Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Futsal tiga kali sepekan bantu asah otak

Ilustrasi bermain futsal.
Bagi remaja, futsal lebih dari sekadar olahraga. Permainan bola ini bisa membantu mengasah otak para pemainnya.

Untuk mendapatkan manfaat futsal, seorang remaja perlu berlatih futsal tiga kali sepekan. Masing-masing dengan durasi 60 menit.

Kesimpulan ini adalah hasil penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Dr. dr. Jajat Darajat Kusumah Negara Sp.Pd M.Kes AIFO mengungkap temuan ini dalam [URL="https://www.researchgate.net/project/The-Effect-of-Futsal-to-Memory-Function-Physical-Fitness-study-in-neuroplasticity-oxidative-stress-and-stressing-hormone "]disertasinya [/URL]untuk promosi doktor.

Efek positif futsal pada otak merupakan akibat dari peningkatan regenerasi saraf otak atau neuroplastisitas. Ini berdampak pada peningkatan atensi, fungsi eksekutif, kontrol diri, ingatan, juga rasa percaya diri pemain futsal.

Bukan hanya itu, futsal juga bisa menstimulasi remaja. Mereka terus ditantang berpikir kritis dan kreatif lewat variasi gerakan saat bermain futsal.

Futsal membutuhkan gerakan yang sangat kompleks. Ini menstimulasi neurotransmitter dan protein BDNF (Brain Derived Neurotrophic Factor).

Secara struktural efek ini memengaruhi fungsi kognitif yang berperan dalam proses belajar. Juga berpengaruh dalam ingatan, bahkan juga kesehatan mental seseorang.

Sebelumnya Jajat melakukan observasi pada sekelompok remaja. Ada yang berlatih futsal satu kali sepekan, tiga kali sepekan, dan lima sepekan.

Akan tetapi, Jajat hanya menemukan efek peningkatan fungsi kognitif pada remaja yang berlatih futsal tiga kali dalam seminggu. Efek yang sama tak tampak pada dua kelompok lainnya.

Malah, remaja yang latihan futsal lima kali sepekan justru berpotensi meningkatkan hormon kortisol. Hormon ini berkaitan erat dengan stres.

"Terlalu berlebihan berolahraga juga memengaruhi peningkatan stres fisik dan stres psikis," terang Jajat usai sidang terbuka gelar doktor di Imeri FKUI, Rabu (10/7).

Lain halnya dengan remaja yang berlatih futsal tiga kali sepekan. Mereka justru mengalami penurunan kadar MDA dan kortisol.

Ahli fisiologi olahraga ini menjelaskan, frekuensi olahraga berlebihan dapat meningkatkan kadar Malondialdehide (MDA) yang berkaitan dengan peningkatan radikal bebas dalam tubuh.

Jajat menjelaskan, oksigen yang tidak tereduksi atau tidak mencapai pertukarannya menyebabkan kekurangan oksigen. Elektron-elektron itu kemudian terlempar dan teracak, sehingga menjadi radikal bebas.

Radikal bebas berefek buruk pada tubuh. Memicu kerusakan deoxyribonucleic acid (DNA) pada inti sel, kerusakan membran sel, kerusakan protein, kerusakan lipid peroksida, dan mempercepat proses penuaan.

Sementara kerusakan lipid peroksida dalam tubuh bisa mengganggu kadar asam lemak omega 3. Padahal ini sangat bermanfaat untuk kesehatan jantung dan pertumbuhan otak.

Jajat mengingatkan, istirahat penting untuk memberi kesempatan tubuh meregenerasi sel dan menghilangkan radikal bebas. "Sebenarnya tidak hanya futsal, semua olahraga yang dilakukan secara terus-menerus akan menimbulkan radikal bebas," tandas Jajat.

Bagi yang sangat menggemari futsal hingga berlatih lima kali sepekan, Jajat menyarankan untuk menjaga keseimbangan pola makan. Konsumsi sayur dan buah yang sarat antioksidan bisa membantu mengimbangi meningkatnya kadar MDA dalam tubuh.

Bagi yang sangat menggemari futsal hingga berlatih lima kali sepekan, Jajat menyarankan untuk menjaga keseimbangan pola makan. Konsumsi sayur dan buah yang sarat antioksidan bisa membantu mengimbangi meningkatnya kadar MDA dalam tubuh.

Bagi orang yang beraktivitas biasa, tidak berolahraga intens, kebutuhan nutrisinya bisa tercukupi dengan asupan sehari-hari. Namun, remaja yang gemar berolahraga hingga lima kali sepekan perlu asupan tambahan. Jika ini tidak dipenuhi, bisa berdampak buruk bagi kesehatan 10 hingga 20 tahun kemudian.

Menilik kategori usia remaja--10 hingga 18 tahun--dalam hasil Riset kesehatan dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun 2018, penduduk usia 10 hingga 14 tahun justru kurang melakukan aktivitas fisik. Sementara mereka yang berusia 15 hingga 19 tahun cukup berimbang, antara yang aktif secara fisik, pun yang kurang.

Kementerian Kesehatan lewat program GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) mengampanyekan aktivitas fisik 30 menit setiap hari. Aktivitas fisik yang dimaksud terbagi dalam tiga jenis.

Aktivitas sehari-hari, seperti mencuci, berkebun, dan lain-lain. Latihan fisik seperti joging, bersepeda, atau aerobik. Terakhir, olahraga--tidak hanya untuk kebugaran tapi juga untuk mendapatkan prestasi--seperti bulu tangkis, berenang, basket, dan sebagainya.

Aktivitas fisik perlu dilakukan dengan[URL="http://promkes.kemkes.go.id/content/?p=8807 "] prinsip BBTT[/URL] (Baik, Benar, terukur, dan Teratur).

Maksudnya, aktivitas fisik perlu dilakukan sesuai kemampuan. Juga perlu dilakukan dengan tahapan benar, mulai dari pemanasan hingga pendinginan.

Aktivitas fisik juga perlu diukur intensitas dan waktunya. Terakhir dan tak kalah penting, dilakukan teratur tiga sampai lima kali dalam sepekan.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...antu-asah-otak

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- BMKG: Gempa M 5,2 berpusat di Maluku Tenggara

- Nurdin Basirun, gubernur ke-15 yang diciduk KPK sejak 2004

- DPR yakin Baiq Nuril mendapat amnesti

anasabila
anasabila memberi reputasi
1
637
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan