Merahputih.com - Beragam cara kerap dilakukan seorang pria untuk mendekati sang pujaan hati. Dari mulai cara biasa, hingga modus terbilang unik dan membutuhkan kemampuan khusus.

Salah satunya modus salah kirim chat kepada gebetan. Momennya pas masih di sekitar susana lebaran. Namun, bukan semata pakai modus salah kirim, melainkan ditambah pamer harta secara terselubung. Maksudnya?

Misalnya bikin skenario berpura-pura habis belikan orangtua mobil baru kemudian seolah mengirim pesan menginformasikan mobil sedang dikirim ke rumah namun secara sengaja memang pesan tersebut dikirim secara sadar dan jelas kepada gebetan. "Mah, Pah, mobil sedan lagi di kirim ke rumah. Maaf cuma bisa beli sedan buat hadiah silver anniversary".

Selain itu, terkadang modus lain digunakan mau pamer pencapaian kepada gebetan dengan sok-sokan salah kirim transferan kepada orangtua, adik, atau kakak. Biasanya pesan dilekatkan pada gambar tangkapan bukti transfer sudah diutak-atik senilai harga motor baru. "Bang, maaf enggak bisa datang b`day party kemarin. Gue cuma bisa kasih hadiah kecil. God Bless You, Bro!".

Terkadang, ada pula modus seolah mengafirmasi nasihat orangtua membeli rumah, penthouse, atau apartemen lalu pesan berisi ungkapan terima kasih atas saran tersebut sengaja dikirim kepada gebetan. "Pah, makasih banget sarannya, akhirnya aku ambil rumah di daerah Jaksel. Biar gampang kan kalo di tengah mau ke mana-mana".

Jika sebelumnya telah melakukan riset tentang hobi atau kesukaan gebetan, biasanya pamer terselebung dilakukan dengan cara salah kirim beli barang hobi tersebut di level tertinggi. Misal, gebetan lagi senang sepeda lipat, tentu akan sok salah kirim baru beli Brompton Chapter3 V3. "Bro, besok jadi kan gowes pagi. Brompton Chapter3 V3 gue baru datang nih". Pesan tersebut disertai foto diambil dari laman pencarian Instagram menggunakan tanda pagar #bromptonchpt3v3.

Bisa juga pamer terselubung dinaikan levelnya menjadi combo spik. Jadi, di satu modus salah kirim pesan kepada gebetan terdapat dua seolah-olah membeli barang mahal sekaligus atau gabungan membeli barang dengan mengirim uang. Misalnya, salah kirim dengan alih-alih baru saja kirim hadiah hoodie Supreme X Luis Vuitton, sekaligus sneakers Jordan 1 X Dior, atau kirim kado Triumph Rocket 3 ditambah transfer uang senilai biaya kuliah di Fakultas Kedokteran.



Ketika pesan seolah salah kirim tersebut berbalas, biasanya langsung dihapus lalu memulai pembicaraan lain seperti maaf lahir dan batin lantaran masih di suasana lebaran. Terlihat lebay memang, tetapi terkadang ampuh memicu gebetan berpikir ulang tentang pencapaian calon pasangannya.

Meski usaha modus salah kirim pamer pencapaian berhasil, sejauh apa orang tersebut bisa mempertahankan gambaran idealnya di hadapan gebetan atau kemudian jadi pacar. Kalau memang aslinya kaya raya tentu tiada soal, namun bila hidupnya sederhana tapi berlagak bak sultan tentu siap-siap pontang-panting.

Terlepas dari itu, memamerkan kekayaan rupanya erat kaitannya dengan fenomena psikologi. Seperti dikutip laman Supari.in, ada sejumlah faktor psikologis berkontribusi pada kecendrungan seseorang untuk pamer.

Faktor pertama, ketidakamanan. Para psikolog telah meneliti alasan paling umum dibalik seseorang suka pamer harta, karena rasa tidak aman alias insecure.

Ketika seseorang merasa tidak penting dalam kehidupan orang lain, maka ia akan mencoba menjadikan dirinya penting di mata orang lain dengan berbagai cara meski bohong tetap ditempuh.

Perilaku tersebut berasal dari kurangnya harga diri sehingga menyebabkan insecure dan mencoba mencari validasi dari orang lain.

Faktor kedua, penyebab orang suka pamer bermuara pada penerimaan. Tak semua orang merasa menjadi bagian dari kelompok sosial tertentu, sehingga dalam keadaan seseorang merasa terasing, akhirnya memilih untuk menyombongkan diri.

Mengenai modus mendekati perempuan dengan cara memamerkan pencapaian termasuk harta, sebenarnya sah-sah saja dilakukan asal tidak berbohong. Mungkin itu sebagai bentuk mengapresiasi diri sendiri, sekaligus pembuktian kepada pujaan hatinya agar kelak segala kebutuhannya terpenuhi. Namun, enggak semua orang betah dan merasa nyaman dengan pendekatan harta.


Sumber