- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Sang Presiden


TS
c4punk1950...
Sang Presiden

Cerita ini hanya fiksi belaka, nama-nama yang terkait hanyalah rekayasa penulis.
Semoga cerita ini dapat menghibur agan semua, jangan lupa untuk tetap sehat, dan selalu bahagia "selamat membaca"
Kritik dan saran sangat diperlukan, tak ada gading yang tak retak begitupun dengan kisah ini tak ada yang sempurna

Kicau burung yang berbunyi syahdu, terlihat senang diatas pohon yang rindang seakan memberikan kabar, bahwa kehidupan manusia saat ini sedang berada dalam masa kedamaian.
Cahaya mentari seakan malu untuk memasuki kamar kecilku, tapi sayang hari itu tak bisa memberikan rasa gembira, suasana kabut masih menyelimuti diri tertama gemuruh di dada masih menggelora ketika bidadari yang menyentuh hatiku memberikan penolakan yang membuat hati ini seperti hancur tak tersisa.
"Mulai saat ini tak ada lagi namanya cinta" geramku penuh dengan emosi.
Aku benar-benar putus asa dengan segalanya, sejak saat itu impian dan harapan yang kuinginkan kembali hendak kukejar. Menjadi politikus terkemuka, agar bisa hidup penuh dengan harta, tahta dan juga rasa hormat dari semua orang.
Tujuanku kini hanyalah satu "kursi nomor satu di Istana" ambisi kembali terpatri dalam diriku. Hingga mataku yang sembab karena penolakan wanita menjadi kering penuh dengan emosi.
Teringat ucapan dirinya yang memberikan hati ini noda yang tersiksa,
"Maaf, Handoko aku bukan menolak cintamu. Tapi kau tahu aku tak ingin menikah kalau bukan dari anak pejabat negara, setidaknya hidup itu harus realitis orang tuaku seorang Menteri kalau aku bersamamu apa yang terjadi nantinya dengan kedua orang tuaku. Pastinya mereka akan malu! hiks... hiks.. " air mata wanita itu pun mengalir diantara dua pipinya.
Lalu ingatan tentang wanita itu pun sirna dalam lamunanku, sepertinya kata-kata itu menyiratkan makna dari ucapan terakhir yang ia katakan sebelum aku pergi meninggalkan dirinya untuk selamanya.
Diriku memang bukan bangsawan apalagi pejabat, namun hanya seorang mahasiswa dengan kedua orang tua yang hanya bertani di kampung.
"Tok... tok... tok...." suara ketukan pintu kamar kostku membuat aku segera menghapus air mata yang mulai jatuh.
"Han...Han...." ucap kawanku.
"Masuk, Gung ga dikunci" lalu kawanku masuk dengan wajah bingung.
"Hei, ada apa dengan dirimu sob!! Kok matamu sembab?" tanya Agung.
"Sudahlah, hal biasa" aku menghindar melihat tatapan darinya.
"Pasti putus cinta ya?" Dengan wajah yang seakan mengejek.
"Sok tau" ucapku.
"Pasti taulah, aku ini Agung Darmawan akan bisa merasakan kalau kawanku ini akan jomblo abadi" sambil tertawa terkekeh.
"Sial... " umpatku.
"Tenang, sob yuk lah kita makan bakso. Sudah, ayolah biar nanti aku yang traktir"
"Bener, nih?" tanyaku.
"Bener, suer tekewer-kewer deh. Udah buruan mumpung lagi ada rezeki nih"
"Okay" jawabku.
Kuambil jaket kesayanganku yang bertuliskan "Sang Presiden" dibelakangnya dengan gambar beberapa Presiden di tanah air, segera kupakai jaket lusuh itu dan kamipun keluar dari kamar kost yang menjadi saksi bisu putus asaku dalam mencintai wanita.
Kami melangkahkan kaki ke sisi jalan menuju warung bakso langganan, namun di dalamnya ada sosok wanita yang saat ini tidak ingin kutemui.
"Gung, mending cari makanan lain saja"
"Loh, kok tumben biasanya kamu suka dengan bakso"
"Sudahlah, yuk cari ketoprak kek, somay kek apaan deh asal jangan ke warung itu"
Agung pun bingung, dan menyelidik lalu melihat siluet wanita cantik di dalamnya.
"Catteleya" ucap Agung dalam hati.
"Gila, panteslah kau tak diterima. Mutiara kampus mana mau sama dirimu"
Aku cuma senyum dan garuk kepala yang tidak gatal,"Sudah, ayo cari tempat lain"
Kami pun menyusuri jalanan yang penuh debu, dengan pemandangan baliho-baliho partai yang menghiasi tiang listrik, pagar dan beberapa wajah caleg juga tampil penuh congkak ingin eksis dari pertarungan politik saat ini.
#Bersambung
Diubah oleh c4punk1950... 08-09-2021 21:49






bukhorigan dan 11 lainnya memberi reputasi
10
3.9K
42


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan