- Beranda
- Komunitas
- News
- Sejarah & Xenology
Benarkah Balaputradewa menjadi raja Sriwijaya karena terusir dari Jawa?


TS
wongAGA
Benarkah Balaputradewa menjadi raja Sriwijaya karena terusir dari Jawa?
Dari informasi Prasasti Nalanda tahun 860 Masehi, diketahui bahwa raja Sriwijaya saat itu adalah Balaputradewa.
Balaputradewa adalah anak dari Raja Medang, yaitu Samaragrawira (memerintah 800—819).
Bagaimana bisa anak dari raja Medang (Mataram Kuno) di Jawa Tengah bisa menjadi raja Sriwijaya?
Selama ini teori populer yang banyak dipercaya masyarakat adalah Balaputradewa menjadi raja di Sriwijaya setelah kalah dalam perang perebutan kekuasaan melawan Rakai Pikatan, suami Pramodawardhani.
Teori ini dikembangkan oleh De Casparis.
Menurut De Casparis Balaputradewa adalah anak Samaratungga, dengan kata lain saudara laki-laki Pramodawardhani.
Teori terusirnya Balaputradewa ke Sumatera akibat kalah perang dibuat berdasarkan informasi dari prasasti Wantil.
Prasasti Wantil mengisahkan bahwa di kerajaan Medang terjadi perang antara Rakai Mamrati Sang Jatiningrat (alias Rakai Pikatan) melawan seorang musuh di sebuah benteng pertahanan berupa timbunan batu. Dan di prasast terdapat nama Walaputra yang oleh De Casparis disamakan dengan Balaputradewa.
Namun, teori De Casparis sebenarnya sudah lama dibantah oleh Slamet Muljana karena menurut prasasti malang, Samaratungga hanya memiliki seorang putri, yaitu Pramodawardhani.
Ditambah lagi, penelitian pada prasasti Nalanda menunjukkan bahwa Balaputradewa adalah anak Samaragrawira, bukan anak Samaratungga.
Jadi jelas, Balaputradewa lebih tepat adalah adik Samaratungga. Samaratungga adalah anak sulung Samaragrawira, sedangkan Balaputradewa adalah anak bungsunya.
Teori adanya perang antara Balaputradewa dengan Rakai Pikatan juga runtuh setelah penelitian terhadap prasasti Wantil dilakukan oleh Pusponegoro dan Notosutanto.
Kalau De Casparis mengatakan bahwa Walaputra identik dengan Balaputradewa maka menurut mereka, Walaputra artinya “putra bungsu”, yaitu, putra bungsu Rakai Pikatan yang bernama Rakai Kayuwangi.
Identifikasi oleh Pusponegoro dan Notosuranto lebih bisa diterima karena Prasasti Wantil justru menceritakan perang antara pasukan Rakai Pikatan melawan Rakai Walaing Mpu Kumbhayoni.
Dan dalam perang itu, Walaputra berada di pihak Rakai Pikatan. Dan Walaputra tiada lain adalah Rakai Kayuwangi putra bungsu Rakai Pikatan.
Jadi, teori De Casparis yang sangat populer bahwa Balaputradewa tersingkir ke pulau Sumatra karena kalah perang melawan Rakai Pikatan adalah tidak benar.
Bagaimana bisa tiba-tiba saja seorang dari negara lain diterima sebagai raja?
Umumnya pendapat ini muncul dengan alasan bahwa Balaputradewa adalah pewaris tahta Sriwijaya dari kakeknya yang bernama Dharmasetu.
Seperti dijelaskan di atas, nama Balaputradewa diketahui dari prasasti Nalanda.
Dari identifikasi terhadap prasasti Nalanda itu, dikatakan bahwa ayah Balaputradewa adalah Samaragrawira, sedangkan ibunya adalah Dewi Tara anak dari Dharmasetu.
Orang yang bernama Dharmasetu ini dikira adalah raja Sriwijaya, yang menikahkan anaknya Dewi Tara dengan raja Medang (Samaragrawira).
Padahal, prasasti Nalanda tidak menyebut Dharmasetu adalah seorang raja Sriwijaya. Bahkan tidak menyebut dia adalah seorang raja.
Adalah sejarawan bernama Kromm dan Bosch yang menyatakan Dharmasetu adalah raja Sriwijaya berdasarkan Identifikasinya terhadap prasasti Ligor A. Meskipun, prasasti Ligor A tidak menyebut nama Dharmasetu sama sekali.
Prasasti Ligor A hanya menyebut seorang raja sriwijaya yang dipuji bagaikan Indra.
Siapa sebenarnya Dharmasetu, kakek dari Balaputradewa mendapat titik terang setelah ditemukannya prasasti Kelurak.
Di dalam prasasti ini, Dharmasetu disebutkan adalah orang Medang sendiri yang menjabat sebagai pejabat yang bertanggung jawab terhadap bangunan suci yaitu Candi Kelurak.
Dengan demikian, Balaputradewa menjadi raja Sriwijaya bukan karena mewarisi tahta kakeknya, karena kakeknya sendiri bukanlah raja sriwijaya.
Lalu apa alasan Balaputradewa, seorang putra Medang bisa menjadi raja sriwijaya?
Seperti yang telah diketahui, wangsa Sailendra sudah menjadi penguasa Sriwijaya sejak era raja Medang yang bernama Dharanindra.
Jadi, ada dua kemungkinan :
Pertama, Balaputradewa menjadi raja Sriwijaya sebagai raja bawahan raja Medang, yaitu Raja Samaratungga kakak kandungnya sendiri.
Kedua, Kerajaan dibagi dua. Satu bagian dipimpin Samaratungga satu bagian dipimpin Balaputradewa.
sumber :
1. Balaputradewa
2. Prasasti Nalanda
3. Dharmasetu
4. Kerajaan Sriwijaya
Balaputradewa adalah anak dari Raja Medang, yaitu Samaragrawira (memerintah 800—819).
Bagaimana bisa anak dari raja Medang (Mataram Kuno) di Jawa Tengah bisa menjadi raja Sriwijaya?
Selama ini teori populer yang banyak dipercaya masyarakat adalah Balaputradewa menjadi raja di Sriwijaya setelah kalah dalam perang perebutan kekuasaan melawan Rakai Pikatan, suami Pramodawardhani.
Teori ini dikembangkan oleh De Casparis.
Menurut De Casparis Balaputradewa adalah anak Samaratungga, dengan kata lain saudara laki-laki Pramodawardhani.
Teori terusirnya Balaputradewa ke Sumatera akibat kalah perang dibuat berdasarkan informasi dari prasasti Wantil.
Prasasti Wantil mengisahkan bahwa di kerajaan Medang terjadi perang antara Rakai Mamrati Sang Jatiningrat (alias Rakai Pikatan) melawan seorang musuh di sebuah benteng pertahanan berupa timbunan batu. Dan di prasast terdapat nama Walaputra yang oleh De Casparis disamakan dengan Balaputradewa.
Namun, teori De Casparis sebenarnya sudah lama dibantah oleh Slamet Muljana karena menurut prasasti malang, Samaratungga hanya memiliki seorang putri, yaitu Pramodawardhani.
Ditambah lagi, penelitian pada prasasti Nalanda menunjukkan bahwa Balaputradewa adalah anak Samaragrawira, bukan anak Samaratungga.
Jadi jelas, Balaputradewa lebih tepat adalah adik Samaratungga. Samaratungga adalah anak sulung Samaragrawira, sedangkan Balaputradewa adalah anak bungsunya.
Teori adanya perang antara Balaputradewa dengan Rakai Pikatan juga runtuh setelah penelitian terhadap prasasti Wantil dilakukan oleh Pusponegoro dan Notosutanto.
Kalau De Casparis mengatakan bahwa Walaputra identik dengan Balaputradewa maka menurut mereka, Walaputra artinya “putra bungsu”, yaitu, putra bungsu Rakai Pikatan yang bernama Rakai Kayuwangi.
Identifikasi oleh Pusponegoro dan Notosuranto lebih bisa diterima karena Prasasti Wantil justru menceritakan perang antara pasukan Rakai Pikatan melawan Rakai Walaing Mpu Kumbhayoni.
Dan dalam perang itu, Walaputra berada di pihak Rakai Pikatan. Dan Walaputra tiada lain adalah Rakai Kayuwangi putra bungsu Rakai Pikatan.
Jadi, teori De Casparis yang sangat populer bahwa Balaputradewa tersingkir ke pulau Sumatra karena kalah perang melawan Rakai Pikatan adalah tidak benar.
Bagaimana bisa tiba-tiba saja seorang dari negara lain diterima sebagai raja?
Umumnya pendapat ini muncul dengan alasan bahwa Balaputradewa adalah pewaris tahta Sriwijaya dari kakeknya yang bernama Dharmasetu.
Seperti dijelaskan di atas, nama Balaputradewa diketahui dari prasasti Nalanda.
Dari identifikasi terhadap prasasti Nalanda itu, dikatakan bahwa ayah Balaputradewa adalah Samaragrawira, sedangkan ibunya adalah Dewi Tara anak dari Dharmasetu.
Orang yang bernama Dharmasetu ini dikira adalah raja Sriwijaya, yang menikahkan anaknya Dewi Tara dengan raja Medang (Samaragrawira).
Padahal, prasasti Nalanda tidak menyebut Dharmasetu adalah seorang raja Sriwijaya. Bahkan tidak menyebut dia adalah seorang raja.
Adalah sejarawan bernama Kromm dan Bosch yang menyatakan Dharmasetu adalah raja Sriwijaya berdasarkan Identifikasinya terhadap prasasti Ligor A. Meskipun, prasasti Ligor A tidak menyebut nama Dharmasetu sama sekali.
Prasasti Ligor A hanya menyebut seorang raja sriwijaya yang dipuji bagaikan Indra.
Siapa sebenarnya Dharmasetu, kakek dari Balaputradewa mendapat titik terang setelah ditemukannya prasasti Kelurak.
Di dalam prasasti ini, Dharmasetu disebutkan adalah orang Medang sendiri yang menjabat sebagai pejabat yang bertanggung jawab terhadap bangunan suci yaitu Candi Kelurak.
Dengan demikian, Balaputradewa menjadi raja Sriwijaya bukan karena mewarisi tahta kakeknya, karena kakeknya sendiri bukanlah raja sriwijaya.
Lalu apa alasan Balaputradewa, seorang putra Medang bisa menjadi raja sriwijaya?
Seperti yang telah diketahui, wangsa Sailendra sudah menjadi penguasa Sriwijaya sejak era raja Medang yang bernama Dharanindra.
Jadi, ada dua kemungkinan :
Pertama, Balaputradewa menjadi raja Sriwijaya sebagai raja bawahan raja Medang, yaitu Raja Samaratungga kakak kandungnya sendiri.
Kedua, Kerajaan dibagi dua. Satu bagian dipimpin Samaratungga satu bagian dipimpin Balaputradewa.
sumber :
1. Balaputradewa
2. Prasasti Nalanda
3. Dharmasetu
4. Kerajaan Sriwijaya
Diubah oleh wongAGA 01-06-2020 22:32






nona212 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.4K
11


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan