- Beranda
- Komunitas
- Anime & Manga
- Anime & Manga Haven
Jangan Gagal Paham, Ini Bedanya Wibu & Otaku!


TS
otakuverse.id
Jangan Gagal Paham, Ini Bedanya Wibu & Otaku!

feature image: theglorioblog.com
Quote:
Jika kalian sangat menggemari dunia anime ketika masih kecil atau bahkan remaja awal, nampaknya hal itu masih wajar bagi sebagian orang, namun jika pada sampai titik fanatik dan bahkan hingga dewasa masih menonton serial tersebut beberapa stigma masyarakat akan menganggap kalian kekanak-kanakan atau bahkan mungkin juga dibilang aneh.
Padahal hal itu adalah sebuah hobi yang tidak perlu dikritisi sedemikian rupa, setiap manusia tampaknya memang memerlukan sebuah tempat untuk istirahat dari rutinitas sehari-hari yang melelahkan dan membosankan, dan menikmati serial anime serta membaca manga adalah bagian dari hal itu. Namun kebanyakan masyarakat masih belum memahaminya sehingga kemudian seiring perkembangan zaman munculah istilah Wibu dan Otaku, lantas apakah keduanya sama? atau malah memiliki arti yang berbeda? Berikut ulasannya!
Padahal hal itu adalah sebuah hobi yang tidak perlu dikritisi sedemikian rupa, setiap manusia tampaknya memang memerlukan sebuah tempat untuk istirahat dari rutinitas sehari-hari yang melelahkan dan membosankan, dan menikmati serial anime serta membaca manga adalah bagian dari hal itu. Namun kebanyakan masyarakat masih belum memahaminya sehingga kemudian seiring perkembangan zaman munculah istilah Wibu dan Otaku, lantas apakah keduanya sama? atau malah memiliki arti yang berbeda? Berikut ulasannya!
Quote:
Otaku

source image: weheartit.com
Ada beberapa sumber yang mendefinisikan istilah Otaku, namun kebanyakan dari mereka mengartikan ini sebagai orang yang menekuni sebuah hobi yang mereka miliki. Dalam konteks ini sebenarnya bisa memiliki arti yang banyak, hobi yang dimaksud tidak tertuju kepada anime atau manga saja, melainkan ke banyak hobi yang lain.
Namun jika ditelisik dari sejarahnya Otaku berasal dari bahasa Jepang yang digunakan untuk menyebutkan seseorang yang sangat menyukai hobi mereka masing-masing. Sejak paruh kedua dekade 1990-an, istilah Otaku mulai dikenal di luar Jepang untuk menunjukan seseorang yang sangat menyukai salah satu kultur budaya populer mereka yaitu anime dan manga.
Istilah Otaku pertama kali diperkenalkan oleh kolumnis Nakamori Akio dalam artikel “Otaku” no Kenkyū (Penelitian tentang Otaku) yang dimuat majalah Manga Burikko. Dalam artikel yang dimuat dari bulan Juni hingga Desember 1983 tersebut, istilah Otaku digunakan untuk menyebut penggemar berat salah satu kultur budaya populer seperti anime dan manga. Pada waktu itu, masyarakat awam sama sekali belum mengenal istilah ini.
Media massa yang pertama kali menggunakan istilah Otaku adalah radio Nippon Broadcasting System yang mengangkat segmen Otakuzoku no jittai (situasi kalangan Otaku) pada acara radio Young Paradise. Istilah Otakuzoku (secara harafiah: suku Otaku) digunakan untuk menyebut kalangan Otaku, mengikuti sebutan yang sudah ada untuk kelompok anak muda yang memakai akhiran kata “zoku,” seperti Bōsōzoku dan Takenokozoku.
Istilah Otaku dalam versi barat adalah Geek yang memiliki arti terlalu menggemari hal-hal berbau gadget, elektronik, internet dan hal-hal lain yang serupa. Pada intinya istilah ini memiliki arti orang yang memilih untuk menekuni hobi tertentu dengan sangat maksimal, namun karena kebanyakan yang terlihat adalah orang-orang yang hobi nonton anime dan membaca manga saja, maka kebanyakan orang mengistilahkan kata ini menjadi semakin sempit, yaitu orang-orang yang sangat suka menonton anime dan membaca manga.
