- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Jangan Parno! Masifnya Orang Berkerudung Itu Bukan Bentuk Islamisasi


TS
cangkeman.net
Jangan Parno! Masifnya Orang Berkerudung Itu Bukan Bentuk Islamisasi

Cangkeman.net - Kerudung atau beberapa orang menyebutnya jilbab atau apapun itu yang intinya adalah kain penutup kepala yang biasanya dikenakan wanita muslim memang sering menjadi perdebatan di beberapa kalangan. Ada yang gila-gilaan mempromosikannya, yang paranoid dengan keberadaanya juga banyak.
Periode tahun 2000an hingga sekarang, penggunaan kerudung di Indonesia terlihat sekali sangat meningkat. Dari anak-anak, mbak-mbak kantoran, sampai nenek-nenek juga sudah mulai banyak yang mengenakan pakaian ini.
Meski dinilai sebagai pakaian Islam oleh sebagian kalangan, nyatanya pengguna kerudung ini enggak semuanya berlandaskan keagaaman. Ada banyak faktor kenapa orang memakai kerudung.
Pada lingkungan sekitarku, misalnya. Penggunaan kerudung ini dinilai sebagai pakaian yang begitu ringkas. Kerudung bisa dipakai untuk keperluan acara apapun tanpa perlu harus menata rambut yuang sedemikian njelimet. Para kaum ibu-ibu biasanya beralasan seperti ini ketika berkerudung.
Untuk kalangan anak muda, kerudung sudah menjadi tren berpakaian sendiri. Berbagai jenis kerudung dengan model yang makin beraneka ragam membuat anak-anak muda dapat mengkreasikan tatanan kepalanya dengan penutup yang rupa-rupa.
Menurutku, kerudung sudah menjadi budaya berpakaian kita. Meski diklaim sebagai simbol-simbol keagamaan, namun kerudung tetaplah pakaian. Dan yang namanya pakaian tak akan pernah lepas dari kebudayaan itu sendiri.
Jadi jangan mencak-mencak ketika kita melihat ibu-ibu berkebaya sudah tidak lagi sanggulan, tapi kerudungan. Ya karena kebudayaan itu sifatnya dinamis, selalu bergerak. Terus bukan berarti kebudayaan kita jadi hilang dengan pergerakan budaya tersebut? Yah enggak gitu.
Dikira kebaya, batik, surjan dan segala jenis pakaian yang sering kita klaim sebagai pakaian kebudayaan Indonesia itu tidak melalui perjalanan panjang sebelum akhirnya digunakan oleh masyarakat Indonesia? Dan tentu saja, sama seperti kerudung, dalam pakaian-pakaian itu juga terjadi pergerakan dan saling mempengaruhi dengan budaya-budaya lainnya.
Pergerakan budaya melalui pakaian para penduduknya itu wajar dan terjadi di belahan bumi manapun. Coba lihat di Amerika apa masih banyak yang masih menggunakan pakaian ala suku indian? Atau di Eropa juga kan udah jarang liat cewek-cewek pakai baju kurungan ala-ala Eropa. Di timur tengah sendiri seperti Qatar dan UEA juga udah banyak yang berubah jenis-jenis pakaiannya.
Sudahlah, santai saja, karena semua akan bergerak mengikuti trennya...
Tulisan ini ditulis oleh Fatio Nurul Efendi dan telah terbit di cangkeman.net (cangkeman.net/2021/08/jangan-parno-masifnya-orang-berkerudung.html) pada tanggal 23 Agustus 2021
Periode tahun 2000an hingga sekarang, penggunaan kerudung di Indonesia terlihat sekali sangat meningkat. Dari anak-anak, mbak-mbak kantoran, sampai nenek-nenek juga sudah mulai banyak yang mengenakan pakaian ini.
Meski dinilai sebagai pakaian Islam oleh sebagian kalangan, nyatanya pengguna kerudung ini enggak semuanya berlandaskan keagaaman. Ada banyak faktor kenapa orang memakai kerudung.
Pada lingkungan sekitarku, misalnya. Penggunaan kerudung ini dinilai sebagai pakaian yang begitu ringkas. Kerudung bisa dipakai untuk keperluan acara apapun tanpa perlu harus menata rambut yuang sedemikian njelimet. Para kaum ibu-ibu biasanya beralasan seperti ini ketika berkerudung.
Untuk kalangan anak muda, kerudung sudah menjadi tren berpakaian sendiri. Berbagai jenis kerudung dengan model yang makin beraneka ragam membuat anak-anak muda dapat mengkreasikan tatanan kepalanya dengan penutup yang rupa-rupa.
Menurutku, kerudung sudah menjadi budaya berpakaian kita. Meski diklaim sebagai simbol-simbol keagamaan, namun kerudung tetaplah pakaian. Dan yang namanya pakaian tak akan pernah lepas dari kebudayaan itu sendiri.
Jadi jangan mencak-mencak ketika kita melihat ibu-ibu berkebaya sudah tidak lagi sanggulan, tapi kerudungan. Ya karena kebudayaan itu sifatnya dinamis, selalu bergerak. Terus bukan berarti kebudayaan kita jadi hilang dengan pergerakan budaya tersebut? Yah enggak gitu.
Dikira kebaya, batik, surjan dan segala jenis pakaian yang sering kita klaim sebagai pakaian kebudayaan Indonesia itu tidak melalui perjalanan panjang sebelum akhirnya digunakan oleh masyarakat Indonesia? Dan tentu saja, sama seperti kerudung, dalam pakaian-pakaian itu juga terjadi pergerakan dan saling mempengaruhi dengan budaya-budaya lainnya.
Pergerakan budaya melalui pakaian para penduduknya itu wajar dan terjadi di belahan bumi manapun. Coba lihat di Amerika apa masih banyak yang masih menggunakan pakaian ala suku indian? Atau di Eropa juga kan udah jarang liat cewek-cewek pakai baju kurungan ala-ala Eropa. Di timur tengah sendiri seperti Qatar dan UEA juga udah banyak yang berubah jenis-jenis pakaiannya.
Sudahlah, santai saja, karena semua akan bergerak mengikuti trennya...
Tulisan ini ditulis oleh Fatio Nurul Efendi dan telah terbit di cangkeman.net (cangkeman.net/2021/08/jangan-parno-masifnya-orang-berkerudung.html) pada tanggal 23 Agustus 2021


masboy.design memberi reputasi
1
1.4K
30


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan