Kaskus

Story

taryudyAvatar border
TS
taryudy
JASAD WANITA YANG MENGAPUNG DI SUNGAI
"Miranda, kenalkan ini Luna, calon istri kedua suamimu."

Bak disambar petir di siang hari, Miranda--wanita berdaster coklat itu langsung mematung di tempat, kala mendengar ucapan wanita paruh baya yang tidak lain adalah Ibu mertuanya.

Miranda terpejam selama beberapa saat sambil menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Dalam hati, dia terus berkata, berharap jika semua yang dia dengar kali ini hanyalah mimpi.

Netranya yang sudah memanas, siap meluncurkan cairan bening itu beralih menatap seorang wanita cantik yang tengah duduk di sofa. Tanpa sedikitpun rasa bersalah, wanita itu langsung menghampiri Miranda dan memeluknya dengan erat.

"Kak, tolong restui suamimu untuk menikah denganku," ucap Luna dengan begitu lancarnya.

Yuli tersenyum puas kala mendengar ucapan Luna, kedua tangannya pun ikut terlipat di dada. Dia memang pintar, tidak salah memilih calon menantu, tidak seperti Danu yang cari istri pun sembarang.

Kalau saja, dulu Miranda tidak hamil duluan, mungkin Yuli tidak akan pernah merestui pernikahan mereka. Tetapi, karena warga sudah terlanjur mengetahuinya, terpaksa Yuli merelakan anaknya.

"Ibu, terpaksa melakukan ini, karena kamu belum juga memberikan anak laki-laki. Kamu tahu sendiri, keluarga kita sangat membutuhkan penerus. Ibu tidak ingin, semuanya jatuh ke tangan pamannya Danu." Kali ini Yuli yang berkata dengan entengnya, seakan-akan tidak menghiraukan rasa sakit yang di derita oleh menantunya.

Miranda menggeleng lemah. Saat cairan asin terasa di lidahnua, bersamaan dengan itu, bibirnya terasa ngilu.

Ini bukan mimpi, melainkan sebuah kenyataan yang sangat menyakitkan. Bahwa, dia harus mampu menerima semua kenyataan pahit ini.

"Miranda, maafkan, Mas, karena tidak bisa menolak semua permintaan Ibu. Kamu tahu sendiri, jika Ibu adalah orangtua satu-satunya yang Mas miliki, tolong mengertilah." Pria bernama Danu itu langsung melangkah ke sisi Miranda, menggenggam tangan wanita itu dengan lembut.

Tidak ada penolakan dari Miranda, jadi dia berpikir jika wanita yang tidak lain adalah istri pertamanya itu menerima dengan lapang dada.

Miranda menelan ludah susah payah. Sedari tadi, tenggorokannya terasa tercekat, seperti ada sebuah batu yang mengganjal di pita suaranya.

"Mas, tolong ceraikan saja aku." Miranda berkata dengan begitu lirih, bahkan suaranya pun nyaris tidak terdengar.

"Tidak bisa, Miranda. Apa kamu tega dengan kedua anakmu yang harus hidup tanpa Ayah, bila kita bercerai nanti. Belum lagi, siapa yang akan membiayai kehidupan mereka kelak."

Miranda menggeleng, cairan bening yang sedari dia tahan akhirnya luruh juga, kala dia mengingat kedua anaknya yang masih sangat kecil.

Rasanya ulu hatinya kembali berdenyut dengan sangat kencang, meninggalkan rasa sesak sekaligus nyeri yang tidak ada tandingannya.

"Aku bisa bekerja, untuk menghidupi kedua anakku, Mas."

Seketika saja, netra Danu terbuka dengan sangat lebar ketika mendengar ucapan Miranda, urat lehernya nampak begitu menegang.

Melihat hal itu, Miranda malah menatap Danu tanpa menampilkan ekspresi apapun, dia meremas jari tangannya sendiri. Dulu,
Miranda pasti akan menyesal, karena telah salah berbicara di hadapan suaminya, tetapi kali ini berbeda. Dia percaya diri dengan apa yang dia ucapkan.

"Kamu, tidak akan bisa hidup tanpa Danu, Miranda. Camkan itu! Kamu sudah tidak punya siapapun lagi sekarang. Menurut saja apa perintahku, jangan kebayakan gaya," ucap Yuli dengan mata terbuka lebar, kebencian tergambar jelas di kedua bola matanya.

Sedari awal pun, Yuli memang tidak menyukai Miranda. Baginya, wanita itu sudah menjebak anaknya agar mau melakukan hubungan badan diluar nikah, sehingga dia menggandung anak Danu.

"Dengar sekali lagi, Miranda. Masih untung Danu tidak mau menceraikanmu dan aku masih mau menganggapmu dan kedua anakmu itu sebagai cucuku," sambung Yuli kemudian melenggang ke hadapan Luna dan mengajak wanita itu untuk pergi ke ruang tamu.

Miranda hanya membisu seperti manekin, ketika mendengar semua yang dikatakan oleh Yuli. Bukannya Miranda tidak mampu melawan, hanya saja semua yang di katakan oleh Ibu mertua itu benar.

Kalau saja Danu dan keluarganya tidak bertanggung jawab, mungkin saat ini dia sudah terlunta-lunta di jalanan.

Namun, terlepas dari itu semua, hatinya masih saja perih, tidak ada di dunia ini wanita yang merelakan suaminya menikah kembali.

Melihat istrinya terus membisu dengan tatapan kosong, Danu langsung meraih pundak Miranda, kemudian berkata, "Maaf, Miranda. Mas, tidak mampu menolak permintaan Ibu, kamu tahu ridho dan surganya Mas ada pada dirinya."

Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Miranda langsung melepaskan tangan Danu, kemudian pergi menuju dapur.

Hati dan pikirannya perlahan kosong, seperti tidak ada apapun lagi di dalamnya. Selain rasa sesak dan sakit yang terasa di sekujur tubuhnya.

Miranda mulai berpikir, untuk apa dia tetap memperjuangkan segalanya, sementara itu satu-satunya orang yang dia percaya, malah meninggalkannya dengan sejuta rasa sakit.

Sontak, Miranda langsung tersenyum sinis, saat tiba-tiba kepalanya memikirkan suatu hal yang belum pernah dia sangka sebelumnya.

"Ini hanya soal waktu," gumam Miranda.

***

NEXT? JANGAN LUPA KOMEN DI BAWAH, YA!
alfidangerAvatar border
meizhaaAvatar border
wanitatangguh93Avatar border
wanitatangguh93 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
1.4K
5
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan