- Beranda
- Komunitas
- News
- Militer dan Kepolisian
Sempat Menjadi Yatim Piatu, Pesawat A-29 Super Tucano Kini Diadopsi Oleh Taliban


TS
si.matamalaikat
Sempat Menjadi Yatim Piatu, Pesawat A-29 Super Tucano Kini Diadopsi Oleh Taliban
Sempat menjadi yatim piatu alias "tidak dimiliki" oleh siapa pun setelah Kabul dikuasai Taliban, sosok pesawat bermesin turboprop A-29 Super Tucano pada akhirnya diadopsi oleh Taliban. Mengutip laporan TheDrive.com, total ada 6 pesawat yang belum sempat dihancurkan oleh militer AS kini beralih ke tangan Taliban.
Mengutip informasi indomililiter.com, Angkatan Udara Afghanistan total mengoperasikan 26 pesawat A-29 Super Tucano. Batch pertama Super Tucano mulai datang pada tahun 2011 sebanyak 20 unit, pesawat ini kemudian mulai beroperasi tahun 2016. Kemudian batch kedua datang pada tahun berikutnya dengan total 6 unit. Sebelum menerima Super Tucano, pilot dan ground crew Afghanistan mendapatkan pelatihan di Pangkalan Angkatan Udara Moody, Amerika Serikat. Amerika dikabarkan harus merogoh kocek sebanyak US$ 578 juta untuk pembelian pesawat tersebut.
Bagi agan yang mengikuti perkembangan alutsista dalam negeri, pasti sudah tidak asing dengan nama Super Tucano bukan ? Pesawat satu ini juga dimiliki Indonesia, dioperasikan oleh Skadron 21 TNI AU di
Lanud Abdulrachman Saleh, Malang. Total TNI AU memiliki 15 unit pesawat buatan Brazil tersebut. Meski sama-sama menyandang gelar "Super Tucano", ada perbedaan antara pesawat TNI AU dan Afghanistan.
Pesawat TNI diberi kode EMB-314 di mana pesawat ini dibuat langsung oleh Embraer di Brazil. Sementara A-29 dibangun oleh Sierra Nevada, kontraktor pertahanan asal Amerika yang berbasis di Jacksonville, Florida. Karena dibangun di Amerika, tentu ada perbedaan pada avioniknya, A-29 Super Tucano telah mengadopsi perangkat avionik buatan Elbit Systems of America. Dibuat oleh AS, pesawat ini mampu menggotong berbagai jenis senjata kekinian, salah satunya smart bomb.
Selama bertugas di Afghanistan, Super Tucano jarang dilibatkan dalam operasi Close Air Support (CAS), yang banyak digunakan untuk misi CAS justru helikopter serang ringan MD530F, yang kini sebagian juga sudah diadopsi oleh Taliban. Alasan mengapa tidak banyak Super Tucano yang digunakan selama konflik, salah satunya adalah keterbatasan amunisi dan kurang mumpuninya personel yang menerbangkan pesawat. Yang menarik selama perang di Afghanistan, Super Tucano juga sempat dioperasikan oleh perusahaan keamanaan swasta, Blackwater Worldwide.
Salah satu media Brazil olhardigital.com.br, menyebut bahwa ada sekitar 30 pilot Afghanistan yang siap menerbangkan Super Tucano, dan tujuh dari mereka keluarganya telah terbunuh dalam konflik bersenjata, yang menyebabkan pilot lainnya melakukan desersi. Dari total 26 unit A-29 Super Tucano yanh dimiliki Afghanistan, 14 unit dilarikan ke Uzebekistan, dan satu unit ditembak jatuh sistem pertahanan udara Uzbekistan.
TheDrive.commelaporkan bahwa, dari 12 pesawat Super Tucano yang ada di bandara Hamid Karzai, 6 pesawat sudah dihancurkan oleh tentara AS sebelum mereka resmi menarik diri pada tanggal 31 Agustus 2021. Sementara itu, 6 pesawat lainnya belum sempat dihancurkan. Selain A-29, Taliban juga mendapat alutsista lain secara gratis, mulai dari pesawat angkut C-130H, helikopter UH-60 Black Hawk, helikopter Mi-17, Humvee, Cessna 208, Pilatus PC-12NG dan masih banyak lagi. Termasuk amunisi dari berbagai senjata yang belum sempat dibawa pulang Rambo.
Super Tucano sejatinya merupakan pesawat berkemampuan COIN alias pesawat anti perang gerilya. Pesawat ini sangat pas untuk mendukung misi pengintaian, close air support, dan penumpasan pemberontak. Misi tersebut terbilang konvensional dan terdengar sangat pas juga jika digunakan di Afghanistan. Sayangnya "ketidakmampuan" SDM dari tentara Afghanistan membuat pembelian A-29 Super Tucano menjadi sia-sia.
Tidak diketahui apakah Taliban bisa menerbangkan pesawat-pesawat yang tertinggal tersebut, namun sejatinya baik pesawat yang rusak atau masih bisa digunakan masih punya nilai tinggi jika dijual ke "pasar gelap". Dengan merapatnya China ke sisi Taliban, alutsista yang tidak bisa digunakan bisa jadi akan dibarter dengan senjata buatan China. Jatuhnya Kabul serta alutsista yang tertinggal ke tangan Taliban menandai titik tertinggi bagi Taliban serta titik terendah bagi Amerika Serikat. Berikut ini beberapa foto alutsista yang "tidak sempat terselamatkan".
Demikian sedikit informasi yang bisa TS sampaikan pada kesempatan kali ini, tetap semangat dan jaga kesehatan, sampai jumpa
Mengutip informasi indomililiter.com, Angkatan Udara Afghanistan total mengoperasikan 26 pesawat A-29 Super Tucano. Batch pertama Super Tucano mulai datang pada tahun 2011 sebanyak 20 unit, pesawat ini kemudian mulai beroperasi tahun 2016. Kemudian batch kedua datang pada tahun berikutnya dengan total 6 unit. Sebelum menerima Super Tucano, pilot dan ground crew Afghanistan mendapatkan pelatihan di Pangkalan Angkatan Udara Moody, Amerika Serikat. Amerika dikabarkan harus merogoh kocek sebanyak US$ 578 juta untuk pembelian pesawat tersebut.
Bagi agan yang mengikuti perkembangan alutsista dalam negeri, pasti sudah tidak asing dengan nama Super Tucano bukan ? Pesawat satu ini juga dimiliki Indonesia, dioperasikan oleh Skadron 21 TNI AU di
Lanud Abdulrachman Saleh, Malang. Total TNI AU memiliki 15 unit pesawat buatan Brazil tersebut. Meski sama-sama menyandang gelar "Super Tucano", ada perbedaan antara pesawat TNI AU dan Afghanistan.
Pesawat TNI diberi kode EMB-314 di mana pesawat ini dibuat langsung oleh Embraer di Brazil. Sementara A-29 dibangun oleh Sierra Nevada, kontraktor pertahanan asal Amerika yang berbasis di Jacksonville, Florida. Karena dibangun di Amerika, tentu ada perbedaan pada avioniknya, A-29 Super Tucano telah mengadopsi perangkat avionik buatan Elbit Systems of America. Dibuat oleh AS, pesawat ini mampu menggotong berbagai jenis senjata kekinian, salah satunya smart bomb.
Quote:
Selama bertugas di Afghanistan, Super Tucano jarang dilibatkan dalam operasi Close Air Support (CAS), yang banyak digunakan untuk misi CAS justru helikopter serang ringan MD530F, yang kini sebagian juga sudah diadopsi oleh Taliban. Alasan mengapa tidak banyak Super Tucano yang digunakan selama konflik, salah satunya adalah keterbatasan amunisi dan kurang mumpuninya personel yang menerbangkan pesawat. Yang menarik selama perang di Afghanistan, Super Tucano juga sempat dioperasikan oleh perusahaan keamanaan swasta, Blackwater Worldwide.
Salah satu media Brazil olhardigital.com.br, menyebut bahwa ada sekitar 30 pilot Afghanistan yang siap menerbangkan Super Tucano, dan tujuh dari mereka keluarganya telah terbunuh dalam konflik bersenjata, yang menyebabkan pilot lainnya melakukan desersi. Dari total 26 unit A-29 Super Tucano yanh dimiliki Afghanistan, 14 unit dilarikan ke Uzebekistan, dan satu unit ditembak jatuh sistem pertahanan udara Uzbekistan.
TheDrive.commelaporkan bahwa, dari 12 pesawat Super Tucano yang ada di bandara Hamid Karzai, 6 pesawat sudah dihancurkan oleh tentara AS sebelum mereka resmi menarik diri pada tanggal 31 Agustus 2021. Sementara itu, 6 pesawat lainnya belum sempat dihancurkan. Selain A-29, Taliban juga mendapat alutsista lain secara gratis, mulai dari pesawat angkut C-130H, helikopter UH-60 Black Hawk, helikopter Mi-17, Humvee, Cessna 208, Pilatus PC-12NG dan masih banyak lagi. Termasuk amunisi dari berbagai senjata yang belum sempat dibawa pulang Rambo.
Super Tucano sejatinya merupakan pesawat berkemampuan COIN alias pesawat anti perang gerilya. Pesawat ini sangat pas untuk mendukung misi pengintaian, close air support, dan penumpasan pemberontak. Misi tersebut terbilang konvensional dan terdengar sangat pas juga jika digunakan di Afghanistan. Sayangnya "ketidakmampuan" SDM dari tentara Afghanistan membuat pembelian A-29 Super Tucano menjadi sia-sia.
Tidak diketahui apakah Taliban bisa menerbangkan pesawat-pesawat yang tertinggal tersebut, namun sejatinya baik pesawat yang rusak atau masih bisa digunakan masih punya nilai tinggi jika dijual ke "pasar gelap". Dengan merapatnya China ke sisi Taliban, alutsista yang tidak bisa digunakan bisa jadi akan dibarter dengan senjata buatan China. Jatuhnya Kabul serta alutsista yang tertinggal ke tangan Taliban menandai titik tertinggi bagi Taliban serta titik terendah bagi Amerika Serikat. Berikut ini beberapa foto alutsista yang "tidak sempat terselamatkan".
Quote:
--------
Demikian sedikit informasi yang bisa TS sampaikan pada kesempatan kali ini, tetap semangat dan jaga kesehatan, sampai jumpa







bos.kutang dan 12 lainnya memberi reputasi
11
3.9K
34


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan