Kaskus

News

the.commandosAvatar border
TS
the.commandos
Rumor Vs Fakta Penyelenggaraan Formula E di Jakarta
Rumor Vs Fakta Penyelenggaraan Formula E di Jakarta
Ajang balapan Formula E 2021 di Sirkuit New York City, Amerika Serikat, akhir pekan lalu (Foto: Instagram/@fiaformulae)


JAKARTA - Ajang formula E menjadi perbincangan hangat di masyarakat Indonesia belakangan ini. Kesimpangsiuran informasi menjadi penyebab ajang balapan ini banyak menjadi pembicaraan di media sosial.

Mulai dari pemborosan APBN, komitmen fee yang terlalu tinggi dan hingga potensi kerugian besar yang ditanggung oleh negara. Berdasarkan data statisik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, setidaknya ada 10 poin yang perlu diketahui dari penyelenggaraan Formula E.


1. Formula E pemborosan APBD?

Sekadar informasi, hampir semua event olahraga dunia termasuk Asian Games, Olimpiade, Formula 1, MotoGP, dan Formula E, membutuhkan dana pemerintah. Lebih lanjut, ajang olahraga dunia tersebut dapat memberi banyak efek untuk stimulus ekonomi jangka panjang.


2. Formula E hanya untung jika diadakan lima tahun berturut-turut. Bahkan hanya dua kota yang melaksanakan secara berturut-turut dan mereka merugi.

Sebaliknya apabila Formula E diadakan sekali, otomatis akan menderita kerugian karena biaya infrastruktur balapan hanya terpakai beberapa kali. Namun kondisi pandemi menghasilkan kesepakatan bahwa pelaksanaan akan dilakukan secara tiga tahun, yaitu 2022, 2023, dan 2024. Lebih lanjut durasi tiga tahun merupakan waktu yang tepat untuk memaksimalkan manfaat dan dampak ekonomi.


3. Komitmen Fee Rp2,3 triliun dan biaya pelaksanaan Rp4,4 triliun?

Perlu digarisbawahi jika komitmen fee adalah Rp560 miliar (bukan untuk tahun pertama, namun untuk semua tahun penyelenggaraan). Kegiatan Formula E juga telah ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPRD dan menjadi Perda No.7 tahun 2019. Selain itu, tidak ada lagi biaya dari APBD untuk Formula E di tahun 2022, 2023, dan 2024.

Biaya Rp150 Miliar, tidak dibebankan oleh APBN namun bersumber dari sponsorship yang dilakukan oleh Jakpro. Dalam perjanjian kerjasama terbaru, tidak ada pula keperluan untuk dibuatkan bank garansi.

Hasilnya, pembiayaan Formula E sudah berasal dari APBD 2019 yang sudah dibayarkan dua tahun lalu. Pembayaran tersebut dilakukan sebelum pandemi Covid-19 tahun 2020. Tidak ada lagi biaya dari APBD yang digunakan untuk komitmen fee maupun biaya penyelenggaraan ke depan.

4. Komitmen Fee Formula E di Jakarta lebih tinggi dibandingkan kota lain

Nilai komitmen fee masing-masing negara akan berbeda-beda. Itu disebabkan oleh tiga faktor yaitu FEO meng-cover biaya penyiaran live di 150 negara, akomodasi ribuan ofisial selama satu bulan, biaya keamanan, logistik, hingga asuransi.

Kedua perbedaan fee juga dipengaruhi oleh letak geografis Indonesia lebih jauh. Sehingga membuat biaya logistik jauh lebih besar dari kota-kota di Eropa dan Amerika.

Ketiga, apabila pelaksanaan balapan dilakukan semakin akhir, maka semakin besar pula biaya yang dikeluarkan.

5. Biaya Rp560 miliar dapat dialokasikan untuk Covid-19

Penyelenggaraan Formula E tidak mengesampingkan anggaran di sektor lain yang lebih vital. Pasalnya pembayaran sudah dilunasi pada tahun 2019 sebelum terjadinya pandemi Covid-19.

6. Formula E tidak membantu pemulihan ekonomi pasca covid-19

Formula E dapat memberikan dampak finansial, ekomini, dan reputasional. Investasi jangka menengah dan panjang inilah yang membuat event olahraga dapat memberikan manfaatnya kepada berbagai bidang, mulai dari pariwista, investasi, hingga perdagangan.

Baca Juga : CEO Formula E Sambut Positif Bergabungnya McLaren pada 2022-2023
Bahkan acara ini sudah masih dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2017-2022 untuk meningkatkan investasi di Jakarta dan terwujudnya Jakarta sebagai kota tujuan wisata yang berdaya saing internasional.

7. Berpotensi merugikan UMKM


Baca Juga : McLaren Gabung Formula E Mulai 2022-2023
Umumnya acara olahraga besar, Formula E merupakan rangkaian acara selama beberapa bulan sebelum dan setelah event. Berbagai program yang melibatkan UMKN juga tengah dilaksanakan oleh Dinas UMKM dan BUMN, serta bekerjasama dengan pihak swasta.

8. Formula E minim pabrikan besar

Menurut laporan Forbes (Mei 2021), Formula E tetap menjadi ajang balapan terbesar ketiga di dunia setelah F1 dan MotoGP yang disiarkan lebih dari 40 media internasional dan disaksikan di 150 negara. Pengunduran pabrikan besar juga suatu hal yang wajar karena menjadi strategi jangka panjang mereka, bukan kerena kinerka event balap.

Meski ditinggal tinggal Mercedes namun sampai saat ini masih ada 12 tim dari tujuh pabrikan mobil diantaranya Jaguar, Porsche, Nissan, Penske, Nio, DS Tech, dan Mahindra.

9. Formula E tidak bikin Jakarta ramah lingkungan


Formula E justru mendorong energi ramah lingkungan untuk jangka panjang. Tidak hanya untuk kaum milenials, acara ini dapat menyadarkan pentingnya memperbaiki kualitas udara lintas generasi.

10. Ada temuan BPK dan belum ditindaklanjuti

BPK telah menyampaikan bahwa tiga rekomendasi sudah di-follow up dan dinyatakan tuntas. Pertama tidak ada lagi dana dari APBD, kedua Jakpro tengah berkoordinasi dengan FEO dan menyusun tim OC untuk pelaksanaan Formula E 2022, ketiga Pemprov DKI akan melakukan feasibility ulang.

Hasil dari laporan tersebut tidak ditemukan kerugian negara maupun potensi kerugian negara di masa depan, sehingga tidak ada keharusan untuk ditunda.

https://www.sportstars.id/amp/rumor-...-0a43zG?page=2

Banyak partai yg setuju kalo formula e bukan saat pandemi, kenyataan nya emang formula e sudah diputuskan sebelum pandemi dan tidak akan dilaksanakan saat pandemi
steelyAvatar border
ask.zhAvatar border
fathur394Avatar border
fathur394 dan 3 lainnya memberi reputasi
2
2.7K
56
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan