kutilkuda1202Avatar border
TS
kutilkuda1202
[Curhat] Mengalami KDRT karena memergoki suami selingkuh dengan ponakan

Note: kisah ini adalah kisah nyata yang dialami oleh narasumber. TS kutilkuda mencurahkannya dalam bentuk tulisan pada thread ini. Nama dan lokasi disamarkan demi privasi narasumber.


Selamat pagi, siang, sore dan malam semua kaskusers. Kembali lagi setelah beberapa hari berlalu, akhirnya TS kutilkuda kembali hadir di awal bulan oktober ini. Tanpa terasa sudah memasuki bulan ke 10 di tahun 2021. Kita sudah melalui masa pandemi dari 2020 awal hingga saat ini di oktober 2021. Nampaknya kondisi Indonesia mulai membaik ya. Kiranya semua bisa semakin membaik dan kembali normal.

Seperti biasa, kutilkuda akan membawakan kisah nyata baik dari DM, curhatan langsung atau dari relasi TS. Nah kali ini ada curahan hati dari salah satu temen TS di komunitas keagamaan. Jadi beliau awalnya menceritakan cerita kisah nyatanya saat acara komunitas keagamaan dimana TS juga mengikuti acara tersebut secara online. Setelah ijin dan mencoba mengobrol dari hati ke hati, akhirnya Narasumber mau menceritakan kisah hidup ini kepada rekan rekan kaskusers.

Oleh sebab itu, selamat membaca dan jangan lupa Cendol dan komentar nya ya.....

------

Perkenalkan namaku Rima. Aku ingin menceritakan kisah pilu yang ku alami di tahun 2014 lalu. Pengalaman hidup yang tak akan aku lupakan dan menjadi titik perubahan dalam hidupku. Kejadian yang membuatku trauma dan takut untuk menikah lagi hingga saat ini. Aku menikah dengan Mas Hendra di awal tahun 2012 dan harus kandas karena aku mengalami KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) akibat perselingkuhan.

Berkeluarga merupakan tahapan kehidupan yang dialami oleh insan dewasa pada umumnya. Semua orang ingin menikah karena ingin bahagia dan bisa hidup bersama dengan kekasih hati. Bisa berdua menjalin kasih, menjalani hidup dalam satu visi dan bersama sama menjalin hubungan dalam satu tubuh. Rasanya senang bisa berkeluarga karena kita bisa menemukan pasangan yang berada dalam satu kubu dengan kita. Itulah yang aku pikirkan saat aku menapaki hidupku di masa 6 - 12 bulan usia pernikahan.

Setelah satu tahun menikah, dan memasuki tahun kedua dimana aku mulai sudah memiliki bayi dengan segala kerepotannya, mulai lah muncul problema yang cukup serius. Mulai dari keuangan yang makin berat dirasa dan waktu istirahat yang berkurang hingga sensitifitas masing masing karena kelelahan mencari rejeki dan mengurus bayi. Tetapi kami kembali bersatu lagi dan mulai mengingat apa tujuan kami menikah. Saat sudah marahan, dan di kasur kembali bersatu lagi jadi satu tubuh, membuat semuanya nampak biasa dalam menghadapi problem.

Tetapi di tengah tahun kedua menuju ketiga mulai ada masalah yang jujur aku mulai tak bisa menoleransi. Namun aku mencoba bertahan dan menahan setiap detik rasa pahit dan getir dalam hati. Rasa kesal dan kecewa terhadap suami muncul karena adanya orang ketiga dalam rumah. Perselingkuhan yang muncul antara suamiku dan ponakanku. Mungkin kalau perselingkuhan dengan wanita lain di luar rumah masih bisa di redam, tetapi kalau dengan ponakan sendiri apa tidak meledak? Rumah bagai neraka rasanya. Dan kali ini aku akan menjelaskan semua awal mula bagaimana ini terjadi.

Kejadian ini terjadi di tahun 2014. Saat itu ponakanku sedang dilanda masalah. Sebut saja namanya Ningsih. Dia baru saja lulus SMA dan tidak tahu harus bekerja dimana. Ia adalah anak pertama dari kakak pertamaku. Sedangkan aku adalah anak terakhir dalam keluarga ibuku. Maka disaat anak pertamanya berusia 18 tahun, aku masih berusia 32 tahun dan baru beberapa bulan memiliki bayi. Ia dari Magetan dan pindah ke Jawa Tengah karena selain bingung akan bekerja apa, ia juga sedang mengalami problem pergaulan. Ia mengaku kehilangan keperawanan karena pergaulan nya yang kebablasan dengan pacarnya. Ibunya tidak tahu, tetapi ia curhat jujur kepadaku. Katanya, aku adalah tante yang asik diajak curhat karena usia nya masih muda sehingga nyambung untuk tempat berkeluh kesah. Ia memang anak yang ceria dan pintar bergaul.

Melihat kepribadian Ningsih yang ekstrovert dan fasih dalam bicara, aku pun mengajak Ningsih bekerja di toko kelontongku di pasar. Sehingga aku bisa fokus mengurus baby di rumah. Aku ajari dia bagaimana menangani pembeli dan cara mengecek stok barang. Dalam satu bulan, ia bisa menangani toko kelontong ku. Suamiku bekerja sebagai satpam malam hari, sehingga ia bisa membantu Ningsih di toko setelah ia tidur sepulang kerja malam. Sedangkan aku bisa meninggalkan toko setelah pukul 10 siang karena aku harus mengurus anak ku yang masih bayi.

Ternyata moment kebersamaan ponakan dan suamiku di toko menjadi jalan untuk mereka masuk ke hubungan yang salah. Aku awalnya tidak tahu, tetapi semenjak kejadian aku memergoki mereka, aku menjadi manusia paling curiga dan kecewa di rumah ini. Aku ingat saat itu bulan Desember 2014, hujan deras mengguyur kota tempat aku tinggal di Jawa Tengah. Putraku sedang sakit demam dimana paginya baru saja ku bawa ke dokter. Jam dinding menunjukkan pukul 16.00 WIB, tetapi aku masih bingung karena handphone dan dompet ku yang berisi uang dan obat demam putraku tertinggal di toko. Sedangkan gas dirumah ternyata habis, padahal aku tengah menumis bumbu masak untuk bekal suamiku kerja masuk malam nanti. Akhirnya ku putuskan mengambil dompet dan obat anakku ke toko.

Karena rumah mertuaku berada di sebelah rumah ku, maka aku titipkan sebentar putraku kepada ibu mertua dan hujan hujan aku naik motor ke toko. Dengan mengenakan jas hujan, aku kemudikan motor matic ku ke toko yang berjarak 2 km dari rumah. Aku agak cepat mengendarai dan cukup stres karena aku kepikiran baby ku yang sakit dan belum masak untuk bekal suami.

Saat ku parkir motor, ku lihat pintu rolling door toko ditutup separuh. Aku berpikir," kok tutup, oh mungkin karena hujan sepi jadi ditutup separuh sama Mas Hendra". Hendra adalah nama suamiku. Ia berusia 35 tahun dan bekerja sebagai security di bank swasta tetapi hanya bertugas di jam malam saja. Perawakannya tinggi, badan agak gempal berotot dan kulit coklat manis. Aku mencintainya apa adanya dan sangat menghargai setiap keputusannya sebagai kepala rumah tangga. Dia tempat curahan hatiku dan aku menyandarkan setiap lelah ku.

Aku langsung saja masuk sambil berkata "Mas Hen.." dan kulihat dengan mata kepalaku sendiri kaki suamiku sedang bertumpu di paha Ningsih yang duduk menyandar di sebelah suamiku. Tangan mas Hendra memeluk Ningsih dan ponakanku bersandar dengan nyamannya di sisi suamiku. Ponakanku sendiri dengan mesra nya menyender layaknya orang pacaran. Sudah gila memang dunia ini. Seketika emosi dan terkejut melihat kejadian ini. Seperti mimpi tetapi ini nyata. Seketika saja mereka kaget dan panik. Langsung berpencar satu sama lain. Aku langsung marah dan berkata dengan nada tegas, " kalian ngapain??? Kamu ngapain mas? Ningsih itu PONAKAN KITA!!!! Main GILA KAMU??? ". Ningsih langsung lari keluar toko dengan malu.

Seketika saja mas Hendra menjawab dengan kasar dan mengelak akan apa yang mereka lakukan. "Apa sih???? Kamu jangan ngarang deh!!!"
"Nggak mungkin.. kalian sudah kurangajar disini. Kamu selingkuh sama dia ha????? Mas Jawab!!! Kamu doyan sama ponakan sendiri??? Heh! Ponakan sendiri pun kamu embat?????? Laki laki gak tau malu!!!", teriakku.

Mas Hendra membalas teriakku dengan tamparan keras di pipiku. Dengan kasarnya ia menamparku dan berkata "lambemu... Asu..!!!!!!!"
Atau dalam bahasa indonesia "mulutmu,, anjing!!!". Aku menangis dan terus mengucapkan ungkapan marah dari mulutku sambil aku ambil dompet dan handphone.

Aku keluar dari toko sampe lupa memakai mantel. Aku pulang sambil menangis dan kehujanan. Ini bukan drama tetapi memang benar adanya. Aku menangis dan kecewa. Suami yang aku cintai apa adanya, tidak pernah kasar dan bahkan main tangan padaku dengan teganya melakukan ini padaku. Apa dia tidak berpikir bahwa kami sudah menikah menuju tahun ketiga dan ada bayi yang sedang sakit. Aku bela belain hujan hujan demi obat anak dan beli gas untuk masak bekal makan malam dia. Kok bisa melakukan kekejian ini dalam rumah tangga kami.

Sesampai rumah, aku ambil anakku dan aku menangis di kamar. Dalam benakku isinya kecewa dan menyalahkan diriku. Bagaimana bisa dia membagi cinta denga ponakan sendiri, anak dari kakakku. "Ya Allah, apa salahku? Kenapa mas Hen bisa tega menduakan aku dengan Ningsih??", ucapku sambil menangis. Aku benar benar kecewa dan rasanya dunia ini hancur. Aku duduk dan melihat wajahku sendiri di cermin. Aku menangis lagi dan menyalahkan diriku. Apa karena aku jelek, apa karena aku gak muda lagi, dan semua intimidasi terhadap diriku sendiri. Merasa gagal sebagai istri dan juga menyalahkan diri atas semua yang terjadi.

Sekitar pukul 18.00 WIB, mas Hen pulang dan ia langsung mandi dan berganti pakaian kerja. Kami tidak mengucapkan sepatah kata apapun. Aku menangis didepannya dan nampak kusut di kamar. Ia nampak merasa bersalah tetapi aku terus menangis. Ningsih juga tidak pulang, padahal aku ingin menanyakan kejujuran nya. Mas Hend pergi kerja tanpa pamit dan akupun juga mendiamkan dia. Aku tersakiti oleh sikapnya. Bukannya minta maaf malah seolah-olah aku yang salah.

Keesokan harinya, aku benar benar tidak mood dan tidak peduli lagi dengan toko, suami dan Ningsih. Aku fokus merawat bayiku. Ternyata Ningsih sudah pulang ke Magetan. Ia diberi uang saku suamiku dan pulang dengan alasan kangen rumah. Ia mengirim WA ke HP ku

"Bulek, saya pamit pulang ke Magetan. Om Hend yang antar saya tadi ke terminal. Saya minta maaf kalau banyak salah. Jujur saya tidak melakukan apa apa, kebetulan kami sedang ngobrol ngobrol saja di kasur toko. Mana mungkin saya berbuat zinah begitu. Saya minta maaf ya bulek"

Aku tidak percaya dan tidak membalas pesan ponakan ku itu. Aku diamkan saja tetapi hatiku pedih.
Seusai kejadian itu, komunikasi ku dan mas Hendra makin tidak baik dalam seminggu. Aku jadi wanita yang gampang cemburu. Mas Hendra pun makin kasar setiap kali bertengkar dan aku ungkit perihal kejadian itu. Dan puncaknya di hari ke 14 setelah kejadian itu. Mas Hendra marah karena aku tidak masak dan aku menjawab dengan menyindir nama Ningsih. Tiba tiba dia marah membanting piring dan aku dilempar gelas berisi kopi panas. Dia mendekatiku dan menjambak rambutku, lalu menampar kasar mulutku berkali-kali sambil berkata kasar kepadaku. Aku layaknya anjing peliharaan yang disiksa. Aku menangis dan mencoba melawan tetapi dia lebih kuat dariku.

Aku melawan dengan menyikut perutnya, dan berlari menuju kamar menggendong anakku. Aku ingin kabur dari rumah. Dia berteriak dan mengejarku, menarik tanganku dan meninju wajahku. Aku teriak tolong tolong supaya ada tetangga menolongku. Lalu ibu mertuaku datang dan mendorong pintu rumahku yang tertutup sehingga bisa masuk ke rumah. Dan ia menenangkan kami. Tetangga lain hanya melihat dari luar dan kembali ke rumah mereka setelah ibuku menjelaskan bahwa lagi bertengkar masalah kecil.

Saat berbicara dengan mertua dan suami, aku malah disalahkan mereka. Mertua berkata bahwa akulah sumber masalah. Inilah tuduhan mereka kepadaku:
- aku lah yang membawa ningsih ponakanku.
- Aku salah karena menuduh suami harusnya aku percaya kepada suami. Bisa saja mereka lagi ngobrol layaknya ayah dan anak. Bukan berarti zinah.
- Aku salah karena selalu mengungkit soal itu dan tidak masak atau melayani suami.
- Harusnya aku tidak teriak teriak bikin malu keluarga sehingga tetangga mendatangi rumah kami.

Merasa tidak ada yang mengasihiku dan malah menyalahkanku, aku pun semakin terpuruk. Aku merasa hancur dan tidak berdaya. Akhirnya dua hari setelah malam itu, saat suami bekerja malam, aku kabur dari rumah membawa anak dan pulang ke rumah almarhum ibuku di Jawa Timur. Aku beli tiket travel dan langsung kabur ke Jawa Timur. Aku adukan semua kejadian itu ke ayahku. Ayahku menilai bahwa pasti ada perselingkuhan antara Ningsih dan suamiku. Singkat cerita Ayah memanggil kakakku dan Ningsih. Dan akhirnya Ningsih mengaku dengan jujur. Beginilah pernyataannya saat itu:

"Benar kami memang sudah menjalin hubungan asmara. Tetapi kami tidak berzinah. Kami hanya ngobrol dan menyender saja. Om berkata kalau om mau poligami. Karena merasa bosan dan jenuh dengan bulek. Bulek tidak cantik seperti waktu muda dan bulek juga tidak bisa urus diri lagi setelah melahirkan. Jadi om pingin meminang ningsih jadi istri kedua"

Semenjak penjelasan itu, aku pun mulai mengajukan permohonan cerai dan akhirnya setelah hampir 5 tahun berjalan, surat cerai pun sudah ditanganku tahun 2020 lalu.

Jujur
Aku tidak bisa bertahan lagi. Mungkin dari kalian pasti berkata "harusnya bertahan.. apa tidak dicoba balik lagi, rujuk lagi. Saling memaafkan.. dan mungkin berkata aku egois dsb".
Tetapi setiap orang ada batas kemampuannya. Aku tidak bisa di selingkuhi apalagi dengan ponakan sendiri. Aku juga tidak mau dikasarin apalagi disiksa.
Bayangkan saja 2 minggu tiap hari di kasar dengan tangan dan kata kata jorok dari mulutnya.
Dilempar gelas, di tendang, didorong dari kasur, dan yang terakhir ditinju hingga berdarah.
Aku lebih baik menjanda daripada mati ditangan mas Hendra suamiku hanya karena aku memergoki dia selingkuh dengan ponakanku.

Sekian
Rima
bonita71
tulip.putih
bukhorigan
bukhorigan dan 5 lainnya memberi reputasi
6
2.1K
20
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan