Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah memang masih terdepresiasi terhadap dolar AS saat ini. Namun tingkat depresiasi tersebut dinilai masih lebih baik jika dibandingkan dengan mata uang beberapa negara lainnya.

Demikian diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Rabu (25/8/2021).

"Nilai tukar rupiah sampai 23 Agustus 2021 terkoreksi -2,6%. Namun dibandingkan negara lain kita cukup baik. Argentina, Turki, Thailand terkoreksi mata uangnya hingga double digit," kata Sri Mulyani.

Nilai tukar ini menurut Sri Mulyani menggambarkan tingkat daya saing.

Untuk informasi, hari ini dari data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,07% di Rp 14.380/US$, tetapi setelahnya melemah hingga 0,14% ke Rp 14.410/US$. Di akhir perdagangan, rupiah mampu memangkas pelemahan hingga tersisa 0,03% ke Rp 14.395/US$ di pasar spot.

Selain nilai tukar, Sri Mulyani menekankan soal CDS atau Credit Default Swap yang adalah derivatif swap di mana pembeli melakukan pembayaran ke penjual atas penutupan risiko gagal bayar (default) debitur. Sri Mulyani mengatakan CDS Indonesia (5 tahun) juga sudah membaik.

"CDS 5 tahun 73,5 ini sudah membaik," katanya.

Sri Mulyani menekankan, pemulihan ekonomi akan terus dijaga ke depannya sehingga mampu mendongkrak lebih jauh perbaikan di sektor lainnya.

link


"Nilai tukar rupiah sampai 23 Agustus 2021 terkoreksi -2,6%. Namun dibandingkan negara lain kita cukup baik. Argentina, Turki, Thailand terkoreksi mata uangnya hingga double digit," kata Sri Mulyani.