- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Ketangguhan Pemilik Warteg Bertahan Saat Pandemi


TS
newsmerahputih
Ketangguhan Pemilik Warteg Bertahan Saat Pandemi

Merahputih.com - Warteg akronim Warung Tegal milik Iyah tampak sepi. Padahal jam makan siang tiba. Bangku panjang terlihat ditumpuk di tepi menjauh dari etalase sajian makanan. Wadah berbahan stainless tampak masih penuh hidangan, mulai tempek orek, kentang goreng, kentang mustafa, oseng kangkung, oseng toge, oseng kikil, dan di baskom pun masih lengkap sayur tahu, sop, bening bayam, hingga sayur daun singkong.
Pemandangan pekerja warteg di daerah Pamulang, Tangerang Selatan, lebih serius menonton televisi ketimbang melayani pembeli tersebut berlangsung sejak penetapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Pembeli memang tetap ada, meski berkurang drastis, dan harus bungkus makan di rumah.
Iyah mengaku pendapatannya berkurang hampir 50 persen selama PPKM. “Biasanya itu sehari bisa 500 ribuan. Tapi sekarang itu 250 ribu aja udah seneng banget saya, karena waktu Juli itu cuma bisa pegang uang 150 ribu bahkan kurang,” jelas Iyah.
Warteg telah berdiri sejak 2010 terseabut merupakan satu-satunya mata pencahariaperempuan berusia 47 tahun. Selama sebelas tahun warteg ini berdiri, situasi pandemi merupakan salah satu hal paling parah memukul mundur bisnisnya.
Iyah dan suami harus menahan rindu untuk melihat anaknya berada di Tegal. Semakin berkurangnya pendapatan, semakin lama pula Iyah bisa kembali melihat wajah anak perempuannya secara langsung.
Bersamaan dengan beratnya rasa rindu harus dihadapinya, Iyah dan suami juga harus menghadapi beratnya kenyataan wartegnya mengalami kerugian sangat besar.
Dalam situasi tersebut, kemampuan memasaknya saja tidak cukup membantu keberlanjutan warteg. Iyah dan suami harus pintar-pintar dalam menggunakan pendapatan diperolehnya untuk membeli bahan masakan.
Namun beberapa bahan mengalami kenaikan harga di pasaran, seperti sayuran. Hal ini disebabkan karena pengaruh cuaca sedang tidak menentu.Iyah lantas mengakalinya dengan mengurangi jumlah variasi menu, dan menyesuaikannya dengan jumlah pembeli saat ini.
Selama pandemi warga komplek pelanggannya memang lebih memilih memasak dan makan di rumah. Sementara pelanggan masih datang kebanyakan pengemudi ojek daring dan pekerja bangunan setiap hari melintasi warteg berukuran 2x4 meter ini.
Bangunan berwarna hijau terang ini dibagi menjadi tiga sekat dan salah satu sekatnya merupakan tempat mereka beristirahat.
Meski variasi makanan sedikit, ia tetap menyesuaikan takaran bumbu-bumbu pada masakannya. Sehingga walau wartegnya hanya menawarkan sedikit varian menu, tetapi cita rasa kuat tetap hadir dalam setiap makanan. “Walau saya memang kekurangan modal untuk belanja, tapi saya gak mau kalau bumbunya itu dikurangi, karena warga di sini juga sudah kenal masakan saya kuat bumbunya. Enggak hambar gitu,” jelasnya.
Meski begitu, Iyah paham betul bukan hanya dirinya mengalami kesulitan ekonomi di tengah pandemi. Para ojol dan kuli bangunan dikenalnya juga sering menceritakan pengalaman serupa. Jika sudah berurusan dengan persoalan perut, Iyah tak pernah tega. Walau ia sedang kekurangan, Iyah tetap memperbolehkan mereka berhutang dan menagihnya setiap awal bulan. Sesekali Iyah juga merelakan utang-utang tersebut.
Iyah belum mendaftarkann warteg miliknya di aplikasi pesan makanan daring lantaran keterbatasan pengetahuan terhadap teknologi.
Namun, dengan memanfaatkan relasinya dengan para warga komplek, Iyah mulai menawarkan jasanya untuk memasak makanan dengan porsi keluarga sesuai pesanan pelanggannya. Tak hanya itu, jika ada warga komplek ingin membeli makanan dari warteg miliknya, sang suami akan mengantarkannya secara langsung tanpa dikenai biaya pengiriman.
Dii satu, Iyah merasa bersyukur di tengah situasi pandemi ini, sebab jika virus COVID-19 tidak ada, mungkin warteg miliknya tidak akan bisa berkembang seperti saat ini.
“Alhamdulillah sekarang sudah lumayan balik modal, walau memang belum bisa balik seperti awal itu. Tapi sekarang lega banget udah bisa kirim uang ke anak-anak sama orang tua, jadi tenang anak bisa makan enak di kampung. Tapi untuk saat ini memang belum bisa balik ke Tegal kan karena peraturannya itu ketat,” pungkas Iyah.
Sumber






kabarotocom dan 2 lainnya memberi reputasi
3
810
8


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan