iluvtariAvatar border
TS
iluvtari
3 Prinsip Bermain Kreativitas dengan Anak


Si Kakak punya hobi menggambar dan menulis. Di antara dua hobinya itu, masing-masing punya kekurangan. Untuk menggambar, ia kadang terpaku pada contoh. Imajinasinya kurang liar. Sementara untuk menulis, si Kakak kurang suka membaca. Namanya anak SD kan ya, paling nanti berubah lagi hobinya.

Hobi yang menulis, terpaksa ku-skip. Sebab sebagai penulis, aku gak bisa terima orang yang suka menulis tapi gak mau baca. Dengan orang lain aku garang banget soal ini, dengan anak sendiri harus adil dong. Walau gak harus marah-marah. Garang gak berarti marah kan, Gansis?

Nah, untuk yang menggambar, setelah kuikutkan kelas-kelas singkat menggambar, akses ke aplikasi dan media sosial untuk mengembangkan skill-nya, si Kakak juga kutantang membuat gambar dari cerita yang kutulis.

Ceritanya sederhana saja, yang ini akhirnya “memaksa” ia untuk mau membaca. Kutulis cerita tentang kucing bernama Banu yang hilang tapi lalu pulang sendiri. Si Kakak pun membuat gambarnya, yang kemudian kususun menjadi komik strip.


Alhamdulillah, selain membuat ia akhirnya mau membaca (bahkan bukan cerita-cerita pendek, malah novel 200-an halaman dalam dua hari!) “praktik baik literasi” ini juga menular ke adiknya.

Kamu yang terlahir sebagai sulung jangan merasa terbebani ya, nyatanya seorang kakak itu mau gak mau memang menjadi model adiknya. Aku yang gak punya adik tapi punya banyak kakak pun, tanpa maksud sengaja meniru, nyatanya punya banyak kesamaan dengan kakak sulungku.

Begitu pula anak-anakku sekarang. Meski si Adik sebenarnya belum terlihat di mana minatnya, yang penting contoh yang ia lihat saat ini adalah contoh yang baik. Nanti seiring bertambahnya usia, insyaallah dia bakal lepas dari bayang-bayang kakaknya. Karena aku selalu berusaha untuk tidak membandingkan mereka, tiap orang punya keunikan masing-masing.

Melihat si kakak membuat gambar dari cerita yang kutulis, si Adik pun meminta hal yang sama. Ini hasilnya.


Masih banyak sebenarnya kegiatan kami di rumah jika aku sedang tidak dikejar deadline. Daripada anak bermain gadget, lebih baik diajak bermain permainan yang dapat mengasah kreativitasmereka. Yang penting upaya kita untuk menggali minat dan atau mengasah bakat anak-anak tidak keluar dari 3 hal berikut:


1. Menyenangkan
Yang namanya main, mesti menyenangkan dong. Perhatikan respons mereka, ada kalanya anak-anak setuju bermain sekadar mematuhi perintah orang tua. Kalau sudah begitu, mending biarkan mereka bermain dengan teman atau mainannya.


2. Tidak Memaksa
Menyambung dari poin sebelumnya, kita tak perlu nimbrung dalam kegiatan bermain anak jika sebelumnya memang gak diajak. Kadang anak justru terganggu dengan kehadiran orang tua mereka. Misalnya ketika bermain peran, biasanya anak lebih suka bermain dengan boneka atau sesama mereka saja.

Bermain peran adalah pemainan anak yang full imajinasi. Kamu boleh menyimak betapa “gilanya” khayalan mereka, tapi tak usah mengacau, selama imajinasi itu tidak mengarah ke hal negatif. 


3. Beri Pujian
Berikan pujian terhadap karya mereka, meski jauh dari sempurna. Saat seusia mereka, kita belum tentu bisa membuat karya yang sama kan? Perlu dicatat, memuji secukupnya saja, sesuai kenyataan. Jangan berlebihan, karena itu bisa membuat mereka menjadi pribadi yang haus akan pujian.

Ini cuma catatan kecil ya, Sis. Bukan dari ahli, sekadar cerita emak-emak tentang kegiatan receh bersama dua putri kecilnya.



sumber ilustrasi: [url=Photo by <a]unsplash[/url]
erina79purba
anton2019827
Obet9718
Obet9718 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
2.9K
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan