taryudyAvatar border
TS
taryudy
Suamiku Kecewa Dengan Keperawananku
"Kamu sudah tidak perawan?" Mata suamiku, Ardi melotot tak percaya. Dia meributkan malam pertama kami, di mana aku tak sesuai yang diharapkannya.

Melihat sikap itu, aku menunduk ketakutan. Tak meyangka itu penting baginya.

"Kusangka kau gadis, tapi kenapa ini bisa terjadi? Kau pernah berzina?" Dia mencercaku lagi. Menyudutkan, hingga rasanya terlalu hina arti seorang gadis tanpa selaput dara.

"Kenapa itu penting bagimu, Mas? Bukankah dirimu juga bukan perjaka? Ingat Mas, kamu seorang duda," kataku menolak terus disudutkan.

Memang salahku tidak berterus terang dari awal. Tapi kenapa harus berterus terang? Semua hanya masa lalu. Aku sudah berubah, sudah bertobat. Aku tidak akan mendekati zina lagi. Mengapa tak ada yang mau percaya? Tak pantaskah aku diterima apa adanya?

"Aku memang duda. Dan kamu sudah tahu. Bahkan kamu juga tahu kenapa aku jadi duda. Istriku berselingkuh selagi aku kerja banting tulang di luar kota. Dan kamu, kenapa tak bilang jika sudah tak perawan? Kapan kamu kehilangan keperawanan? Kamu masih gadis, seharusnya bisa jaga kehormatan!"

"Bukankah katamu dulu masa laluku tak penting. Yang terpenting adalah saat ini aku mau menggapai sakinah mawadah warohmah denganmu, Mas? Itu katamu. Ingat, Mas, kamu sendiri yang menyakinkan aku untuk menikah denganmu."

"Tapi tidak untuk hal seintim ini. Masa lalu kamu yang suka gonta-ganti pacar. Okelah. Tapi ... sudah sejauh itukah kau melangkah? Seseorang yang mudah menyerahkan dirinya pada hawa nafsu, tak'kan mampu menjaga sakralnya kesucian pernikahan. Suci namamu, tapi ternyata kamu tak suci lagi. Aku kecewa."

Lalu Ardi pergi meninggalkan aku sendiri di kamar pengantin ini. Kamar yang berhiaskan berbagai bunga-bunga yang harum mewangi. Kamar yang dihiasi dengan dekorasi romantis warna merah muda. Kamar pengantin di rumah baru Ardi, yang ia khusus beli untuk kami tinggali. Kini, ia pergi, begitu saja, meninggalkan aku bersama selembar selimut yang membungkus badan.

Aku menangis perlahan. Berpuluh-puluh penyesalan yang kurasakan setelah ikut kajian, tak mengembalikan kesucianku. Kesucian yang sangat penting bagi seorang gadis.

"Suci, maukah kau menikah denganku? Dengan duda yang pernah gagal membina rumah tangga? Bisakah kamu menjaga kepercayaanku, bahkan saat aku tidak ada?"

Ardi melamarku setelah dua kali kami bertemu lewat perantara ibuku.

Orangtua kami berteman. Dan perkenalan aku dengan Ardi tak lain adalah ide orangtua yang ingin anak-anaknya segera berumah tangga.

Pertama melihat Ardi, aku sudah suka. Pembawaannya tenang, tatapan matanya tajam, tubuhnya atletis. Sebagai seorang wartawan, Ardi, 32 tahun, juga termasuk tipe pria yang pintar. Ia cerdas. Sering mendapat tugas dari kantornya untuk liputan di luar kota, luar pulau, bahkan luar negeri. Masalah kemapanan, tak perlu ditanya. Ardi punya segalanya.

Aku sendiri berusia 28 tahun. Seorang wirausaha. Aku punya bisnis fashion wanita yang cukup berjaya. Aku sudah mandiri secara finansial. Namun, belum ada pria yang hendak melamarku. Jomblo tulen.

Kejombloanku bukan tanpa alasan. Dahulu aku liar. Sebagai pegawai di salah satu kantor swasta yang suka pakai rok mini, aku bergaul bebas dengan teman kerja. Aku menyerahkan kesucianku padanya di suatu malam. Saat ada dinas luar. One night stand.

Setelah itu kami berpacaran, tapi tidak lama. Karena aturan kantor, karyawan tidak boleh punya hubungan asmara. Begitu ketahuan kami dipanggil atasan. Lalu dipisahkan. Dia dipindahkan di kota yang jauh. Tiga bulan kami LDR-an. Lalu putus karena dia bilang jatuh cinta pada wanita lain. Wanita di kota ia berada.

Setelah bersedih karena dicampakkannya, bulan berikutnya aku bertemu mantan teman SMA dalam sebuah reuni.

Cinta monyet yang dulu pernah mewarnai masa remaja, kembali berbunga-bunga. Sekali lagi, kami pacaran kebablasan. Dan dia tak heran, kenapa aku sudah tak perawan. Justru dia maklum. Seolah, gadis tanpa keperawanan wajar adanya.

Dengan pria ini aku menjalani hubungan cukup lama. Dua tahun lebih dengan intensitas hubungan badan yang lumayan sering. Bisa dibilang setiap kencan kami berhubungan. Lalu aku hamil. Dia terkejut. Tak siap menerima. Bahkan menuduh aku berhubungan dengan pria lainnya. Ia berdalih sudah main aman. Tak mungkin hamil dengannya.

Aku terpana melihat reaksinya. Kukira, ia mencintaiku sepenuhnya. Itu mengapa aku bahkan rela setia pada satu pria hingga begitu lamanya. Saking stresnya dituduh begitu, kandunganku yang masih sangat muda gugur dengan sendirinya. Seolah jabang bayi tahu, kehadirannya dari hubungan haram tak diinginkan ayahnya.

Aku sedih, menangis depresi. Mengurung diri di kamar hingga akhirnya dipecat dari pekerjaan. Sungguh, aku wanita bodoh yang tidak bertanggung jawab.

Setelah dua bulan mengalami fase depresi. Ibu berhasil menarikku kembali agar tetap semangat menjalani hidup. Aku diajak mengurus bisnis ibu.

Perlahan aku mulai membuka hati. Dan hatiku terpaut pada seorang pria yang kuharap bisa jadi suamiku. Pria baru yang sebaya denganku.

Pria ini tidak agresif. Ia tak menghendaki hubungan suami istri sebelum janur kuning melengkung. Tapi ciuman hangat sering ia layangkan untukku. Jika aku menuntut lebih, ia menahannya. Ia bilang tak ingin jadi bahan guncingan orang. Ia mau kami melakukan itu setelah menjadi suami istri. Aku suka, dia sangat menjaga hubungan kami.

Tak butuh waktu lama, setahun kemudian kami bertunangan. Ia bilang bahagia menemukanku sebagai calon istrinya. Dia tak segan mengumbar kata cinta yang membuat hatiku melayang-layang. Ia juga memberikan aku banyak hadiah yang membuat hati ini tertancap cinta nan menggoda. Orang tuaku bahkan untuk pertama kalinya menunjukkan respect pada teman priaku ini. Mereka sangat berharap bisa mengangkatnya jadi mantu.

Namun, sebulan sebelum menikah aku terlebih dulu menceritakan masa laluku. Dan pria ini jadi ragu. Seminggu sebelum hari H pernikahan, ia menghilang. Tak tahu kemana rimbanya. Pihak keluarganya juga seolah enggan menjalin kekerabatan dengan keluargaku lagi. Kakaknya bilang, adiknya pergi karena takut dengan masa laluku.

Aku kembali terhempas. Kali ini lebih dalam. Karena setumpuk undangan yang sebagian telah disebar, terpaksa dibatalkan. Saat itu aku merasa limbung. Tak kuat lagi berdiri di atas kakiku ini. Aku ambruk.

Dua minggu dirawat di rumah sakit karena kekurangan gizi. Sejatinya bukan masalah fisik, tapi sakit hati yang mana dokter pun tak mampu mengobati. Aku tak doyan makan, segan minum, hanya tidur dan menangis. Bahkan jarang mandi.

Aku berada lama di rumah sakit, setelah pulang ke rumah lebih menyiksa lagi. Kulihat ibu tak kalah depresinya denganku. Wajar saja orang tua kecewa, putrinya telah rusak. Berkali-kali terciderai oleh lelaki.

Aku merasa hina. Aku mulai minum beberapa pil penenang. Dan akhirnya kembali berlabuh di rumah sakit. Aku hilang kesadaran sehari semalam. Dalam bawah sadarku, ku dengar lantunan ayat Qur'an dibacakan. Ada isak tangis ibu dan bapak. Ada banyak orang berpakaian serba hitam.

Saat aku masih tak mengerti jasad siapa yang ditangisi, dua sosok bertubuh besar berjubah hitam menarikku. Aku meronta-ronta, menangis ketakutan. Mereka bilang hendak membawaku ke neraka. Membakar tubuhku yang kotor disentuh banyak pria.

Aku menjerit memanggil ibu dan bapak. Tak ada yang mendengar. Aku memohon diijinkan pulang kepada dua sosok besar itu. Aku merasakan panasnya api neraka yang sudah berkobar. Merah membara!

Dan saat aku sadar dari koma. Aku hanya mengingat satu hal. Panasnya api neraka yang seolah, tanpa perlu aku mendekat, sudah mampu membuat sekujur kulitku melepuh. Kulit putih halus mulus ini terlihat sangat keriput berjelaga.

Ketika itu, air mata penyesalan terus meluap. Tak dapat dibendung. Ada sesak dalam dada yang tak dapat aku tanggung.

Aku takut dibakar api neraka, tapi jiwaku tak layak masuk surga. Tak ada jalan lain, aku harus bertaubat sebelum kembali bersua Malaikat Pencabut Nyawa.

Aku sungguh-sungguh memanfaatkan kesempatan kedua yang diberikan Tuhan untuk bertaubat. Aku juga merutinkan datang ke Kajian yang ada di sekitar komplek rumah. Lalu melebar dengan ikut berbagai aktivitas kajian lainnya.

Bajuku perlahan bermetamorfosa. Dari seksi dan terbuka, perlahan jadi seksi tertutup, lalu naik level jadi tertutup sempurna.

Aku pun menyibukkan diri terus menerus. Dengan Kajian, tilawah Quran, dan bisnis yang mulai kurintis. Lepas dari bayang-bayang Ibu. Aku ingin menjalani hidup dengan berarti. Sambil terus menunggu jodohku. Jodoh yang akan membasuh sepi ini.

Ketika akhirnya Ardi datang, aku tak berani mengatakan tentang masa laluku. Aku trauma ditinggalkan pria.

Ibu bilang itu tak perlu, sebab Ardi adalah duda. Punya masa lalu juga. Hanya perlu saling menerima untuk masa depan. Sebab masa depan lebih utama daripada meratapi masa lalu yang telah lama berlalu. Tak perlu diungkit. Selama aku sudah berubah, itu sudah cukup.

Nasehat ibu yang aku indahkan sebelum perkimpoian, justru membuat aku kembali terhina di malam pertama. Oleh dia, suami yang kupikir bisa menerimaku apa adanya.

Malam ini, malam pertama kami, Ardi belum sampai klimaks, tapi sudah berhenti di tengah jalan. Ia merasa ada yang janggal.

Ardi kemudian menarik bagian tubuhnya dari tubuhku. Menyalakan lampu. Dan bertanya, "Kamu sudah tidak perawan? Kepada siapa kau serahkan keperawanan yang menjadi kehormatan seorang gadis?"

"Sungguh aku tak percaya ini, namamu Suci tapi kamu sudah tidak suci lagi," imbuhnya dengan desis amarah yang coba ia redam.

Tertusuk. Jelas hatiku terluka disebut begitu. Bahkan pramuria sekalipun, akan marah jika dipanggil pramuria.

Sedangkan aku? Bukankah di dalam masyarakat kita sudah banyak terjadi pergaulan bebas? Lantas mengapa dia, yang jelas-jelas bukan perjaka, justru tak bisa menerima fakta dengan lapang dada?

Ya, memang aku gadis yang sudah tidak perawan. Tapi tak bolehkan aku berharap Sakinah Mawadah Warohmah setelah aku berubah? Mungkinkah, sekali lagi aku akan dicampakkan begitu saja oleh pria?

Hanya derasnya air mata yang mampu mewakili sesaknya hati ini oleh berbagai rasa. Akankah aku menjadi janda di malam pertama?

Pernikahan ini mungkin akan berjalan penuh air mata, bertahan atau berpisah saja?
seojoon
alfidanger
delia.adel
delia.adel dan 9 lainnya memberi reputasi
10
4K
47
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan