Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
Mitsubishi Zero, Pesawat Buatan Jepang yang Pernah Berjaya Semasa Perang Dunia 2
Mitsubishi, jika agan sista mendengar namanya, apa yang terlintas dipikiran agan dan sista ? Pasti sebagian dari kalian ada yang membayangkan kendaraan truk Fuso dan pick up L300. Dua produk tersebut adalah kendaraan yang paling laris dipasar kendaraan niaga Indonesia.

Namun jauh sebelum membuat pick up dan truk, pada masa PD 2 pihak Mitsubishi juga memproduksi pesawat tempur untuk Pasukan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang. Pesawat ini digunakan untuk melawan dominasi AS dikawasan Asia dan Pasifik, berikut TS sajikan sejarah pesawat legendaris ini. Seperti biasa dimulai dari sejarah lahirnya pesawat ini.



SEJARAH

Pada tahun 1937 Angkatan Laut Kekaisaran Jepang meginginkan sebuah pesawat tempur baru yang bisa dioperasikan disebuah kapal induk. Meskipun mereka sudah memiliki pesawat A5M, namun mereka ingin pesawat baru dengan spesifikasi yang lebih baik.

Pihak Angkatan Laut kemudian memberikan beberapa persyaratan baru untuk pesawat tersebut. Persyrataannya adalah sebagai berikut:

-Terbang dikecepatan maksimm 370 mil/jam diketinggian 13.100 kaki.
-Mampu menanjak diketinggian 9.800 kaki dalam waktu 3,5 menit.
-Meggunakan senjata utama berupa meriam 2 x 20 mm, senapan mesin 7,7 mm, dan membawa dua bom 30 kg/60 kg.
-Dilengkapi perangkat radio komunikasi.
-Memiliki manuver yang sama dengan A5M.





Sumber Ilustrasi Foto


Persyaratan tersebut kemudian diserahkan kepada dua pabrikan yaitu Mitsubishi dan Nakajima. Namun pada akhirnya pihak Nakajima mundur karena merasa tidak sanggup membuat pesawat dengan spesifikasi seperti itu. Tersisa Mitsubishi yang bersedia membuat pesawat ini.

Salah satu insinyur Mitsubishi yang bernama Jiro Horikoshi mengatakan bahwa pesawat baru ini bisa dibuat jika membuat bobot pesawat menjadi ringan. Sebagian besar body pesawat kemudian dibuat dari paduan aluminium 7075 yang dikembangkan oleh Sumitomo Metal Industries pada tahun 1936. Aluminium itu disebut Extra Super Duralumin (ESD), yang lebih ringan dan lebih kuat dari aluminium lainnya (misalnya 24S alloy) yang dipakai waktu itu.

Namun ESD lebih rapuh dan rawan karat, kelemahan tersebut diimbangi dengan memberi lapisan antikarat setelah pesawat selesai dibuat. Pelat perisai tidak dipasang untuk melindungi pilot, mesin, atau titik vital pada pesawat. Tidak adanya pelat perisai membuat pesawat Zero lebih ringan, memiliki daya manuver lebih baik, dan jangkauan terbang lebih jauh dibandingkan pesawat tempur bermesin tunggal lainnya selama Perang Dunia II.




Jiro Horikoshi, perancang Zero.

Foto: wikipedia.org


Pesawat Zero dapat mencari sasaran hingga ratusan mil, bisa melakukan duel udara, dan dapat kembali ke kapal induk atau pangkalan yang berjarak ratusan mil jauhnya. Namun upaya meringankan bobot pesawat dengan tidak memasang pelat perisai menyebabkan pesawat mudah terbakar dan meledak bila terkena tembakan lawan.

Pada bulan Maret 1939, purwarupa pertama pesawat ini berhasil dikerjakan dipabrik Mitsubishi yang terletak di Nagoya. Kemudian tanggal 1 April 1939 pesawat ini diuji coba oleh Angkatan Darat Jepang, pada waktu itu belum banyak negara memiliki Angkatan Udara yang terpisah kecuali Inggris dan Jerman.

Tanggal 14 September 1939, pesawat ini kemudian mulai diserahkan kepada Angkatan Laut Jepang. Purwarupa ini kemudian diberi nama A6M1. Pesawat ditenagai oleh mesin Mitsubishi Zuisei 13 berkekuatan 780 hp yang dipasangi propeller (baling-baling) berbilah dua, kemudian diganti dengan propeller berbilah tiga untuk mengatasi masalah getarannya.




Rancangan Mitsubishi Zero.

Ilustrasi: journalmiliter.blogspot.com


Mitsubushi A6M secara umum populer dengan sebutan Zero yang diambil dari nama pesawat Angkatan Laut Jepang yang dioperasikan waktu itu dan diberi nama Rei-shiki kanjō sentōki (Pesawat Tempur Kapal Induk Tipe 0). Pesawat tersebut mulai dioperasikan pada tahun 2600, menurut perhitungan kalender Jepang saat itu (tahun 1940). Pesawat ini juga disebut "Tipe 0" yang diambil dari digit terakhir tahun pesawat ini mulai beroperasi.

Di Jepang, pesawat ini populer dengan sebutan Rei-sen atau Zero-sen. Namun sebagian pilot Jepang menyebutnya sebagai "Zero-sen". Huruf A pada nama resmi pesawat ini berarti pesawat tempur berbasis kapal induk. Angka 6 berarti model ke-6 yang dibangun untuk Angkatan Laut Kekaisaran, dan M untuk kode pabrik pesawat ini, Mitsubishi.
Sementara pihak Sekutu memberi nama kesayangan "Zeke".




Pergantian Mesin Pesawat

Pihak Angkatan Laut ternyata tidak suka dengan performa mesin Mitsubishi ini, akhirnya mereka menyarankan menggunakan mesin produksi Nakajima. Walaupun pihak Mitsubishi terksean enggan menggunakan mesin sang rival.
Namun pihak Angkatan Laut memilih menggunakan mesin Nakajima NK1C Sakae-12 berkekuatan 950 hp.

Purwarupa dengan mesin baru ini selesai pada Januari 1940 dan diberi nama A6M2. Versi baru tersebut begitu menjanjikan, sehingga Angkatan Laut membangun 15 unit pesawat yang langsung dikirim ke China sebelum uji terbang selesai. Pesawat tiba di Manchuria (sekarang berbatasan dengan Russia dan Korut) pada Juli 1940, dan diterjunkan dalam pertempuran di atas Chungking (sebuah kota di China) pada bulan Agustus 1940.




Foto: wikipedia.org


Di langit Chungking, mereka terbukti bukan tandingan untuk Polikarpov I-16 dan I-153 yang sebelumnya pernah merepotkan A5M yang digunakan saat itu. Pada suatu pertarungan udara, 13 pesawat Zero menembak jatuh 27 pesawat I-15 dan I-16 dalam tiga menit, tanpa korban satu pun di pihak Jepang.

Setelah mendengar laporan keberhasilan Zero, Angkatan Laut segera memesan A6M2 agar diproduksi sebagai Pesawat Tempur Kapal Induk Tipe 0 dengan kode rancangan Model 11. Sementara pihak petinggi militer Amerika Serikat yang mendengar laporan mengenai keberhasilan Zero, menolak laporan tentang keunggulan pesawat tersebut. Mereka beranggapan Jepang mustahil dapat membangun pesawat seperti itu.



Spesifikasi Pesawat

Pesawat dengan dipiloti oleh satu orang kru ini memiliki panjang 9,06 m, rentang sayap 12,0 m, tnggi 3,05 m serta luas sayap 22,44 m². Berat kosongnya mencapai 1.680 kg sedangkan berat isinya adalah 2.410 kg. Pesawat yang diproduksi massal ini kemudian menggunakan mesin buatan Nakajima, yaitu Nakajima NK1C Sakae-12 dengan kekuatan maksimal 950 hp.

Dengan mesin ini pesawat mampu melesat dengan kecepatan maksimum 533 km/jam dan ketinggian terbang maksimum  10.000 m. Radius tempurnya ada di kisaran 1.870 km atau terbang feri sejauh 3.102 km.




Foto kokpit A6M.

Sumber Ilustrasi Foto


Bicara soal senjata pesawat ini dibekali senjata sebagai berikut gan sist:

●2× Senapan mesin ringan Tipe 97 kaliber 7,7 mm dengan 500 peluru per senapan.
●2× Meriam Tipe 99-1 kaliber  20 mm pada kedua sayapnya, dengan 60 amunisi per senapan.

Selain senjata berupa senapan mesin dan meriam, pesawat juga mampu membawa bom sebagai berikut:

●2× bom dengan berat 60 kg.
●1× bom dengan berat 250 kg untuk misi serangan Kamikaze.

Pesawat ini sudah hadir dalam berbagai varian yang cukup banyak gan sist, tapi TS tidak akan menyebutkan semuanya. Salah satu varian yang paling banyak diproduksi semasa perang adalah A6M2 Model 21. Pesawat yang dirancang khusus untuk lepas landas dari kapal induk, menjadikannya salah satu pesawat tempur berbasis kapal induk pertama di dunia fana ini.




A6M2 Model 21 di kapal induk Shokaku, 26 Oktober 1942. Varian yang paling banyak diproduksi.

Ilustrasi: wikipedia.org


Pihak Mitsubishi menyelesaikan 740 pesawat Zero Model 21, dan Nakajima berhasil menyelesaikan 800 pesawat. Dua versi lainnya dari Model 21 dibuat dalam jumlah kecil, Nakajima memproduksi pesawat terbang terapung A6M2-N "Rufe" (berdasarkan rancangan pesawat Model 11 dengan bagian ekor yang sedikit dimodifikasi). Selain itu ada pesawat latih dua kursi A6M2-K yang berjumlah 508 pesawat hasil produksi Hitachi dan Arsenal Udara Angkatan Laut Sasebo.

Dalam buku yang ditulis oleh Saburo Sakai (pilot legendaris Jepang) untuk menghemat bahan bakar, para pilot pesawat biasanya menjaga putaran mesin pada kisaran 1.500-2.000 rpm. Hal ini juga dilakukan ketika dirasa tidak ada musuh yang mengancam, selain itu pesawat terkadang tidak dilengkapi radio komunikasi untuk membuat bobot pesawat menjadi lebih ringan.




Foto: wikipedia.org


Pihak Sekutu juga sering menyangkal kehebatan Zero di Pasifik, dengan mengatakan bahwa jumlah Zero lebih banyak daripada pesawat Sekutu. Namun klaim itu dibantah oleh Saburo Sakai, karena salah satu skadron tempur yang bermarkas di Kalimantan yang bertugas untuk menyerang Pulau Jawa hanya memiliki 18 unit Zero, dan itu pun digunakan secara bergantian. Pesawat ini juga digunakan sebagai wahana terakhir untuk pasukan Kamikaze, dimana bagian drop tank diganti dengan bom seberat 250 kg.



Masa Kelam Bagi Zero, Berakhirnya Dominasi Pesawat Dari Pasukan Pelindung Sang Kaisar

Awal masa kelam bagi Zero adalah saat pihak militer Amerika menemukan pesawat Zero yang jatuh disebuah pulau di wilayah Pasifik. Pesawat itu lantas dibawa pulang ke Amerika untuk diperbaiki dan dicari kelemahannya. Dari sana pihak AS mulai mengetahui beragam kelemahan Zero, yang ternyata cukup banyak.

Beberapa kelemahan Zero antara lain: tanki bahan bakar yang mudah terbakar karena tidak dilapisi lapisan pelindung, kokpit pilot yang tidak dilengkapi kaca anti peluru, serta pesawat ini tidak dibekali alat pemadam kebakaran.Zero memang hebat saat bermanuver dikecepatan rendah, namun ia tak bisa bermanuver saat berada dikecepatan tinggi.




Sumber Ilustrasi Foto


Dari hasil penelitian tersebut kemudian pihak AS membuat pesawat baru yang bernama F6F Hellcat, pesawat ini adalah kunci untuk mengakhiri masa kejayaaan Zero, Hellcat merupakan penerus dari pesawat F4F Wildcat. F6F Hellcat memiliki semua kemampuan yang tidak dimiliki Zero, bisa dikatakan Zero kalah dalam segala hal. Membuatnya menjadi bulan-bulanan pilot AS pada era PD 2.




F6F Hellcat dibuat untuk menandingi Mitsubishi Zero.

Sumber Ilustrasi Foto


Selain dicurinya salah satu pesawat yang jatuh, salah satu faktor kekalahan Jepang terletak pada pihak Mitsubishi. Mereka telat untuk menghadirkan varian terbaru dari pesawat Zero, mereka berpikir masih bisa menandingi AS dengan pesawat yang ada. Namun nyatanya hal itu tidaklah benar.

Mitsubishi sebenarnya mengenalkan varian A6M5 dengan mengganti mesin baru yang lebih bertenaga, serta melakukan peningkatan pada meriam untuk melawan pesawat pembom B-29, namun hal itu ternyata belum cukup.




A6M5 di pangakalan udara Angkatan Laut Atsugi, sebelum disita AS.

Foto: wikipedia.org


Mitsubishi kemudian mengeluarkan varian pesawat baru yang diberi nama J2M Raiden dan N1K-J Shiden, kedua pesawat ini memiliki keunggulan dari Zero. Beberapa diantaranya adalah pesawat ini lebih baik dalam kecepatan maksimum, kecepatan menanjak, memiliki pelindung tanki bahan bakar dan kokpit anti peluru.




Mitsubishi J2M Raiden.

Foto: wikipedia.org


Namun pesawat ini tetap memiliki kelemahan, salah satunya pesawat tersebut sulit dikendalikan dibandingkan Zero, manuvernya juga tidak sebaik Zero. Beberapa faktor penyebab buruknya manuver kedua pesawat ini adalah mesin yang dibuat terlalu besar, material body pesawat yang tebal, serta senjata yang terlalu banyak dan berat.




Mitsubishi N1K-J Shiden.

Foto: wikipedia.org


Mesin kedua pesawat ini juga terkesan dibuat secara terburu-buru, sehingga kebanyakan pesawat harus ditarik lagi ke pabrik untuk dilakukan modifikasi dan perbaikan. Hal ini membuat produksinya tersendat. Akhirnya Jepang lebih memilih Zero yang lebih murah dari segi biaya produksi dan sudah teruji. Raiden dibuat pada awal tahun 1942, sementara tak berselang lama muncul Shiden yang dibuat tahun 1943.

Selain Raiden dan Shiden, pihak Mitsubishi sebenarnya sudah mulai memikirkan penerus pesawat A6M. Pesawat baru itu diberi nama A7M Reppu, pesawat ini dibuat untuk memiliki kecepatan superior saat naik dan menukik dengan persenjataan yang lebih lengkap serta manuver yang lebih baik.




A7M Reppu, sang penerus yang datangnya telat.

Foto: wikipedia.org


Secara umum pesawat ini memiliki body dan luas sayap yang besar, ukurannya setara dengan pesawat P-47 Thunderbolt milik Amerika. Pesawat ini diklaim memiliki kemampuan setara Raiden dan Shiden serta bisa bermanuver layaknya Zero. Namun sangat disayangkan pesawat ini muncul menjelang kekalahan Jepang, meski dirancang mulai awal tahun 1942, pesawat ini baru bisa terbang perdana pada bulan Mei tahun 1944.

Pesawat A7M Reppu tak pernah diproduksi secara massal dan hanya dibuat sebatas prototype (purwarupa) saja. Sangat disayangkan Jepang gagal membuat penerus dari Zero pada masa Perang Dunia 2. Zero secara resmi dikenalkan tanggal 1 Juli tahun 1940 dan kemudian pensiun pada tahun 1945 setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia 2.

Saat ini beberapa pesawat sudah di museumkan di Jepang, selain itu beberapa negara juga memiliki pesawat ini sebagai koleksi dimuseumnya. Negara yang TS maksud antara lain Amerika Serikat, Selandia Baru, Indonesia, Australia, Inggris serta China.




Salah satu Mitsubishi A6M Model 32 di Museum Peringatan Perdamaian Tachiarai, Chikuzenmachi.




A6M2 Model 21 di Museum Dirgantara Pasifik, Pearl Harbor, Hawaii. Pesawat ini sebenarnya masih laik terbang pada awal 1980-an, kemudian dimuseumkan pada tahun 2002.

Sumber Foto: Wikipedia.org




Mitsubishi A6M Zero, Museum Pusat TNI AU Mandala Dirgantara Yogyakarta.

Sumber Ilustrasi Foto


Untuk A6M di Indonesia ditempatkan di Museum Pusat TNI AU Mandala Dirgantara Yogyakarta, pesawat tersebut ditemukan di Papua Barat pada tahun 1980. Kemudian pesawat direstorasi di Pulau Jawa dan mulai dipajang di museum sejak tahun 1984.

FYI gan sist bangkai burung besi ini juga ditemukan di perairan Pulau Rouw, Kepulauan Auri, Distrik Roon, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat. Bangkai pesawat tersebut berjumlah 4, ditemukan sekitar akhir tahun 2019 kemarin, kondisinya sudah sulit dikenali karena telah ditumbuhi terumbu karang, dan sekarang pesawat tempur ini sudah beralih fungsi menjadi rumah ikan.

Pesawat yang ditemukan terdiri dari tiga pesawat tempur A6M2 Zero dan sebuah pembom G4M2 Betty. Kedua pesawat ini dibuat oleh pabrik Mitsubishi Heavy Industry. Berikut fotonya ada dibawah. FYI untuk video uji coba Zero yang masih bisa diterbangakn juga TS taruh dibawah sini.







Nasibmu kini, sulit dikenali.

Sumber Ilustrasi Foto

Spoiler for Video Uji Coba Zero:



Demikian kisah panjang dari Zero, yang pernah berjaya pada masanya. TS ucapkan terimakasih untuk agan dan sista yang sudah membaca tulisan ini dari awal sampai akhir. Jika kalian menyukai tulisan ini jangan lupa untuk rate 5, cendol serta share ke media sosial kalian. Sampai jumpa dipembahasan alutsista selanjutnya, enjoy Kaskus emoticon-Angkat Beer


World War 2 is the best place to die. Fight for your emperor !



Referensi: 1.2.3
Tambahan referensi dari wikipedia.org serta Channel M2 Rifle.
Ilustrasi: google image, wikipedia.org
Diubah oleh si.matamalaikat 23-11-2020 08:41
blueguy.co.id
scorpiolama
Vinzarc
Vinzarc dan 20 lainnya memberi reputasi
21
11.1K
52
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan