Bahasa Indonesia yang kita pakai sekarang ini berasal dari bahasa Melayu yang sudah dipakai sebagai bahasa penghubung segala suku di Nusantara. Bahasa ini sudah digunakan selama beribu-ribu tahun lamanya, terutama di jalur perdagangan.
Bahasa Melayu sudah bercampur dengan bahasa Sansekerta. Selain dengan bahasa Sansekerta, bahasa Melayu juga menyerap kata-kata dari bahasa beberapa suku dari negeri China dan bahasa suku-suku di Nusantara.
Sangkalan:
Pembahasan ini berasal dari pengalaman pribadi sepanjang hidup
Aku bukan sastrawan atau pujangga
Hanya mengemukakan pendapat
Mari kita mulai...
Spoiler for Penjajahan orang asing:
Sesudah Majapahit runtuh, banyak orang haus kekuasaan yang mendirikan kerajaan masing-masing. Nusantara yang terpecah-pecah menjadi banyak kerajaan kecil membuat Nusantara lemah. Sehingga orang-orang asing yang tamak berhasil menjajah Nusantara.
Hasilnya, sebagian besar dari kita hanya bisa membaca dan menulis aksara Latin yang sudah jelas berasal dari daerah Latium, di Italia. Dahulu aksara Latin menyebar di Eropa. Kemudian para penjajah dari Eropa menyebarkannya ke seluruh penjuru dunia.
Sebelum aksara Latin, aksara Arab pernah menggusur penggunaan aksara Pallawa dan aksara Kawi dalam menuliskan bahasa Melayu.
Seharusnya kita tetap mempertahankan aksara peninggalan nenek moyang dalam kehidupan sehari-hari.
Bentuk penjajahan bukan hanya terhadap kekuasaan, ada pula penjajahan terhadap budaya.
Spoiler for Istilah asing dalam pelajaran:
Disadari atau tidak, pelajaran bahasa Indonesia sendiri menggunakan istilah-istilah asing dalam membahas sesuatu. Misalnya saja dalam membahas kata kerja, kata benda, perumpamaan, dan lain-lain.
Contohnya seperti:
Kata kerja = kata verbal
Pemanusiaan = Personifikasi
Penghalusan = ameliorasi
Pengkasaran = peyorasi
Tertulis = tekstual
Dan berbagai macam kata-kata asing yang dimasukkan ke dalam pelajaran
Hal-hal seperti ini membuat nilai ulangan pelajaran bahasa Indonesia menurun tajam di masa SMP. Di SD selalu bisa dapat 9, di SMP tidak jauh dari 6. Kenapa tidak menggunakan istilah dari bahasa Melayu saja?
Pengalaman pribadi. Beruntung di SMA sudah tidak seperti ini, hanya saja pelajarannya membuat para siswa merasa seperti seorang sastrawan.
Spoiler for Tayangan di Layar Kaca:
Dulu pernah ada acara lagu yang menampilkan pembaca acara untuk membahas lagu-lagu yang akan ditayangkan. Sayangnya, sang pembawa acara berbicara dengan mencampur bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Ditambah lagi acara itu dianggap sebagai tontonan pergaulan anak muda masa kini.
Acara-acara lain pun masih ada yang mengikuti jejaknya hingga ini. Sebagian orang terkenal di layar kaca yang seharusnya menjadi contoh baik dalam berbicara malah menjadi contoh sebaliknya. Membuat bahasa aneh sendiri atau malah menuturkan bahasa Inggris agar kelihatan gaya.
Dan yang tidak kalah parahnya, acara masak-memasak di layar kaca. Para pakar tata boga di acara itu malah mengganti istilah-istilah tata boga Nusantara dengan istilah tata boga dari bahasa asing. Hal ini memusingkan para penonton.
Seharusnya mereka menggunakan bahasa Melayu atau bahasa daerah lain di Nusantara untuk menyebutkan istilah-istilah tata boga dan nama-nama bahan masakan.
Mana ada orang berbelanja bahan makanan di warung dengan menyebutkan nama-nama asing seperti yang sering disebutkan di acara itu.
Spoiler for Lingkaran Pertemanan:
Lingkaran pertemanan pun ikut berpengaruh dalam membentuk gaya bahasa seseorang. Misalnya kalau bergaul dengan anak jaksel, kamu jado sok Inggris. Sedangkan kalau bergaul dengan wibu gadungan, kamu jadi sok Jepang. Hanya berlaku dari gaya bahasa.
Tutur kata mereka yang menggelikan itu cukup mengganggu. Bagi mereka, hal itu membuat dirinya terlihat lebih pintar dari orang lain. Sedangkan bagi orang diluar kalangan itu, seperti orang yang belum lancar bicara.
Hal ini diperparah oleh orang-orang yang merasa dirinya memiliki pengaruh kuat. Mereka yang menamakan kaumnya sebagai influenza. Tingkah laku mereka di dunia maya sering ditiru oleh angkatan muda masa kini.
Dan akar dari semua ini adalah...
Spoiler for Malas mencari padanan kata:
Sudah begitu lama para pakar bahasa mencarikan padanan kata yang cocok. Tetapi, sepertinya ada sebagian kata-kata baru yang dipaksakan menggunakan bahasa asing.
Kita pun sebagai warga biasa sebaiknya tidak sekedar mengandalkan para guru dan para pakar bahasa untuk mencari kata-kata padanan tersebut. Kita bisa membuatnya sendiri dari kata-kata dalam bahasa Melayu, Sanskerta, dan bahasa daerah di Nusantara.
Contohnya seperti...
Blu-ray Disc = Cakram Sinar Biru
Video Game = Permainan Gambar Bergerak
Motor = Jentera
Piston = Batang torak
Televisi = Layar Kaca
Android = Manusia buatan
Dan masih banyak lagi beragam istilah serapan asing yang dapat diganti dengan kata-kata yang berasal dari peninggalan nenek moyang kita.
Yang terjadi malah sebaliknya. Ada sekelompok orang yang menjadi pelopor dalam penggantian kata-kata Nusantara dengan kata-kata asing.
Misalnya...
Perkiraan = Es Timasi (minuman apa ini?)
Bacaan = Li Terasi (bumbu masak)
Sumbangan = Donasi (kue yang berlubang di tengah?)
Keuangan = Finan sial (kemalangan)
Perhatian = Atensi
Pertemuan = Miting
Penyajian = Presentasi
Aku = Ane, eke
Kamu = ente, ye
Terimakasih = Syukron, teng kiyu
Kediaman = Domisili
Perkumpulan = Organisasi
Lembaga = Instansi
Sarana = Fasilitas, platform
Dan masih banyak lagi...
Orang-orang tertentu senang melakukannya agar dirinya tampak lebih pintar dari orang lain.
Ini hanyalah curahan hati sekaligus berbagi pengalaman selama hidup. Mulai dari lulus TK, masuk SD, sampai lulus SMA, dan bekerja di beberapa macam pekerjaan.
Meskipun ada yang menertawai pembahasan ini, aku tidak terlalu peduli. Semoga kita semua tersadarkan.
Kalau ingin berbincang-bincang, tulis saja di ruang ulasan.