Generasi Otaku Di Jepang
Otaku generasi pertama (kelahiran paruh pertama tahun 1960-an) Otaku generasi pertama dibesarkan sebagai penggemar fiksi sains (Gekiga) saat itu masyarakat umum masih mengganggap anime sebagai konsumsi anak-anak. Gekiga yang awalnya dimaksudkan sebagai bacaan orang dewasa lalu mulai dikenal secara luas. Otaku generasi pertama juga mulai ikut-ikutan membaca Gekiga. Di Jepang, generasi kelahiran tahun 1960-an disebut generasi Shinjinrui (Generation X) yang sewaktu kecil takjub dengan monster yang bisa berubah bentuk dan menyenangi Tokusatsu.
Otaku generasi II (kelahiran sekitar tahun 1970-an) Pada masa kecil membaca Space Battleship Yamato, Mobile Suit Gundam yang nantinya menjadi bekal penting untuk menjadi Otaku. Saat itu masyarakat Jepang mulai menerima kehadiran Otaku. Sebagian Otaku generasi II tidak bisa membedakan antara dunia fiksi sains dengan alam nyata, misalnya Gundam-Otaku (Gun-ota). Permainan video dekade 1980-an juga menjadi kegemaran Otaku generasi II. Pada saat yang sama, masyarakat mulai menaruh praduga terhadap Otaku akibat kasus pembunuhan heboh dengan pelaku seorang Otaku. Di kalangan anak sebaya, Otaku mulai mendapat perlakuan diskriminasi.
Otaku generasi III (kelahiran sekitar tahun 1980-an) pada masa kecil membaca Neon Genesis Evangelion, Otaku generasi III sekarang menjadi inti gerakan Sekai Kei. Di kalangan Otaku generasi III, kecenderungan Moé sudah menjadi istilah yang disepakati bersama, sekaligus sebagai prinsip dan tujuan. Otaku generasi III makin tenggelam di dalam dunia yang digambarkan manga, dan bahkan sampai menyenangi high culture yang ada di dalamnya.

source image: weheartit.com
Ada beberapa sumber yang mendefinisikan istilah Otaku, namun kebanyakan dari mereka mengartikan ini sebagai orang yang menekuni sebuah hobi yang mereka miliki. Dalam konteks ini sebenarnya bisa memiliki arti yang banyak, hobi yang dimaksud tidak tertuju kepada anime atau manga saja, melainkan ke banyak hobi yang lain.
Namun jika ditelisik dari sejarahnya Otaku berasal dari bahasa Jepang yang digunakan untuk menyebutkan seseorang yang sangat menyukai hobi mereka masing-masing. Sejak paruh kedua dekade 1990-an, istilah Otaku mulai dikenal di luar Jepang untuk menunjukan seseorang yang sangat menyukai salah satu kultur budaya populer mereka yaitu anime dan manga.
Istilah Otaku pertama kali diperkenalkan oleh kolumnis Nakamori Akio dalam artikel “Otaku” no Kenkyū (Penelitian tentang Otaku) yang dimuat majalah Manga Burikko. Dalam artikel yang dimuat dari bulan Juni hingga Desember 1983 tersebut, istilah Otaku digunakan untuk menyebut penggemar berat salah satu kultur budaya populer seperti anime dan manga. Pada waktu itu, masyarakat awam sama sekali belum mengenal istilah ini.
Media massa yang pertama kali menggunakan istilah Otaku adalah radio Nippon Broadcasting System yang mengangkat segmen Otakuzoku no jittai (situasi kalangan Otaku) pada acara radio Young Paradise. Istilah Otakuzoku (secara harafiah: suku Otaku) digunakan untuk menyebut kalangan Otaku, mengikuti sebutan yang sudah ada untuk kelompok anak muda yang memakai akhiran kata “zoku,” seperti Bōsōzoku dan Takenokozoku.
Istilah Otaku dalam versi barat adalah Geek yang memiliki arti terlalu menggemari hal-hal berbau gadget, elektronik, internet dan hal-hal lain yang serupa. Pada intinya istilah ini memiliki arti orang yang memilih untuk menekuni hobi tertentu dengan sangat maksimal, namun karena kebanyakan yang terlihat adalah orang-orang yang hobi nonton anime dan membaca manga saja, maka kebanyakan orang mengistilahkan kata ini menjadi semakin sempit, yaitu orang-orang yang sangat suka menonton anime dan membaca manga.
Generasi Otaku Di Jepang
Otaku generasi pertama (kelahiran paruh pertama tahun 1960-an) Otaku generasi pertama dibesarkan sebagai penggemar fiksi sains (Gekiga) saat itu masyarakat umum masih mengganggap anime sebagai konsumsi anak-anak. Gekiga yang awalnya dimaksudkan sebagai bacaan orang dewasa lalu mulai dikenal secara luas. Otaku generasi pertama juga mulai ikut-ikutan membaca Gekiga. Di Jepang, generasi kelahiran tahun 1960-an disebut generasi Shinjinrui (Generation X) yang sewaktu kecil takjub dengan monster yang bisa berubah bentuk dan menyenangi Tokusatsu.
Otaku generasi II (kelahiran sekitar tahun 1970-an) Pada masa kecil membaca Space Battleship Yamato, Mobile Suit Gundam yang nantinya menjadi bekal penting untuk menjadi Otaku. Saat itu masyarakat Jepang mulai menerima kehadiran Otaku. Sebagian Otaku generasi II tidak bisa membedakan antara dunia fiksi sains dengan alam nyata, misalnya Gundam-Otaku (Gun-ota). Permainan video dekade 1980-an juga menjadi kegemaran Otaku generasi II. Pada saat yang sama, masyarakat mulai menaruh praduga terhadap Otaku akibat kasus pembunuhan heboh dengan pelaku seorang Otaku. Di kalangan anak sebaya, Otaku mulai mendapat perlakuan diskriminasi.
Otaku generasi III (kelahiran sekitar tahun 1980-an) pada masa kecil membaca Neon Genesis Evangelion, Otaku generasi III sekarang menjadi inti gerakan Sekai Kei. Di kalangan Otaku generasi III, kecenderungan Moé sudah menjadi istilah yang disepakati bersama, sekaligus sebagai prinsip dan tujuan. Otaku generasi III makin tenggelam di dalam dunia yang digambarkan manga, dan bahkan sampai menyenangi high culture yang ada di dalamnya.
Quote:
Wibu

image source: change.org
Japanofilia atau sering disebut Wibu (bahasa Inggris: Weeaboo) adalah ungkapan yang ditujukan kepada seseorang terutama orang-orang Barat yang terobsesi dengan budaya Jepang secara berlebihan atau bertingkah laku seakan-akan mereka tinggal di Jepang, meskipun mereka bukan warga negara Jepang dan tidak tinggal di Jepang. Dalam bahasa Jepang, istilah untuk Japanofilia adalah shinnichi yang berarti “Jepang”. Istilah ini pertama kali digunakan pada awal abad ke-18 dan berubah cakupannya seiring berjalannya waktu.
Istilah weeaboo (kemudian disingkat menjadi weeb) berasal dari webcomic berjudul The Perry Bible Fellowship di mana kata tersebut tidak memiliki arti dan dianggap sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan. Menurut tesis MA yang tidak diterbitkan, 4chan dengan cepat mengambil kata tersebut dan menerapkannya dengan cara yang kasar menggantikan istilah wapan yang sudah ada.
Japanofilia dianggap terbelakang karena mereka dianggap kurang menghargai budaya bangsa dan negaranya sendiri (untuk tingkat yang lebih parah). Japanofilia merupakan kebalikan dari Japanofobia. Seseorang yang memiliki sifat Japanofilia disebut Japanofile. Tetapi dalam beberapa keterangan, Japanofilia tidak terlalu sama artinya dengan Wibu karena pada dasarnya, Japanofilia dikatakan memiliki minat yang sangat luas tentang budaya Jepang, sedangkan Wibu hanya terfokus pada pop culture Jepang seperti anime dan manga.
Jika Otaku hanya berpatokan kepada hobi saja, namun Wibu cenderung berkonotasi negatif karena biasanya tidak ditempatkan pada konteksnya. Wibu adalah orang yang sangat menggilai Jepang, bahkan mereka akan terlihat seperti orang Jepang yang terkesan lebih paham negeri Sakura tersebut dari pada penduduk aslinya. Bahkan beberapa orang ada yang menganggap dirinya sedang tinggal di Jepang padahal tidak.
Tindakan semacam ini terkesan negatif, karena biasanya mereka yang melakukan itu dan sangat fanatik dan cenderung akan membanding-bandingkan negaranya sendiri dengan Jepang, dan secara tidak langsung menjelekan dan menilai buruk negara lain. Padahal ada juga beberapa Wibu yang memang hanya menyukai budaya Jepang saja, baik itu populer maupun tradisional dan tidak sampai menjelekan negaranya sendiri.
Wibu juga sering disamakan dengan Wapanese yang berarti Want to be Japanese atau Japanese Wannabe, bahkan ada yang menganggap mereka adalah orang Jepang jadi-jadian. Hal ini dikarenakan mereka cenderung bangga dan mempertontonkan keunikan yang mereka miliki, dan juga tidak jarang gaya bicaranya juga unik menggunakan logat Jepang dan beberapa kosakata ajaib yang terupdate.

image source: change.org
Japanofilia atau sering disebut Wibu (bahasa Inggris: Weeaboo) adalah ungkapan yang ditujukan kepada seseorang terutama orang-orang Barat yang terobsesi dengan budaya Jepang secara berlebihan atau bertingkah laku seakan-akan mereka tinggal di Jepang, meskipun mereka bukan warga negara Jepang dan tidak tinggal di Jepang. Dalam bahasa Jepang, istilah untuk Japanofilia adalah shinnichi yang berarti “Jepang”. Istilah ini pertama kali digunakan pada awal abad ke-18 dan berubah cakupannya seiring berjalannya waktu.
Istilah weeaboo (kemudian disingkat menjadi weeb) berasal dari webcomic berjudul The Perry Bible Fellowship di mana kata tersebut tidak memiliki arti dan dianggap sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan. Menurut tesis MA yang tidak diterbitkan, 4chan dengan cepat mengambil kata tersebut dan menerapkannya dengan cara yang kasar menggantikan istilah wapan yang sudah ada.
Japanofilia dianggap terbelakang karena mereka dianggap kurang menghargai budaya bangsa dan negaranya sendiri (untuk tingkat yang lebih parah). Japanofilia merupakan kebalikan dari Japanofobia. Seseorang yang memiliki sifat Japanofilia disebut Japanofile. Tetapi dalam beberapa keterangan, Japanofilia tidak terlalu sama artinya dengan Wibu karena pada dasarnya, Japanofilia dikatakan memiliki minat yang sangat luas tentang budaya Jepang, sedangkan Wibu hanya terfokus pada pop culture Jepang seperti anime dan manga.
Jika Otaku hanya berpatokan kepada hobi saja, namun Wibu cenderung berkonotasi negatif karena biasanya tidak ditempatkan pada konteksnya. Wibu adalah orang yang sangat menggilai Jepang, bahkan mereka akan terlihat seperti orang Jepang yang terkesan lebih paham negeri Sakura tersebut dari pada penduduk aslinya. Bahkan beberapa orang ada yang menganggap dirinya sedang tinggal di Jepang padahal tidak.
Tindakan semacam ini terkesan negatif, karena biasanya mereka yang melakukan itu dan sangat fanatik dan cenderung akan membanding-bandingkan negaranya sendiri dengan Jepang, dan secara tidak langsung menjelekan dan menilai buruk negara lain. Padahal ada juga beberapa Wibu yang memang hanya menyukai budaya Jepang saja, baik itu populer maupun tradisional dan tidak sampai menjelekan negaranya sendiri.
Wibu juga sering disamakan dengan Wapanese yang berarti Want to be Japanese atau Japanese Wannabe, bahkan ada yang menganggap mereka adalah orang Jepang jadi-jadian. Hal ini dikarenakan mereka cenderung bangga dan mempertontonkan keunikan yang mereka miliki, dan juga tidak jarang gaya bicaranya juga unik menggunakan logat Jepang dan beberapa kosakata ajaib yang terupdate.
Quote:
Source : Otakuverse.id
Quote:
0
1.4K
Kutip
8
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan