- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Pengabaian Terhadap Afghanistan Menjadi Pelajaran Buat Taiwan, Kata Media China


TS
astor77.
Pengabaian Terhadap Afghanistan Menjadi Pelajaran Buat Taiwan, Kata Media China
Quote:

Penarikan pasukan AS dari Afghanistan telah menyebabkan kematian yang cepat pemerintah Kabul. Dunia telah menyaksikan bagaimana AS mengevakuasi para diplomatnya dengan helikopter sementara tentara Taliban memadati istana presiden di Kabul. Ini telah memberikan pukulan berat bagi kredibilitas dan keandalan AS.
Ini mengingatkan bagaimana Perang Vietnam berakhir pada tahun 1975: AS meninggalkan sekutunya di Vietnam Selatan; Saigon diambil alih; kemudian AS mengevakuasi hampir semua warganya di Saigon. Dan pada 2019, pasukan AS menarik diri dari Suriah utara secara tiba-tiba dan meninggalkan sekutu mereka, Kurdi. Beberapa sejarawan juga menunjukkan bahwa mengabaikan sekutu untuk melindungi kepentingan AS adalah cacat bawaan yang telah mengakar kuat di AS sejak berdirinya negara itu. Selama Perang Kemerdekaan Amerika, AS dengan rendah hati memohon kepada raja Prancis, Louis XVI, untuk bersekutu dengannya. Setelah perang, Amerika justru cepat-cepat berdamai secara sepihak dengan Inggris, yang mana ini merugikan kepentingan Prancis. Ini menempatkan rezim Louis XVI dalam posisi yang sulit, menyebabkan Revolusi Prancis.
Bagaimana Washington meninggalkan rezim Kabul sangat mengejutkan beberapa orang di Asia, termasuk pulau Taiwan. Taiwan adalah wilayah yang paling bergantung pada perlindungan AS di Asia, dan otoritas Partai Progresif Demokratik (DPP) pulau itu telah membuat Taiwan melangkah lebih jauh dan lebih jauh ke jalan yang tidak normal ini. Situasi di Afghanistan tiba-tiba mengalami perubahan radikal setelah negara itu ditinggalkan oleh AS. Dan Washington baru saja pergi meskipun situasi di Kabul memburuk. Apakah ini semacam pertanda nasib masa depan Taiwan?
Tsai Ing-wen, yang telah mengirim pesan belasungkawa kepada presiden AS atas kematian anjingnya, tidak menyebutkan sepatah kata pun tentang perubahan situasi di Afghanistan. Politisi DPP lainnya serta media yang condong ke DPP juga meremehkan perubahan yang mengejutkan itu. Tapi mereka pasti gugup dan merasakan firasat yang tidak menyenangkan. Di dalam lubuk hati, mereka pasti tahu lebih baik bahwa AS tidak dapat diandalkan.
Nilai geopolitik Afghanistan tidak kalah dengan pulau Taiwan. Di sekitar Afghanistan, ada tiga saingan geopolitik terbesar AS - China, Rusia dan Iran. Selain itu, Afghanistan adalah benteng ideologi anti-AS. Penarikan pasukan AS dari sana bukan karena Afghanistan tidak penting. Itu karena telah menjadi terlalu mahal bagi Washington untuk hadir di negara itu. Sekarang, AS ingin mencari cara yang lebih baik untuk menggunakan sumber dayanya demi mempertahankan hegemoninya di dunia.
Taiwan mungkin adalah sekutu AS yang paling hemat biaya di Asia Timur. Tidak ada kehadiran militer AS di pulau Taiwan. Cara AS mempertahankan aliansi dengan Taiwan sederhana: AS menjual senjata ke Taiwan sambil mendorong otoritas DPP untuk menerapkan kebijakan anti-China daratan melalui dukungan dan manipulasi politik. Yang akibatnya, telah menyebabkan menipisnya hubungan antar Taiwan dan China pada tingkatan tertentu. Dan yang Washington anggap mesti dirinya lakukan hanyalah mengirim kapal perang dan pesawat terbang ke dekat Selat dari waktu ke waktu. Secara umum, AS tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun di Taiwan. Sebaliknya, justru AS menghasilkan uang melalui penjualan senjata dan penjualan daging babi dan sapi paksa ke pulau itu. Ini benar-benar kesepakatan geopolitik yang menguntungkan bagi Washington.
Apabila nanti perang lintas-Selat pecah dan China daratan berhasil merebut pulau itu dengan pasukannya, AS harus memiliki tekad yang lebih jauh lebih besar daripada yang dimilikinya untuk Afghanistan, Suriah, dan Vietnam jika ingin ikut campur. Intervensi militer AS akan menjadi langkah untuk mengubah status quo di Selat Taiwan, dan ini akan mengakibatkan Washington mesti membayar mahal ketimbang mendapatkan keuntungan.
Beberapa orang di pulau Taiwan berharap bahwa pulau itu berbeda dari Afghanistan, dan bahwa AS tidak akan membiarkan mereka sendirian. Memang, pulau ini berbeda dengan Afghanistan. Tetapi perbedaannya adalah keputusasaan yang lebih dalam untuk kemenangan AS jika AS terlibat dalam perang lintas-Selat. Perang seperti itu akan berarti biaya yang tak terbayangkan bagi AS, di mana apa yang disebut kepentingan khusus Taiwan hanyalah angan-angan dari otoritas DPP dan pasukan separatis di pulau itu.
Dalam dua dekade terakhir, pemerintah Kabul menelan biaya lebih dari 2.000 tentara AS, $2 triliun, dan keagungan AS melawan "bandit". Tapi berapa banyak nyawa tentara AS dan berapa dolar yang akan dikorbankan AS untuk pulau Taiwan? Bagaimanapun, AS mengakui bahwa "hanya ada satu China dan Taiwan adalah bagian dari China." Akankah AS mendapatkan lebih banyak dukungan moral dari dalam dan dari Barat jika ia berjuang untuk pemisahan diri Taiwan daripada yang dilakukannya selama Perang Afghanistan?
Otoritas DPP perlu sadar, dan pasukan separatis harus memiliki kemampuan untuk bangun dari mimpi mereka. Dari apa yang terjadi di Afghanistan, mereka harus melihat bahwa begitu perang pecah di Selat, pertahanan pulau itu akan runtuh dalam hitungan jam dan militer AS tidak akan datang untuk menolong. Sebagai hasilnya, otoritas DPP akan cepat menyerah, sementara beberapa pejabat tinggi mungkin melarikan diri dengan pesawat.
Pilihan terbaik bagi otoritas DPP adalah menghindari mendorong situasi ke posisi itu. Mereka perlu mengubah arah ikatan mereka dari ikut-ikutan anti-China daratan-nya AS. Mereka harus menjaga perdamaian lintas-Selat dengan cara politik, daripada bertindak sebagai pion strategis AS dan menanggung buah pahit dari perang.
Sumber
Diubah oleh astor77. 18-08-2021 09:59
0
882
Kutip
6
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan