara memanggilnya dengan sebutan ehh.
Setiap berkomunikasi, lawan bicara baik sesama penderita tuna rungu hanya menggunakan bahasa isyarat namun tidak sebanyak bahasa isyarat saat sekarang sebab zaman dulu tahun 60 an, penderita tuna rungu maupun tuna wicara masih terbatas penanganannya oleh pemerintah. Hanya mengandalkan usaha keluarga saja yakni cukup bertani atau beternak hewan peliharaan untuk kelangsungan hidupnya hingga dewasa bahkan hingga memiliki pasangan.
Di saat usianya yang cukup matang, beliau dikirim ke sebuah lembaga disabilitas ( penyandang cacat). Dan kakek saya memilih kelas menjahit untuk ditekuninya demi kelangsungan hidupnya. Dan berharap bertemu dengan pasangan hidupnya. Karena kakek nenek saya pasti tidak mungkin membiayai hidupnya kalau-kalau umurnya panjang dan kakek nenek saya meninggal lebih dulu.
Tahun demi tahun pun berlalu, beliau pun dipertemukan oleh yang Maha Kuasa dengan seorang gadis penyandang tuna rungu dan tuna wicara juga. Sebab para penderita ini justru memiliki pertemanan yang luas layaknya orang normal dan untungnya kakek nenek tidak membatasi pergaulan paman saya.

Pun kalau dibatasi, amarah mereka justru tidak terkendali, tidak seperti orang normal pada umumnya. Harus lebih didengarkan kemauan mereka, bila tidak seluruh anggota keluarga bisa diancam dan memang seluruh keluarga mempunyai andil besar demi kelangsungan hidupnya, itulah alasan mengapa orangtuanya tidak membatasi apa yang paman saya sukai namun tetap orangtuanya memberi perhatian lebih dan selalu mengarahkan ke yang baik. Untungnya paman saya akhlaknya baik, dan mau bersosial bahkan mendatangi rumah ibadah walaupun tidak mampu mendengar namun sepertinya ada roh yang berbicara ke dalam hati nurani mereka yang paling dalam sehingga mereka memiliki kepercayaan kepada pencipta-Nya dan itupun tak lepas dari dukungan keluarga.
Tanpa diduga, mereka pun diberkati dalam pernikahan kudus. Gadis tuna rungu dari kota itupun menerima paman saya sebagai pendampingnya selamanya.
Dan ia pun memiliki kemampuan juga yang dikirim oleh orangtuanya ke lembaga pelatihan penyandang disabilitas yaitu pelatihan salon.
Akhirnya dari usaha jahit ( vermak) dan salon wanita dan pria, itulah profesi yang mereka geluti demi kelangsungan hidup. Di samping itu, mereka juga mau belajar bercocok tanam di sawah dan di kebun oleh dukungan seluruh keluarga besar.
25 tahun pun telah berlalu, tua renta tubuhnya pun mulai terusik oleh penyakit paru yang diderita sang paman. Miris, mereka tidak memiliki keturunan dari sebuah pernikahan yang selama 25 tahun. Tidak pernah bertengkar hebat, hanya selisih paham, namun kesetiaan pasangan suami istri ini masih terjaga.
Betapa hebatnya, tanpa pernah mendengar bahkan berbicara mencurahkan isi hati satu sama lain namun pernikahan mereka begitu terjaga dengan begitu indahnya meskipun tidak diizinkan oleh Tuhan kepada mereka buah hati yang nantinya menuntun tangan-tangan tua renta itu. Namun yang pasti Tuhan punya rencana terindah buat umat-Nya.
Dan mungkin saja keluarga besar diberi ujian dari kehidupan mereka.
Tubuhnya lemah tidak sekekar masa mudanya dahulu. Beliau menderita TBC.
Dan tidak mudah bagi keluarga menemani mereka berobat sebab harus ada penjelasan-penjelasan yang penting bagi mereka, bagaimana memakan obat-obatan tersebut secara rutin, bagaimana asupan gizi yang harus dikonsumsi dan bagaimana menjaga tubuh sehat, menjauhi rokok sebab di desa begitu sulitnya mengedukasi bahaya rokok bagi kesehatan apalagi bagi para penyandang tuna rungu.

gubuk derita menjadi saksi bisu si bisu 🥺😢
Keluarga kami pun selalu berusaha memberikan pelayanan kesehatan kepada beliau. Istrinya pun selalu didukung dari pihak keluarganya.
Sangat disayangkan, penyandang tuna rungu di desa kami begitu kurangnya perhatian dari pemerintah. Di saat sakit seperti inipun, pemerintah setempat hanya memberi anjuran saja agar lebih memperhatikan keluarga ini. Walaupun demikian, keluarga tak pernah lepas tangan dan tak sedikitpun menelantarkan beliau begitupun istrinya, bibi saya.
Hanya sebatas inikah perhatian pemerintah terhadap penyandang tun rungu dan tuna wicara?
Semoga ke depan lebih baik.
Sekian, gansis. Semoga keluarga yang diberi ujian menyandang disabilitas diberikan kemampuan dan kesuksesan.
Jangan lupa cendol ya gansis ☺
Sumber: dokpri, opri
Begini nasib tuna rungu di desa, yang jauh dari perhatian pemerintah

Foto: link
Salam sehat gansis, semoga selalu dalam keadaan sehat dan dalam lindungan-Nya. Aamiin.
Tuna rungu adalah keterbatasan fisik seseorang dari lahir atau sedari kecil tidak dapat mendengar (saraf pendengaran tidak berfungsi) dan efeknya tidak dapat berbicara atau disebut tuna wicara. Namun tidak semua memiliki kemampuan berkomunikasi yang sama.
Ada yang mampu melihat gerak bibir lawan bicara ( normal), ada yang mampu dengan lambaian / gerakan tangan, ada yang mampu dengan isyarat. Seperti yang kita ketahui sekarang ini, bahasa isyarat sudah sangat familiar, bukan penderita tuna rungu saja yang dapat menguasai bahasa isyarat, orang normal juga dapat mempelajarinya.
Anggota keluarga saya yaitu adik dari ayah saya seorang penderita tuna rungu dan tuna wicara. Sejak lahir beliau tidak mampu mendengar dan tidak mampu berbicara. Hanya dengan tepukan pundak atau mencolek tangan supaya dapat dengan mudah berkomunikasi.
Dari kecil dia dijuluki keluarga dengan nama panggilan "ehh", mungkin artinya sambil melambaikan tangan agar penderita menoleh ke arah lawan bicara ( yang normal) dan lawan bicara memanggilnya dengan sebutan ehh.
Setiap berkomunikasi, lawan bicara baik sesama penderita tuna rungu hanya menggunakan bahasa isyarat namun tidak sebanyak bahasa isyarat saat sekarang sebab zaman dulu tahun 60 an, penderita tuna rungu maupun tuna wicara masih terbatas penanganannya oleh pemerintah. Hanya mengandalkan usaha keluarga saja yakni cukup bertani atau beternak hewan peliharaan untuk kelangsungan hidupnya hingga dewasa bahkan hingga memiliki pasangan.
Di saat usianya yang cukup matang, beliau dikirim ke sebuah lembaga disabilitas ( penyandang cacat). Dan kakek saya memilih kelas menjahit untuk ditekuninya demi kelangsungan hidupnya. Dan berharap bertemu dengan pasangan hidupnya. Karena kakek nenek saya pasti tidak mungkin membiayai hidupnya kalau-kalau umurnya panjang dan kakek nenek saya meninggal lebih dulu.
Tahun demi tahun pun berlalu, beliau pun dipertemukan oleh yang Maha Kuasa dengan seorang gadis penyandang tuna rungu dan tuna wicara juga. Sebab para penderita ini justru memiliki pertemanan yang luas layaknya orang normal dan untungnya kakek nenek tidak membatasi pergaulan paman saya.

Pun kalau dibatasi, amarah mereka justru tidak terkendali, tidak seperti orang normal pada umumnya. Harus lebih didengarkan kemauan mereka, bila tidak seluruh anggota keluarga bisa diancam dan memang seluruh keluarga mempunyai andil besar demi kelangsungan hidupnya, itulah alasan mengapa orangtuanya tidak membatasi apa yang paman saya sukai namun tetap orangtuanya memberi perhatian lebih dan selalu mengarahkan ke yang baik. Untungnya paman saya akhlaknya baik, dan mau bersosial bahkan mendatangi rumah ibadah walaupun tidak mampu mendengar namun sepertinya ada roh yang berbicara ke dalam hati nurani mereka yang paling dalam sehingga mereka memiliki kepercayaan kepada pencipta-Nya dan itupun tak lepas dari dukungan keluarga.
Tanpa diduga, mereka pun diberkati dalam pernikahan kudus. Gadis tuna rungu dari kota itupun menerima paman saya sebagai pendampingnya selamanya.
Dan ia pun memiliki kemampuan juga yang dikirim oleh orangtuanya ke lembaga pelatihan penyandang disabilitas yaitu pelatihan salon.
Akhirnya dari usaha jahit ( vermak) dan salon wanita dan pria, itulah profesi yang mereka geluti demi kelangsungan hidup. Di samping itu, mereka juga mau belajar bercocok tanam di sawah dan di kebun oleh dukungan seluruh keluarga besar.
25 tahun pun telah berlalu, tua renta tubuhnya pun mulai terusik oleh penyakit paru yang diderita sang paman. Miris, mereka tidak memiliki keturunan dari sebuah pernikahan yang selama 25 tahun. Tidak pernah bertengkar hebat, hanya selisih paham, namun kesetiaan pasangan suami istri ini masih terjaga.
Betapa hebatnya, tanpa pernah mendengar bahkan berbicara mencurahkan isi hati satu sama lain namun pernikahan mereka begitu terjaga dengan begitu indahnya meskipun tidak diizinkan oleh Tuhan kepada mereka buah hati yang nantinya menuntun tangan-tangan tua renta itu. Namun yang pasti Tuhan punya rencana terindah buat umat-Nya.
Dan mungkin saja keluarga besar diberi ujian dari kehidupan mereka.
Tubuhnya lemah tidak sekekar masa mudanya dahulu. Beliau menderita TBC.
Dan tidak mudah bagi keluarga menemani mereka berobat sebab harus ada penjelasan-penjelasan yang penting bagi mereka, bagaimana memakan obat-obatan tersebut secara rutin, bagaimana asupan gizi yang harus dikonsumsi dan bagaimana menjaga tubuh sehat, menjauhi rokok sebab di desa begitu sulitnya mengedukasi bahaya rokok bagi kesehatan apalagi bagi para penyandang tuna rungu.

gubuk derita menjadi saksi bisu si bisu 🥺😢
Keluarga kami pun selalu berusaha memberikan pelayanan kesehatan kepada beliau. Istrinya pun selalu didukung dari pihak keluarganya.
Sangat disayangkan, penyandang tuna rungu di desa kami begitu kurangnya perhatian dari pemerintah. Di saat sakit seperti inipun, pemerintah setempat hanya memberi anjuran saja agar lebih memperhatikan keluarga ini. Walaupun demikian, keluarga tak pernah lepas tangan dan tak sedikitpun menelantarkan beliau begitupun istrinya, bibi saya.
Hanya sebatas inikah perhatian pemerintah terhadap penyandang tun rungu dan tuna wicara?
Semoga ke depan lebih baik.
Sekian, gansis. Semoga keluarga yang diberi ujian menyandang disabilitas diberikan kemampuan dan kesuksesan.
Jangan lupa cendol ya gansis ☺
Sumber: dokpri, opri
Diubah oleh sintara85 22-10-2021 17:38
0
1K
5


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan