pionic24Avatar border
TS
pionic24
Mancing Malam (Sambungan: Gregektunggek, Kuntilanak, dan Sebangsanya)
       Selemat soe sahabat senior semuanya, kali ini Pionic 24 akan menyambung kembali cerita yang sebelumnya sudah saya up, mudah-mudahan sahabat pembaca semua bisa terhibur, kalau mau liat yang bagian satu di cari aja di thread dengan utdul tanda kurung diatas,  jangan lupa diberi komen yaemoticon-Jempol, oek langsung saja, selamat membaca.


ilustrasi, minjam dari mesin pencari
 
“DUARRR!!”

“KONTROL!!!”,Arix berteriak lepas terkejut mendengar ledakan dari kilatan dilangit, ia mengusap dada menenangkan jantungnya yang mau copot.

“Eh kampret!, untung tidak aku rekam, aku Up dimedsoso, bisa2 sepiral kamu Rix!”, aku ikut terkejut mendengar teriakan spontannya yang lebih kencang dari petir di langit.

Segera ditenggaknya isi gelas yang aku berikan, “Aruh!!, sory pon, jantungan aku!” diletakannya gelas itu di kursi papan namun tidak berselang beberapa detik aku ambil kembali dan tuangkan isi setengah yang masih tersisa dari 600ml yang kini menjadi giliranku.

“Ngomong2 Rix, kenapa kamu saja yang bisa paling jelas melihat mereka?, pasti kamu bawa jimat!”, Arix tersenyum kecut mendengar tuduhanku.

“Bukan Pon, itu karena aku pernah bersinggungan dengan alam mereka, tentunyaIyus (aura) mereka ada saja yang masih nempel”, asap rokok menyertai Kemikan (gerakan) mulut Arix.

Kini aku balik tidak mengerti “maksud cine engken?(maksud kamu bagaimana?), auranya apa?” Mojito bergoyang dalam gelas ditanganku.

“Begini, jadi kadar kemampuan orang bisa ngelihat mereka itu tergantung oleh auranya masing2, ada aura orang yang dibenci oleh yang begituan bahkan sampai2 orang itu dateng ke tempat angker malah setannya yang kabur, ada juga sebaliknya tidur di kamar sendiri pun bisa ada yang ngelus kakinya tengah malem hihi serem!”, Arix mengusap tengkuknya.

“Terus auranya dateng dari mana?, dari TV?” pertanyaanku membuat Arix ngakak puas

“Enggak lah bukan aura yang itu!, ada yang lain, auranya itu ada yang emang didapetin sejak lahir ada yang memang berusaha melatih, tapi pada dasarnya percaya atau tidak, manusia itu bisa melihat keberadaan mahluk ciptaan Tuhan yang tidak kasat mata”, sekarang aku mulai takut kalau Arix kelebihan alcohol di darahnya sehingga dia berubah dari orang normal menjadi paranormal, takutnya kelewatan dari paranormal menjadi abnormal.

“Gimana?” aku jadi semakin kepo dengan penjelasan kawanku si tukang cat motor yang alih profesi mengecat layangan dan tetep sing nyak menek(tidak mau terbang).

“Entah lah kadang bisa, tapa disadari kita lihat tapi lupa takut”, ucapnya singkat.

Aku masih belum puas soal melihat hal tak kasat karena aku terusterang saja Kapah (jarang) mengalaminya “Andterus  gimana masalah melihat Gregektunggek  kok ada yang bisa ada yang enggak, ada yang lihat seram, ada yang lihat cantik, ada yang lihat bayangan, ada juga yang liat bau wangi”

“Ah ngae-ngae ci (kamu mengada-ngada), mana ada orang bisa lihat bau!”, ucapanku diotong Arix bagai palang kereta api, aku tertawa mendengarnya itu cukup meyakinkanku bahwa dia tidak ngawag mapeta(ngomong sembarangan).

“Kene(begini) Pon, kembali lagi tergantu aura, dari 6 orang yang kesana, tidak semuanya peka dan memiliki aura yang dekat dengan hal yang tidak terlihat, ada hal tertentu yang membuat aura orang itu bisa berubag, misal orang sakit, orang yang lagi halangan (datang bulan), orang yang lagi hamil, nah model orang seperti ini biasane won-wonan kan (lemah secara fisik) kalau orang lemah secara fisik itu gampang alam sekitar menyelaraskan suhu, tekanan dan kelembapan lingkungan dengan kondisi tubuh orang yang lemah secara fisik, sehingga dekat juga dengan dimensi tak kasat matanya ‘mereka’ yang identik dengan keadaan alam yang Tayeb (sejuk sepi hening lembab remang) makanya orang dengan kondisi capek atau sakit itu jangan berada di tempat yang angker karena lingkungan akan memperburuk kondisinya misal orang lagi sakit disuruh berdiri dibawah pohon beringin angker terus mendadak kesurupan”

“Kenapa kesurupan?”, potngku

“Ya karena disana lembab, dingin, sepi lagi, ya jelas masuk angin dan itu mempengaruhi kondisi menjadi lemah, merinding sedikit, lihat mahluk aneh bediri di batang beringin teriak histeris dikira kesurupan terus di guyur pakai Tirta (air suci) padahal belum tentu lho itu kemasukan sesuatu yang dilihat, bisa saja itu reaksi histeris saking ketakutannya sampai tidak bisa berbicara”

“Nah terus pengelihatan berbeda itu apa lagi?” aku mencoba menggali seberap banyak pengetahuan orang ini.

“Misal begini Pon, ini kan Mojitonya kamu”, Arix mengambil botol yang berisi setengah “Kita minum ini dibagi dua jadi kalau aku suruh kamu melihat yang di ujung sana apaan itu?”, jarinya menunjuk ke tepian pantai.

“Batu hitam”, aku menjawab sesuai dengan apa yang aku lihat dan kemungkinan yang dimaksud ujung jarinya.

“Nah aku juga sama seperti kamu melihat batu hitam, nah jika seandainya kamu habiskan sisa minuman ini sendirian sekarang, apa masih kamu lihat itu batu hitam?”

Aku berfikir biasanya imajinasiku tinggi kalau kebanyakan “Mungkin penyu”, kataku membayakngkan batu itu bergerak ke air.

“Dan aku pasti tetap melihatnya batu hitam padahal kita sama2 minum, minumannya sama, cara minumnya juga sama, cuma takarannya yang berbeda, begitu juga dengan kemamuan orang meliahat kadar Iyus (aura) nya pada Melenan(berbeda) anggap saja miuman ini pengotor pikiran kamu semakin banyak alkohol dibadanmu maka semakin samur pengelihatan gaibmu, sementara aku semakin bersih darahku semakin jelas pandanganku, diumpamakan begitu”

“Oh keto(begitu) toh”, aku mulai paham pencelasannya, “Menurutku sih begitu entah yang lain bagaimana”, Arix memberi permakluman, memang masalah tak terlihat berbeda presepsi, kadang satu dan yang lainnya perbeda pendapat.

“Pon, ngomog2 nguda ci belog sing ngaba pancing mai?(kenapa kamu bego gak bawa pancing kesini?) ”, Arix kini menuanngkan sendiri giliran minumnya, aku mengepulkan asap, sambil mencuci tangan di tetesan seng.

“Buduh(gila) kalau sampai mancing kondisi begini!”, jawabku, sebenarnya aku memang mau membawa pancing kesini hanya saja  info dari para senior ombak lagi buruk sehingga aku menguirungkan niat, lagian juga aku mengira kensini untnuk makan2

“Peteng nake mancing cuk!, ndukan ye ombake(malam aja mancing, ombak lebih santai)”, arok memberi saran yang membuatku ngakak mendengarnya,

“Ow ombak enduk angin enduk, ne sing ngenah ne kenceng! (iya ombak santai angin santai, yang tak terlihat yang kenceng!)”, aku kembali tertawa.

“Meh sing ngenah engken?, (masa yang tidak kelihat bagaimana?)”, taya Arix, aku hanya tersenyum, “ah ci misi sing ngerti! (kamu masak tidak mengerti) ”, aku mencoba membuatnya paham kalo resiko mancing malam kadang lumayan besar dibanding hasilnya.

“Oh horor toh!”, sepertinya dia mulai paham “Satuaang je bedik engken ne!(ceritakan sedikit saja dong)”,aku menggeleng enggan, tapi tidak enak ranyanya kalau Arix saja yang ngenjelang bungut (mulut capek) akupun berubah pikiran.

“Nah mumpung ci nututrang gregek tunggek cang ngelah masi pengalaman, (ya mumpung kamu bercerita tentang Gregektunggek aku juga punya sedikit penngalaman)”, Arix sekarang menjadi bartender penuang minuman.

Kangguang sing bes serem nah(maklum tidak terlalu seram ya)”, aku mewanti-wanti di awal takutnya kurang gereget bagi sepesialis engkebang gamang (disembunyikan dedemit) sekelas Arix,

nahsantuy gen teh, seperti tadi iyusne (auranya) masing2 berbeda”, ucapanya membuatku sedikit PD untuk bercerita,

-----------

Hari itu aku ingat kalu tidak salah hari sabtu, aku masih tinggal di sebuah kota yang kebus makenyer (kelewat panas sampai perih di kulit) di pulau ini, saat itu karena kebetulan hari sabtu minggu libur, teman2ku sudah pada ngacir ke kampung halaman masing2 sisa aku saja yang akatih tongkol(sebatang kara) di kost,

Sebenarnya niatku untuk pualang ke kampung bersama temanku ada, hanya saja won (malas) karena dirumah tidak ada kegiatan, mending dirantuan toh ATM masih lancar jaya selalu isi sehingga aku lebih memilih menikmati liburan dirantauan.

Hari itu aku bangun lebih pagi dari biasanya, ketika aku buka pintu kamar di garase cuma tersisa kendaraanku saja, sisanya sudah pada hilang bersama dengan empunya kekampung, seperti biasa pagi itu aku melakukan kegiatan wajib anak kos yaitu ke toilet menuntaskan kewajiban dan kemudian tidur kembali sampai siang dan rasa lapar mualai menggangu.

Siangnya aku berfikir untuk sekalian beli makan di warung dan membawa laptop untuk wifi-an di Telkom kota, singkat cerita aku wifi-an sampai jam 4 sore, cukup membuat mataku uring2an menatap layarLCD dengan menonton beberapa cenel Youtube dan salah satunya memancing, menonton acara mancing yang begitu menggairahkan membuat aku berkeinginan untuk memancing juga.

Lekas saja entah angin dari mana aku memutuskan untuk lewat sebentar menuju pantai kota yang berjarak sekitar 5 menit dari tempatku, dan syukurnya cuaca dan air cukup mendukung, banyak para Angler asik melemparLure dan tentu juga Tegek-ker yang berburu Baronag, hanya saja cuaca panas yang ganas tidak bisa aku tahan walaupun gila mancing, berbeda dengan Local Boys yang memang sudah kebal, aku hanyalah bocah perbukitan yang rentan mekules (ganti kulit) di bagain hidung, sehingga aku memutuskan mancing agak sore lagi.

Sambil menunggua aku pun melaju membeli beberapa peralatan penunjang seperti kalil dan pemberat timbal, sesampai di kos aku merakit kembali piranti Surfcastingalias joran pasiran sepanjang 4,5 meter dan yang yang lebih pendek sekitar 4 meter juga Cagrak dari paralon.

Pukul 6 sore harusnya aku sudahOTW hanya saja aku lupa membeli umpan ke pasar ikan, ketika umpan udang sudah terbeli malah aku kelaparan sehingga dengan joran di punggung layaknya Kera sakti aku singgah sebentar makan nasi goreng.

“Mancing dimana mas?”sebuah pertanyaan dari penjualnya yang sibuk menongseng

.

“Di ********** mas” jawabku sembari menyandarkan pancing di stang motor

“Sering mancing disana mas?”, tanya sang penjual lagi

“Lumayan sih mas, mas juga sering mancing?”, dia mengagguk.

“Sering mas, baru saja saya mancing sorenya disana”, aku terkejut berarti mungkin saja mas penjual ini tadi sempat aku lihat didermaga.

“Tadi airanya makin surut mas, mending cek saja dulu biar tidak rugi”, saranya padaku, aku sedikit berdebar jadinya, takutnya kalau surut bisa batal niatku mancing terlebih lagi umpan sudah terlanjur aku beli lumayan 10K

“Mas kalo gitu, jenenenganbungkus saja, aku mangan neng lokasi ae!”, nasi yang sudah dicetak mangkok rapi diatas piring di bongkar lagi keatas kertas, bungkusan diserahkan dan segera aku sambar dengan menyerahkan uang.

Matursuun yo mas!” aku lompat keatas motor

Ojo kesusu mas selow ae!” teriak si tukan nasgor

Ngee mas, selow melo sing penting duwe bojo loro!”, sebuah kata bijak yang sering aku baca di pantat truk mengahiri percakapanku.

Ci**ng(anjir), aed sajan (surut sekali)!!”, aku berkeluh kesah dan kekecewan ketika bibir pantai hanya menyisakan kerikil dan pasir sementara air laut didepan sana menggenang tanpa ombak dan begitu dangkal ketika senter di kepalaku kuarahkan kedepan sana.

Celingukan kesana kemari melihat seandainya ada Anglerlain yang bisa aku mintai pendapat tetap saja sepi hanya ada beberapa pasangam muda mudi memadu kasih yang membuat aku jadi iri.

Niatku tertuju pada ujung pantai di agak ke timur ada lokasi yang cukup dalam meski surut, hanya saja pantai itu ada Krematorium(pembakaran jenazah) besar disana, aku tidak bisa membayangkan mancing sendirian dengan pemandangan didepan laut lepas dan dibelakang pantat ku ada Vampir melompat, mungkin bisa STNK motorku tempelkan ke jidat Vampir-nya cuma aku tidak yakin bisa berhasil karena STNK-nya mati.

Setelah berfikir agak berat ahirnya aku memutuskan menuju pantai di sebelah barat, jaraknya sekitar 15 menit dari posisi awalku, hanya saja jaraknya lebih dekat dengan kostku.

“Pokoknya mancing!”, dengan semangat 125 dikurangi 80 ahirnya aku bisa sampai di lokasi pantai yang masuk gang 100 meter dari jalan besar dan tembus di rumah besar milik Ikan Paus Putihalias Orca atau Orang Caya Raya, dari depan rumah itu aku parkir, syukurnya beberapa rumah masih menyalakan lampu disko yang menujukan pemiliknya lagi party malam mingguan.

Air pantai terseok berarti tidak surut telalu drastis sehingga masih memungkinakan untuku mancing disini, dengan segala perlengkapan yang aku jinjing ditangan aku melangkah memasuki Joging Trackpaving tepi pantai kearah barat.

Celingukan aku memilihspot yang bagus, menurut pengalamanku mancing siang disini diujung paling barat adalah spot terbaik, dari kejauhan aku bisa melihat nyala hijau melayang, pastinya adalah Starlight cahaya yang diikat diatas joran pemancing.

Dengan tergesa aku kesana benar saja ada 2 pemancing yang duduk diatas batu karang di lokasi ini.

Ampun polih(sudah dapat) Pak?” tanyaku basa basi, “Durung (belum) sepi tarikan”, jawab salah satu diantara mereka yang gak jelas wajahnya karena gelap yang aku lihat cuma putih giginya saja.

Tanpa banyak berfikir joran aku tarik semua termasuk kail dan umpan udang kupas yang aku bacok dengan kail dan hunus ke dasar perairan.

Menit demi menit pun berlalu sampai 1 jam tak terasa, Legu (nyamuk) yang begitu galak terus menciumi tubuhku, sementara pemancing disebelahku sudah emed(bosan) menunggu, belum juga ada sedikitpun getaran diujung joran.

“Pak biasane driki nganti jam kuda mancing?(biasanya disini jam berapa mancing?)”, aku mencoba lagi mencairkan suasana dan melepas kebosanan.

Tiang biasane(saya biasanya)  jam 7 sore sudah pulang, ini kebetulan ada diajak mancing makanya berani sampai malam”, jelasnya padaku, aku ngangguk saja, sambil menatap sekeliling benar2 sepi banguan di kejauhan sudah mulai memadamkan lampu penerangan menandakan Party sudah Hangover.

Tepi pantai ini meski malam tetap terasa panas terlebih lagi batu yang aku duduki masih hangat bekas serapan panas sang surya, pantai ini ditanggul batu dan tepat dibelakangku adalah kebun kelapa dan belukar milik warga saat ini memang kebun, hanya saja sebelumnya digunakan sebagai kuburan untuk orang Salah Pati(meninggal akibat kecelakaan dan ketidak sengajaan) dan juga kuburan bayi, aku tau cerita itu dari seorang sesepuh desa yang beruntung aku temui dulu dipantai ini beberapa hari yang lalu, kuburan itu kini sudah diratakan, semua mayatnya sudah dibakar dan lahan ini dialihfukngsikan menjadi kebun.

Aduh mulih ba!(pulang saja dah!)”, sebuah seruan yang dari tadi paling takut aku dengar, tangan dua pemancing itu dengan santai melepas peralatanya memasukan dalam tas gendong

Tiang dumunan(saya duluan)” dan melangkah pergi meninggalkanku ngejengit (nyengir) ditemapat ini sendirian.

Aku mecoba berfikir positif mungkin 2 orang tadi memang sial tidak dapat ikan dan aku ikut ketularan, kini mereka pergi pasti sialnya ngikut mereka dan aku bakal beruntung malam ini.

10 menit tanpa ada siapapun aku masih tahan, tapi di menit ke 15 aku mulai merasa tidak nyaman entah apa perasaan ini memaksaku untuk bergeser kembali kearah timur, disana terdapat beton menjorok ke laut dan juga ada sedikit pasir pantai yang biasa digunakan pelacong mengubur kaki.

Segera aku melangkah cepat kesana meninggalkan rerimbuan dan kelapa menjulang dibelakangku dan entah apapun yang mengintip disela akar sulur sana.

Dini(disini) pasti top!” kembali aku lempar umpan dan ku tancapkan paralon sebagai patok cagrak penopang pancing. Senter di kepaku nyalakan kupandangi sekitar pasir mencoba mencari tempat duduk yang nyaman, benar saja Suung Mangngmung (sepi sekali) dari jalan paving diujung timur sampai barat tidak ada cahaya senter pemancing hanya aku seorang diri disana meski ada banguan rumah yang bejejer dibelakangku namun hanya lampu pagarnya yang menyala dan yang empunya mungkin sudah terlelap Mejangkut (bermesraan) didalam kamar.

“Huh!, sepi!”, air laut begitu senyap sunyi, dikejauhan sana hanya kelip kecil petromaks milik nelayan yang mencari gerang (ikan Teri), aku mencoba menenangkan diri dengan bermain ponsel melihat hal lucu di Instagram, memang aku sudah terbiasa mancing malam2 sendiri oleh karena itu aku tidak sedikitpun begitu takut melainkan begitu banyak rasa takut, karena dasarnya aku memang penakut, cuma karena hobi aku sering memaksa memberanikan diri.

 Bersambung.......


 sebentar saja kawan......

0
748
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan