Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

akramdjazuliAvatar border
TS
akramdjazuli
Khabbab bin Al-Arat, Sahabat Nabi yang Disiksa karena Keimanannya
Khabbab bin Al-Arat, Sahabat Nabi yang Disiksa karena Keimanannya
Khabbab bin Al-Arat salah satu sahabat Nabi saw yang termasuk kelompok awalin, yang mula-mula beriman dari kalangan budak belian, beliau ra banyak mendapatkan penyiksaan karena keimanannya.

Daftar isi [hide]

1 Biografi
2 Mendapat Siksaan
3 Penghidmatan dan Pengorbanan
4 Takut kepad Allah
5 Wafat

Biografi



Khabbab bin Al-Arat bin Jandalah Alt-Tamimi lahir di Najd, 36 tahun sebelum hijrah. Beliau termasuk kelompok budak yang diperjual belikan di Mekkah. Beliau menjadi budak Ummu Anmar Al-Khuzaiyah, sekutu dari ‘Auf bin Abdi ‘Auf Az-Zuhry, ayah Abdurrahman bin Auf ra.

Beliau ra bekerja sebagai budak pandai besi. Membuat pedang dan peralatan dari besi lainnya.


Ketika Rasulullah saw menyampaikan tablighnya, Khabbab ra yang berasal dari kalangan budak itu pun segera beriman.


Sehingga beliau ra termasuk kedalam kelompok sahabat Nabi yang pertama beriman dari kalangan anak muda dan juga dari kalangan budak belian seperti Hadhrat Bilal ra.


Baca juga: Abu Hurairah ra: Dari Ahli Shuffah Menjadi Gubernur Bahrain

Mendapat Siksaan

Mengetahui Habbab ra telah beriman maka Ummi Anmar dan kaum kafir Qurais menimpakakan kepada beliau ra berbagai macam siksaan yang mengerikan agar beliau ra membatalkan keimanannya kepada Rasulullah saw.


Beliau ra pernah dipaksa mengenakan baju besi dan dibaringkan di atas pasir yang panas, sehingga kulitnya mengelupas terkena sinar matahari yang terik. 


Lain waktu beliau ra diseterika dengan besi panas yang merah menyala, sehingga kulit beliau hangus terbakar. Belia ra juga pernah ditusuk-tusuk punggungnya dengan batang besi panas.


Pada suatu hari di masa Khalifah Umar ra, dalam sebuah pertemuan, beliau ra memanggil Hadhrat Khabab ra untuk duduk di atas kursi khusus bersama beliau ra dan berkata: “Khabab! Anda layak untuk duduk bersama saya di sini. Sementara saya tidak melihat dari antara hadirin seseorang yang berhak duduk bersamaku di tempat ini kecuali Bilal karena beliau menderita siksaan yang banyak dikarenakan keislamannya pada hari-hari awal.”


Beliau ra menjawab: “Wahai 
Amirul Mu’minin! Tidak diragukan lagi bahwa Bilal ra berhak untuk itu, tetapi ada yang menyelamatkan Bilal saat terjadi kezaliman terhadapnya oleh orang-orang musyrik. (Hadhrat Abu Bakr ra yang menolong Bilal dan membebaskannya) Namun, saat itu tidak ada yang menyelamatkan saya dari kezaliman tersebut. Suatu hari saya mengalami hal ini, saya ditangkap oleh orang-orang kafir. Mereka mendorong saya agar menduduki batu bakar yang panas membara. Selanjutnya, ada satu orang dari antara mereka yang menginjakkan kakinya diatas dada saya.” 


Kemudian beliau membuka bajunya dan menunjukkan kepada Hadhrat Umar ra punggungnya sehingga terlihat tanda memutih bekas penganiayaan di sana yang diakibatkan oleh bara api.

Kulit dan lemak tubuh bagian belakang beliau terbakar yang kemudian meninggalkan garis-garis serta bekas luka permanen di tubuhnya.


Cukup lama beliau ra mengalami penyisaan dan cobaan berat seperti itu. Akan tetapi beliau ra tetap tabah dan bersabar. Beliau tetap teguh dalam keimanannya.


Baca juga: Umar bin Khattab ra: Penakluk Persia dan Romawi

Penghidmatan dan Pengorbanan

Rasulullah saw para sahabat yang lainnya berupaya membebaskan para budak yang telah beriman. Salah satunya adalah Khabbab ra, beliau ditebus Hadhrat Abu Bakar ra dengan uangnya sendiri dari Ummi Anmar dan kemudian beliau ra memerdekakannya.

Setelah merdeka dari perbudakannya beliau ra berkhidmat untuk belajar Al Qur’an dan akhirnya menjadi salah seorang yang ahli membaca Al Qur’an. Ia tengah mengajarkan Al Qur’an kepada Fathimah binti Khaththab dan suaminya ketika Umar datang menghajar keduanya karena keislamannya. Tetapi peristiwa itu justru menjadi pemicu Umar memeluk Islam.

Beliau juga meriwayatkan hadits 32 hadits, dua dalam Shahih Bukhari dan 1 dalam Shahih Muslim.

Hadhrat Khabab ra ikut serta dalam pernah Badr, Perang Uhud dan Perang Khandaq. Beliau hampir tidak tertinggal dalam berbagai pertempuran di medan jihad. Pada Perang Badar, beliau bertugas menjaga kemah Rasulullah saw pada malam sebelum pertempuran terjadi.


Beliau menerima Islam dengan sukarela dan penuh ghairat. Beliau juga ikut hijrah ke Madinah dengan penuh ketaatan. Kemudian beliau menjalankan hidupnya sebagai seorang Mujahid. Beliau melewati banyak ujian yang begitu berat, akan tetapi beliau menghadapinya dengan penuh kesabaran dan ketabahan.


Baca juga: Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq-Khalifatu Rasyiddin I

Takut kepad Allah

Hadhrat Khabbab bin Al-Arat ra, ketika menjelang masa ajalnya, beliau begitu takut kepada Allah Ta’ala. Meskipun telah berkorban besar sekali demi agama serta menerima penderitaan yang luar biasa, beliau amat cemas mengharap akhir yang baik. Sampai-sampai beliau minta diperlihatkan kain kafannya. Setelah melihat kain kafan itu dan bagi beliau itu begitu mewah dan berlebihan maka beliau berkata sembari mencucurkan air mata:


“Perhatikanlah kain kafan saya. Sungguh, Hamzah [paman Nabi saw yang syahid di perang Uhud] tak mendapatkan kain kafan melainkan kain burdah (kain selimut), jika digunakan menutupi kepala maka kakinya akan tersingkap,dan jika digunakan untuk menutupi kaki maka kepalanya akan tersingkap, sehingga kepalanya yg ditutup sementara kakinya ditutupi dengan rerumputan idzhir sesuai petunjuk dari Nabi saw.”


Beliau ra juga mengatakan dengan penuh rasa takut akan Allah:

“Semasa saya bersama Rasulullah saw saya sama sekali tidak memiliki apa-apa bahkan untuk satu dinar atau satu dirham sekali pun. Akan tetapi kini, karena karunia Allah Ta’ala dan penerimaan Dia atas pengorbanan ini serta buah keberkatan Rasulullah saw juga, Allah Ta’ala menganugerahi saya dengan kekayaan yang melimpah ruah sehingga kotak yang ada di sudut rumah saya berisi 40 ribu dirham.”


Kemudian, beliau ra berkata, “Allah Ta’ala menganugerahi saya dengan begitu banyak sekali harta sehingga saya takut sekali bahwa jangan-jangan Allah Ta’ala hanya mengganjar amal perbuatan saya di dunia ini saja, sementara di akhirat nanti saya kehilangan ganjaran itu sama sekali.”


Tatkala beliau tengah sakit dan tampaknya dekat sakaratul maut, para tamu yang menjenguknya berkata kepadanya:

“Berbahagialah, wahai Abu Abdullah karena engkau akan menjumpai shahabat-shahabatmu besok (yaitu para sahabat agung).”


Khabbab pun menjawab sambil menangis, “Tidak ada yang membuat saya khawatir, tetapi kalian telah menyebut saya sebagai saudara bagi para sahabat Nabi yang mana kedudukan mereka amat luhur. Saya tidak tahu apakah saya tepat dinamai sebagai saudara mereka ataukah tidak.”


“Mereka telah berlalu (wafat) mendahului kita dengan membawa semua amal bakti mereka, sebelum mereka mendapatkan ganjaran sedikit pun di dunia sebagaimana yang telah kita peroleh. Sementara kita, kita masih tetap hidup dan mendapat kekayaan dunia, hingga tidak ada tempat untuk menyimpannya lagi kecuali tanah.”


Inilah tingkat rasa takut beliau kepada Allah dan ketakwaannya sampai-sampai menganggap diri begitu rendah. Beliau takut akan Allah dan cemas akan ridha-Nya setelah kewafatan. Beliau ra biasa berdoa agar Allah meridhainya.


Wafat

Beliau wafat pada tahun 37 H pada usia tiga puluh tujuh tahun. Beliau kemudian dimakamkan di Kuffah.

Khabbab bin Al-Arat, sahabat Nabi yang menjadi teladan dalam ketabahan dan kesabaran ketika menghadapi berbagai ujian berat. Beliau juga senantiasa takut kepada Allah. Meskipun beliau telah banyak beribadah dan berkorban di jalan Allah, beliau merasa khawatir akan kelemahan dan kekurangannya. [madj]


Sumber: Khabbab bin Al-Arat, Sahabat Nabi yang Disiksa karena Keimanannya
Diubah oleh akramdjazuli 15-03-2020 14:55
noaccount
dellesology
dellesology dan noaccount memberi reputasi
2
1.2K
4
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan