- Beranda
- Komunitas
- Automotive
- Otomotif
Sejarah PO Coyo - Sempat Berjaya Selama 3 Dekade di Jalur Semarang - Tegal - Cirebon


TS
si.matamalaikat
Sejarah PO Coyo - Sempat Berjaya Selama 3 Dekade di Jalur Semarang - Tegal - Cirebon
Kembali melanjutkan pembahasan soal bus, kali ini ane akan membahas PO yang sudah eksis sejak dekade 1950-an. Menurut para senior Bismania, PO ini termasuk yang tertua di Jawa Tengah. Sebelum ane lanjutkan tentang pembahasan sejarah bus kali ini, bagi agan dan sista yang ingin membaca thread sejarah bus yang ane buat sebelumnya, kalian bisa klik disini.
Kembali ke intinya inti dari thread kali ini, izinkan ane perkenalkan pada agan dan sista PO Coyo.Namanya cukup singkat gan sist, terdiri dari 4 huruf saja. Kira-kira ada yang pernah dengar atau mungkin pernah naik PO ini ? Jangan lupa nanti berkomentar di bawah ya. Bus ini sebenarnya punya banyak garasi yang tersebar dibeberapa kota di Jawa Tengah. Salah satu garasi dan kantor pusatnya berada di Kota Semarang, tepatnya di Jl. Siliwangi No. 496, Kalibanteng Kulon, Kecamatan Semarang Barat.
Awalnya ane sempat mengira bus ini berasal dari Kota Semarang, tapi setelah membaca sekilas sejarahnya di Grup Facebook Sejarah Transportasi, ternyata bus ini berasal dari Kota Pekalongan. Di kota tersebut juga terdapat garasi dari PO Coyo, hanya saja ane tidak tahu alamatnya, mungkin gan sist yang tinggal di Pekalongan bisa menambahkan di kolom komentar.

Bodi Ultima buatan karoseri Tri Sakti, kemungkinan memakai chasis Hino R260. CMIIW
Foto: @alfipring/Twitter
Bus satu ini memang paling sering terlihat wara-wiri dan memulai perjalanan dari Semarang, maka tak heran jika ane mengira Coyo adalah bus asli Semarang
Tidak banyak informasi yang ane ketahui mengenai asal-usul PO satu ini, kabarnya sudah berdiri sejak era 1950, tapi tidak diketahui tepatnya tahun berapa. Jika PO Rajawali asal Solo berdiri tahun 1954, kemungkinan PO Coyo masih disekitar pertengahan 50-an mulai berdirinya. Karena kabarnya PO Coyo adalah yang tertua di Jawa Tengah setelah PO Rajawali. CMIIW.
Berdasarkan beberapa sumber grup Bismania di Facebook, salah satu anak pemilik bus ini bernama Budi Tjojo. Nah, kemungkinan asal nama Coyo ini bisa dibilang berasal dari nama marga keluarga, yaitu "Tjojo". Pada dekade 1950-an, Indonesia masih memakai ejaan peninggalan Belanda, dan dulu PO Coyo masih bernama Tjojo. Kemudian pada perkembangannya, nama tersebut berubah menjadi Coyo. Mohon koreksinya kalau salah gan sist, karena sedikit sekali sejarah yang bisa ane gali dari PO ini.
Saat merintis usaha jasa angkutan penumpang, PO Coyo awalnya melayani trayek jarak menengah dengan armada bus non AC. Waktu itu masih menggunakan AC alami, yang dikenal dengan istilah AC brobosan atau "Angin Cendelo" oleh masyarakat Jawa
Tak lama setelah berdiri, PO Coyo mulai melayani trayek di wilayah Pekalongan Selatan, tepatnya di daerah Kajen.
Dikutip dari grup Facebook Sejarah Transportasi, PO Coyo adalah pemegang izin trayek pertama untuk rute Pekalongan - Karangkobar (Banjarnegara), meskipun saat beroperasi hanya sampai kecamatan Kalibening. Di mana daerah ini merupakan perbatasan Pekalongan dan Banjarnegara. Waktu itu bus yang digunakan memiliki ciri khas moncong pada bodinya, yang terdapat engkol untuk menyalakan mesinnya. Kemungkinan bus yang dipakai adalah buatan Ford/Dodge.
PO Coyo melayani trayek Pekalongan - Kalibening cukup lama gan sist, sampai tahun 1970-an. Bahkan di trayek tersebut, PO Coyo sempat memakai armada big bus. Pada dekade 1980-an, Coyo tak lagi melayani rute menuju Kalibening, hanya mentok sampai Kajen via Wonopringgo. Pada tahun 1980-an, armada big bus diganti memakai armada bus medium, dan pada tahun 2014 Coyo menghentikan trayek menuju Kajen karena sepi penumpang

Nostalgia, armada bus medium milik PO Coyo di tahun 1980-an
Bus ini melayani rute Pekalongan - Kajen.

Armada bus medium Coyo trayek Pekalongan - Kajen yang teronggok di garasi, setelah trayek ini resmi berhenti tahun 2014
Foto: Sejarah Transportasi/Facebook
Setelah bertahan di trayek lokalan di sekitar Pekalongan, maka pada tahun 1982 PO Coyo membuat gebrakan yang berani. Yaitu dengan membuka trayek Tegal - Semarang dengan membuka kelas PATAS. Kenapa ane bilang berani ? Karena untuk trayek tersebut, PO Coyo memakai unit bus Mercedes Benz OF 1113, yang cukup ekslusif pada masanya. Selain itu, mereka juga melayani bus non AC di trayek tersebut.
Dengan memakai bodi buatan Laksana, yang punya ciri khas kaca samping datar, sistem geser serta dengan kaca melengkung dan memakai livery gradasi oranye cokelat. Dan ditambah fasilitas AC dan seat 2-2, strategi ini ternyata berhasil. Animo masyarakat Tegal ternyata cukup tinggi waktu itu gan sist untuk naik bus. Meski sebenarnya waktu itu ada jasa travel yang juga melayani trayek Tegal - Semarang, yakni Garuda dan Libra dengan memakai armada Mitsubishi T120. Tapi kebanyakan "Wong Tegal" waktu itu lebih suka naik bus Patas.
Memasuki akhir tahun 1980 dan memasuki tahun 1990, bus Mercedes Benz OF 1113 milik PO Coyo pun mulai diganti dengan armada bus buatan Jepang. Yupp, kita sekarang masuk era kejayaan bus Mitsubishi. Entah mengapa pada masa transisi dari tahun 1980 menuju tahun 1990, banyak perusahaan bus di Pulau Jawa yang memakai chassis bus buatan Mitsubishi. Tak terkecuali PO Coyo yang hampir memakai 80% produk bus Mitsubishi, mulai dari seri BM 117 L (mesin depan) dan RM 117 L (mesin belakang).
Tak lama setelah membuka trayek Patas Semarang - Tegal, Coyo melebarkan sayapnya sampai Cirebon. Dan menjadi salah satu bus yang jadi favorit di jalur Tegal - Cirebon, bahkan sampai sekarang mereka masih sukses bertahan di rute ini gan sist. Di zaman sepeda motor belum banyak berkeliaran di jalan, PO Coyo punya interval pemberangkatan setengah jam di jalur Tegal - Cirebon.

Mitsubishi Fuso, bodi buatan karoseri Trijaya Union.
Foto: Sejarah Transportasi/ Facebook
Pada tahun 1991, PO Coyo mulai melebarkan sayapnya menuju Jawa Timur. Mereka membuka trayek Malang - Surabaya - Cirebon, di trayek ini mereka pun cukup sukses dan sempat jadi idola gan sist. Di dukung dengan bodi bus terbaru, yakni Primisima buatan Laksana. Disusul bodi Panorama yang juga buatan Laksana di tahun 1994. Di era milenium, PO ini juga sempat menghadirkan layanan bus SE (Super Eksekutif) seat 2-1 di jalur Malang - Surabaya - Cirebon. Selain itu, Coyo juga pernah melayani bus Patas Jogja - Semarang, sayangnya trayek menuju Kota Pelajar ini tak bertahan lama.
Pada pertengahan tahun 1990-an, PO Coyo mulai memakai armada bus Hino. Mulai dari seri AK17, AK3H, AK1J (mesin depan) serta Hino RG (mesin belakang), bisa dibilang masa-masa 1980 sampai 1990-an adalah masa keemasan PO Coyo dan seluruh operator bus di Indonesia. Meski berhasil melewati masa sulit di tahun 1998, namun pada akhirnya trayek Malang - Cirebon sekarang sudah tidak jalan lagi gan sist, karena PO Coyo kalah saing dengan PO Ezri, Medali Mas dan Handoyo di trayek yang sama
PO Coyo sendiri termasuk jarang menjual armada busnya, meski punya banyak bus tua, mereka bisa dibilang sebagai salah satu PO yang cukup baik dalam merawat mesin-mesin bus keluaran lama. Bahkan sampai awal tahun 2000-an, mereka masih banyak mengoperasikan bus tua era 80/90-an, tentu ini prestasi yang membanggakan dari PO asli Kota Batik tersebut.

Hino AK3H ? (mesin depan), bodi buatan Laksana, sepertinya nama bodi ini Primisima. CMIIW.
Foto: @busklasik/Instagram

Bodi Panorama buatan Laksana, Hino RK-T.
Foto: Sejarah Transportasi/Facebook

Hino RG yang legendaris, bodi setra buatan Tri Sakti (CMIIW). BTW liverynya pesawat tempur gan sist, inilah Jetbus yang sesungguhnya
Foto: Ardi Kresna/Facebook
Tahun 2003, ketenangan PO Coyo mulai terusik dengan hadirnya PO asal Kudus, yakni Nusantara. Bisa dibilang inilah lawan tanding yang sepadan di kelas Patas. Sebenarnya sebelum ada nama Nusantara, ada nama PO Adi Mulya yang jadi saingan PO Coyo. Akan tetapi PO ini lebih dulu almarhum (bangkrut). Pasca membaiknya ekonomi Indonesia setelah kerusuhan Mei 1998. Nusantara mulai mencoba masuk di jalur Patas Semarang - Cirebon, bedanya mereka memulai perjalanan dari Kudus. Resminya PO Nusantara mengisi trayek Kudus - Semarang - Tegal - Cirebon.
Dengan jangkauan trayek yang lebih jauh, yakni sampai Kudus. Nusantara termasuk PO yang cukup sukses melayani segmen bus Patas, dengan mengandalkan armada bekas bus malam yang mengisi rute Jabodetabek, Nusantara adalah saingan yang tak bisa diremehkan. Bisa dibilang saat ini di jalur Semarang - Tegal - Cirebon adalah persaingan bus klasik, di mana ada PO Coyo yang masih PD dengan chasis lawas seperti Hyundai dan Hino RG.
Sementara Nusantara juga menggempur dengan chasis lawas tapi berkualitas, misalnya Scania K124IB dan Scania K114IB eks bus malam. Sekarang Nusantara juga mulai menggempur dengan armada Hino R260. Meski digempur habis-habisan, PO Coyo berhasil mempertahankan eksistensinya, masih jadi pilihan bagi penumpang di rute Tegal - Cirebon.

Nusantara, pendatang di jalur Semarang - Cirebon dengan unit lawas Scania K114IB

Pemain lama yang telaten merawat bus tua, masih bertahan di trayek Semarang - Cirebon.
Foto: Nostalgia Bus Indonesia/ Facebook
Dengan jumlah armada yang banyak, PO ini tidak punya ciri khas pada armadanya gan sist. Bicara soal livery (corak dan warna) bus, bisa dibilang mereka gado-gado. Salah satu livery yang terkenal dari PO ini adalah siluet gambar burung phoenix dengan background warna biru atau merah, livery ini biasa disebut sebagai livery phoenix. Ada juga yang memakai siluet gambar naga dengan background warna cokelat, putih, cream. Seperti di bawah ini contohnya.

Coyo dengan livery burung phoenix, background biru.
Foto: Sejarah Transportasi/Facebook

Coyo dengan livery burung phoenix, background merah.

Coyo dengan livery naga
Foto: Nostalgia Bus Indonesia/Facebook
Selain identik dengan livery phoenix, PO ini juga pernah memajang gambar jet tempur pada bodi busnya gan sist, yang paling ikonik tentu saja gambar mobil F1 pada bodi busnya. Mungkin mereka disponsori salah satu tim di F1, sehingga bisa memakai gambar mobil balap tersebut
Pada masanya livery mereka juga pernah memakai warna putih polos dengan tulisan Coyo, saat ini juga ada livery garis warna biru dan merah tanpa gambar.

Livery jet tempur

Livery warna biru yang langka.

Livery polosan.
Foto: Sejarah Transportasi/Facebook

Livery mobil balap F1
Foto: Reza Adinul Akbar/ Facebook
Entah mengapa beberapa unit bus Coyo di desain memakai pintu tengah, meskipun tidak banyak. Biasanya pintu di sisi kiri untuk bus patas, posisinya ada di belakang. Tapi Coyo justru memasangnya di tengah, biasanya yang memakai pintu tengah ini menggunakan chasis bus Hyundai buatan Korea Selatan. Konfigurasi pintu tengah ini mengingatkan ane dengan bus Trans Jakarta, hanya saja PO Coyo tidak berhenti di halte

Pintu tengah ? Entah memakai chasis apa ?

Bus Hyundai milik PO Coyo dengan pintu tengah.
Foto: Sejarah Transportasi/Facebook
Penggemar transportasi bus yang kerap disebut sebagai Bismania, awal kemunculannya berawal dari PO Coyo ini gan sist. Dimulai sekitar rentang tahun 2007, waktu itu ada salah satu penumpang bus yang naik PO Coyo, penumpang tersebut mengeluhkan desain interior (bodi bus) yang membuatnya tidak nyaman. Yaitu berupa lekukan kaca PO Coyo yang bentuknya terlalu persegi. Dalam sebuah tulisan di Milis Yahoo Groups, ia menceritakan pengalaman tersebut.
Dalam tulisannya, penumpang tersebut justru menyebut merk mesin dan bukannya merk bodi bus yang ia naiki. Diskusi pun mulai berjalan menarik, karena insiden salah sebut itu, hingga akhirnya mulai muncul komunitas penggemar bus di Indonesia. Bisa dibilang bus ini punya jasa besar, tak hanya di lingkup transportasi, tapi juga menginspirasi untuk membentuk komunitas bagi orang-orang yang suka naik bus

Berkat keluhan soal interior bus Coyo di dunia maya, pada akhirnya menginspirasi berdirinya Bismania di Indonesia.
Ilustrasi: ayonaikbis.com
Usut punya usut, ternyata owner alias pemilik PO Coyo yang sekarang lebih fokus mengurus usahanya di Kanda gan sist. Di Kanada sana, sang generasi ketiga penerus PO Coyo memiliki bisnis jasa angkutan ekspedisi. Kabarnya anak-anak pendiri PO Coyo berdomisili di Amerika, kebanyakan dari mereka tidak mau meneruskan usaha orang tuanya. Dengan alasan usaha bus saat ini sulit untuk balik modal, apalagi persaingan semakin keras dengan hadirnya jasa travel. Meski kabarnya saat ini salah satu anak pemilik PO Coyo mau meneruskan usaha keluarga ini, namun dia lebih memilih fokus pada bisnis di Kanada.
PO Coyo menjadi salah satu operator big bus buatan Korea Selatan ini di Indonesia, selain Coyo, tercatat ada nama Trans Jakarta, Eka, Karunia Bakti dan Shantika. Big bus ini bernama Hyundai Aerospace LD, dipasarkan mulai tahun 2006-2012. Di Indonesia, untuk perakitan chasis dan bodi bus, dilakukan oleh karoseri Korindo Group, yang bermarkas di Balaraja, Tangerang.
Bentuk bodi bus karoseri Korindo bisa dibilang tak ada yang menyamai waktu itu, karena Hyundai meminta bentuk bodinya sesuai bentuk bodi bus yang beredar di Korsel, Filipina dan Kamboja. PO Coyo salah satu yang cukup banyak memakai bus asal Korsel ini, meskipun beberapa PO sudah menghentikan operasional bus tersebut.

Hyundai Aerospace LD, bodi buatan karoseri Korindo.
Foto: Sejarah Transportasi/Facebook
Pada saat ini kebanyakan bus Coyo memakai bodi buatan karoseri Laksana dan Karoseri Tri Sakti, salah satu bodi buatan Tri Sakti yang banyak digunakan Coyo adalah bodi bernama Ultima. Sementara dari Laksana, Coyo lumayan komplit jenis bodinya. Mulai dari bodi Old Legacy dan Legacy Sky.
Mengikuti tren bus bertopi, PO Coyo juga memakai bodi bus Infinity HD Deluxe buatan karoseri Tri Sakti (Magelang) dan Legacy Sky SR 2 buatan karoseri Laksana (Ungaran). Sebagai PO asli Jawa Tengah, untuk urusan bodi, kini mereka mempercayakannya kepada dua karoseri tersebut. Berikut ini beberapa bodi bus yang dipakai PO Coyo saat ini.

Bodi Infinity HD Deluxe buatan karoseri Tri Sakti.
Ilustrasi: jadwalbis.com

Bodi Ultima buatan karoseri Tri Sakti.
Foto: Piskan Instiawan/Facebook

Bodi Ultima 2 buatan karoseri Tri Sakti.
Foto: ciptonesia.wordprress.com

Hino RG, bodi Titan buatan karoseri Tri Sakti.
Foto: Fahriza Dwika Rahman/Facebook

Hino RK8, bodi Old Legacy buatan karoseri Laksana.
Foto: Muhammad Yasir/Facebook

Bodi Legacy Sky SR1 buatan karoseri Laksana.
Foto: Sejarah Transportasi/Facebook

Bodi Legacy Sky SR2 buatan karoseri Laksana.
Foto: Laksanabus/Facebook

Mitsubishi RM 117 L.
Foto: Haidar/Facebook

Hyundai Aerospace LD, bodi buatan karoseri Korindo.

Salah satu armada Mercy PO Coyo yang masih tersisa.
Foto: Sejarah Transportasi/Facebook
Meski saat ini masih aktif melayani trayek Semarang - Tegal - Cirebon, tapi kebanyakan armada bus Coyo belum melakukan peremajaan. Artinya mereka masih banyak memakai unit bus lawas, sementara kompetitor di jalurnya mulai menghadirkan bus-bus baru. Sejauh ini mereka juga belum menerapkan online ticketing, artinya tidak bisa menjangkau generasi milenial. Hal ini kemungkinan yang membuat mereka tersingkir dari jalur Malang - Cirebon.
Sang legenda kini menghadapi dilema, jika membeli unit bis baru, maka setoran kru akan naik dua kali lipat. Sementara jika masih memakai bus lawas, setoran memang tidak tinggi, akan tetapi mau sampai kapan bus tua itu dipertahankan ? Bukankah setiap kendaraan punya batasan usia ? Rusak di tengah jalan adalah salah satu resiko memakai armada tua, meski dirawat dengan baik. Namun, namanya barang tua pasti akan ada saatnya rewel dan bermasalah.
Komitmen untuk tidak menjual armada bus mereka juga patut dipertanyakan, seharusnya dari dulu mereka menjual beberapa unit bus untuk tambahan modal membeli bus baru. Dan kini PO Coyo hanya menyisakan trayek bus Patas Semarang - Tegal - Cirebon. Zaman pun sudah banyak berubah, PO Coyo kini justru "Loyo", cerita masa jaya itu hanya ada di masa lalu. Akankah PO Coyo bisa bertahan menghadapi perubahan zaman ?
Demikian ulasan panjang mengenai sejarah bus asal Kota Batik ini, semoga apa yang ane tulis bisa bermanfaat bagi agan dan sista. Sampai jumpa
Kembali ke intinya inti dari thread kali ini, izinkan ane perkenalkan pada agan dan sista PO Coyo.Namanya cukup singkat gan sist, terdiri dari 4 huruf saja. Kira-kira ada yang pernah dengar atau mungkin pernah naik PO ini ? Jangan lupa nanti berkomentar di bawah ya. Bus ini sebenarnya punya banyak garasi yang tersebar dibeberapa kota di Jawa Tengah. Salah satu garasi dan kantor pusatnya berada di Kota Semarang, tepatnya di Jl. Siliwangi No. 496, Kalibanteng Kulon, Kecamatan Semarang Barat.
Awalnya ane sempat mengira bus ini berasal dari Kota Semarang, tapi setelah membaca sekilas sejarahnya di Grup Facebook Sejarah Transportasi, ternyata bus ini berasal dari Kota Pekalongan. Di kota tersebut juga terdapat garasi dari PO Coyo, hanya saja ane tidak tahu alamatnya, mungkin gan sist yang tinggal di Pekalongan bisa menambahkan di kolom komentar.

Bodi Ultima buatan karoseri Tri Sakti, kemungkinan memakai chasis Hino R260. CMIIW
Foto: @alfipring/Twitter
Bus satu ini memang paling sering terlihat wara-wiri dan memulai perjalanan dari Semarang, maka tak heran jika ane mengira Coyo adalah bus asli Semarang

Berdasarkan beberapa sumber grup Bismania di Facebook, salah satu anak pemilik bus ini bernama Budi Tjojo. Nah, kemungkinan asal nama Coyo ini bisa dibilang berasal dari nama marga keluarga, yaitu "Tjojo". Pada dekade 1950-an, Indonesia masih memakai ejaan peninggalan Belanda, dan dulu PO Coyo masih bernama Tjojo. Kemudian pada perkembangannya, nama tersebut berubah menjadi Coyo. Mohon koreksinya kalau salah gan sist, karena sedikit sekali sejarah yang bisa ane gali dari PO ini.
Saat merintis usaha jasa angkutan penumpang, PO Coyo awalnya melayani trayek jarak menengah dengan armada bus non AC. Waktu itu masih menggunakan AC alami, yang dikenal dengan istilah AC brobosan atau "Angin Cendelo" oleh masyarakat Jawa

Dikutip dari grup Facebook Sejarah Transportasi, PO Coyo adalah pemegang izin trayek pertama untuk rute Pekalongan - Karangkobar (Banjarnegara), meskipun saat beroperasi hanya sampai kecamatan Kalibening. Di mana daerah ini merupakan perbatasan Pekalongan dan Banjarnegara. Waktu itu bus yang digunakan memiliki ciri khas moncong pada bodinya, yang terdapat engkol untuk menyalakan mesinnya. Kemungkinan bus yang dipakai adalah buatan Ford/Dodge.
PO Coyo melayani trayek Pekalongan - Kalibening cukup lama gan sist, sampai tahun 1970-an. Bahkan di trayek tersebut, PO Coyo sempat memakai armada big bus. Pada dekade 1980-an, Coyo tak lagi melayani rute menuju Kalibening, hanya mentok sampai Kajen via Wonopringgo. Pada tahun 1980-an, armada big bus diganti memakai armada bus medium, dan pada tahun 2014 Coyo menghentikan trayek menuju Kajen karena sepi penumpang


Nostalgia, armada bus medium milik PO Coyo di tahun 1980-an


Armada bus medium Coyo trayek Pekalongan - Kajen yang teronggok di garasi, setelah trayek ini resmi berhenti tahun 2014

Foto: Sejarah Transportasi/Facebook
Setelah bertahan di trayek lokalan di sekitar Pekalongan, maka pada tahun 1982 PO Coyo membuat gebrakan yang berani. Yaitu dengan membuka trayek Tegal - Semarang dengan membuka kelas PATAS. Kenapa ane bilang berani ? Karena untuk trayek tersebut, PO Coyo memakai unit bus Mercedes Benz OF 1113, yang cukup ekslusif pada masanya. Selain itu, mereka juga melayani bus non AC di trayek tersebut.
Dengan memakai bodi buatan Laksana, yang punya ciri khas kaca samping datar, sistem geser serta dengan kaca melengkung dan memakai livery gradasi oranye cokelat. Dan ditambah fasilitas AC dan seat 2-2, strategi ini ternyata berhasil. Animo masyarakat Tegal ternyata cukup tinggi waktu itu gan sist untuk naik bus. Meski sebenarnya waktu itu ada jasa travel yang juga melayani trayek Tegal - Semarang, yakni Garuda dan Libra dengan memakai armada Mitsubishi T120. Tapi kebanyakan "Wong Tegal" waktu itu lebih suka naik bus Patas.
Memasuki akhir tahun 1980 dan memasuki tahun 1990, bus Mercedes Benz OF 1113 milik PO Coyo pun mulai diganti dengan armada bus buatan Jepang. Yupp, kita sekarang masuk era kejayaan bus Mitsubishi. Entah mengapa pada masa transisi dari tahun 1980 menuju tahun 1990, banyak perusahaan bus di Pulau Jawa yang memakai chassis bus buatan Mitsubishi. Tak terkecuali PO Coyo yang hampir memakai 80% produk bus Mitsubishi, mulai dari seri BM 117 L (mesin depan) dan RM 117 L (mesin belakang).
Tak lama setelah membuka trayek Patas Semarang - Tegal, Coyo melebarkan sayapnya sampai Cirebon. Dan menjadi salah satu bus yang jadi favorit di jalur Tegal - Cirebon, bahkan sampai sekarang mereka masih sukses bertahan di rute ini gan sist. Di zaman sepeda motor belum banyak berkeliaran di jalan, PO Coyo punya interval pemberangkatan setengah jam di jalur Tegal - Cirebon.

Mitsubishi Fuso, bodi buatan karoseri Trijaya Union.
Foto: Sejarah Transportasi/ Facebook
Membuka Trayek Malang - Surabaya - Cirebon Tahun 1991
Pada tahun 1991, PO Coyo mulai melebarkan sayapnya menuju Jawa Timur. Mereka membuka trayek Malang - Surabaya - Cirebon, di trayek ini mereka pun cukup sukses dan sempat jadi idola gan sist. Di dukung dengan bodi bus terbaru, yakni Primisima buatan Laksana. Disusul bodi Panorama yang juga buatan Laksana di tahun 1994. Di era milenium, PO ini juga sempat menghadirkan layanan bus SE (Super Eksekutif) seat 2-1 di jalur Malang - Surabaya - Cirebon. Selain itu, Coyo juga pernah melayani bus Patas Jogja - Semarang, sayangnya trayek menuju Kota Pelajar ini tak bertahan lama.
Pada pertengahan tahun 1990-an, PO Coyo mulai memakai armada bus Hino. Mulai dari seri AK17, AK3H, AK1J (mesin depan) serta Hino RG (mesin belakang), bisa dibilang masa-masa 1980 sampai 1990-an adalah masa keemasan PO Coyo dan seluruh operator bus di Indonesia. Meski berhasil melewati masa sulit di tahun 1998, namun pada akhirnya trayek Malang - Cirebon sekarang sudah tidak jalan lagi gan sist, karena PO Coyo kalah saing dengan PO Ezri, Medali Mas dan Handoyo di trayek yang sama

PO Coyo sendiri termasuk jarang menjual armada busnya, meski punya banyak bus tua, mereka bisa dibilang sebagai salah satu PO yang cukup baik dalam merawat mesin-mesin bus keluaran lama. Bahkan sampai awal tahun 2000-an, mereka masih banyak mengoperasikan bus tua era 80/90-an, tentu ini prestasi yang membanggakan dari PO asli Kota Batik tersebut.

Hino AK3H ? (mesin depan), bodi buatan Laksana, sepertinya nama bodi ini Primisima. CMIIW.
Foto: @busklasik/Instagram

Bodi Panorama buatan Laksana, Hino RK-T.
Foto: Sejarah Transportasi/Facebook

Hino RG yang legendaris, bodi setra buatan Tri Sakti (CMIIW). BTW liverynya pesawat tempur gan sist, inilah Jetbus yang sesungguhnya

Foto: Ardi Kresna/Facebook
Masuknya PO Nusantara di Segmen Bus Patas Semarang - Tegal - Cirebon
Tahun 2003, ketenangan PO Coyo mulai terusik dengan hadirnya PO asal Kudus, yakni Nusantara. Bisa dibilang inilah lawan tanding yang sepadan di kelas Patas. Sebenarnya sebelum ada nama Nusantara, ada nama PO Adi Mulya yang jadi saingan PO Coyo. Akan tetapi PO ini lebih dulu almarhum (bangkrut). Pasca membaiknya ekonomi Indonesia setelah kerusuhan Mei 1998. Nusantara mulai mencoba masuk di jalur Patas Semarang - Cirebon, bedanya mereka memulai perjalanan dari Kudus. Resminya PO Nusantara mengisi trayek Kudus - Semarang - Tegal - Cirebon.
Dengan jangkauan trayek yang lebih jauh, yakni sampai Kudus. Nusantara termasuk PO yang cukup sukses melayani segmen bus Patas, dengan mengandalkan armada bekas bus malam yang mengisi rute Jabodetabek, Nusantara adalah saingan yang tak bisa diremehkan. Bisa dibilang saat ini di jalur Semarang - Tegal - Cirebon adalah persaingan bus klasik, di mana ada PO Coyo yang masih PD dengan chasis lawas seperti Hyundai dan Hino RG.
Sementara Nusantara juga menggempur dengan chasis lawas tapi berkualitas, misalnya Scania K124IB dan Scania K114IB eks bus malam. Sekarang Nusantara juga mulai menggempur dengan armada Hino R260. Meski digempur habis-habisan, PO Coyo berhasil mempertahankan eksistensinya, masih jadi pilihan bagi penumpang di rute Tegal - Cirebon.

Nusantara, pendatang di jalur Semarang - Cirebon dengan unit lawas Scania K114IB


Pemain lama yang telaten merawat bus tua, masih bertahan di trayek Semarang - Cirebon.
Foto: Nostalgia Bus Indonesia/ Facebook
Hal-hal menarik dari PO Coyo
1. Tidak punya livery yang tetap
Dengan jumlah armada yang banyak, PO ini tidak punya ciri khas pada armadanya gan sist. Bicara soal livery (corak dan warna) bus, bisa dibilang mereka gado-gado. Salah satu livery yang terkenal dari PO ini adalah siluet gambar burung phoenix dengan background warna biru atau merah, livery ini biasa disebut sebagai livery phoenix. Ada juga yang memakai siluet gambar naga dengan background warna cokelat, putih, cream. Seperti di bawah ini contohnya.

Coyo dengan livery burung phoenix, background biru.
Foto: Sejarah Transportasi/Facebook

Coyo dengan livery burung phoenix, background merah.

Coyo dengan livery naga

Foto: Nostalgia Bus Indonesia/Facebook
Selain identik dengan livery phoenix, PO ini juga pernah memajang gambar jet tempur pada bodi busnya gan sist, yang paling ikonik tentu saja gambar mobil F1 pada bodi busnya. Mungkin mereka disponsori salah satu tim di F1, sehingga bisa memakai gambar mobil balap tersebut


Livery jet tempur


Livery warna biru yang langka.

Livery polosan.
Foto: Sejarah Transportasi/Facebook

Livery mobil balap F1

Foto: Reza Adinul Akbar/ Facebook
2. Suka dengan desain pintu tengah ?
Entah mengapa beberapa unit bus Coyo di desain memakai pintu tengah, meskipun tidak banyak. Biasanya pintu di sisi kiri untuk bus patas, posisinya ada di belakang. Tapi Coyo justru memasangnya di tengah, biasanya yang memakai pintu tengah ini menggunakan chasis bus Hyundai buatan Korea Selatan. Konfigurasi pintu tengah ini mengingatkan ane dengan bus Trans Jakarta, hanya saja PO Coyo tidak berhenti di halte


Pintu tengah ? Entah memakai chasis apa ?

Bus Hyundai milik PO Coyo dengan pintu tengah.
Foto: Sejarah Transportasi/Facebook
3. PO yang mengawali berdirinya komunitas Bismania
Penggemar transportasi bus yang kerap disebut sebagai Bismania, awal kemunculannya berawal dari PO Coyo ini gan sist. Dimulai sekitar rentang tahun 2007, waktu itu ada salah satu penumpang bus yang naik PO Coyo, penumpang tersebut mengeluhkan desain interior (bodi bus) yang membuatnya tidak nyaman. Yaitu berupa lekukan kaca PO Coyo yang bentuknya terlalu persegi. Dalam sebuah tulisan di Milis Yahoo Groups, ia menceritakan pengalaman tersebut.
Dalam tulisannya, penumpang tersebut justru menyebut merk mesin dan bukannya merk bodi bus yang ia naiki. Diskusi pun mulai berjalan menarik, karena insiden salah sebut itu, hingga akhirnya mulai muncul komunitas penggemar bus di Indonesia. Bisa dibilang bus ini punya jasa besar, tak hanya di lingkup transportasi, tapi juga menginspirasi untuk membentuk komunitas bagi orang-orang yang suka naik bus


Berkat keluhan soal interior bus Coyo di dunia maya, pada akhirnya menginspirasi berdirinya Bismania di Indonesia.
Ilustrasi: ayonaikbis.com
4. Punya usaha di Kanada ?
Usut punya usut, ternyata owner alias pemilik PO Coyo yang sekarang lebih fokus mengurus usahanya di Kanda gan sist. Di Kanada sana, sang generasi ketiga penerus PO Coyo memiliki bisnis jasa angkutan ekspedisi. Kabarnya anak-anak pendiri PO Coyo berdomisili di Amerika, kebanyakan dari mereka tidak mau meneruskan usaha orang tuanya. Dengan alasan usaha bus saat ini sulit untuk balik modal, apalagi persaingan semakin keras dengan hadirnya jasa travel. Meski kabarnya saat ini salah satu anak pemilik PO Coyo mau meneruskan usaha keluarga ini, namun dia lebih memilih fokus pada bisnis di Kanada.
4. Pengguna bus Hyundai di Indonesia
PO Coyo menjadi salah satu operator big bus buatan Korea Selatan ini di Indonesia, selain Coyo, tercatat ada nama Trans Jakarta, Eka, Karunia Bakti dan Shantika. Big bus ini bernama Hyundai Aerospace LD, dipasarkan mulai tahun 2006-2012. Di Indonesia, untuk perakitan chasis dan bodi bus, dilakukan oleh karoseri Korindo Group, yang bermarkas di Balaraja, Tangerang.
Bentuk bodi bus karoseri Korindo bisa dibilang tak ada yang menyamai waktu itu, karena Hyundai meminta bentuk bodinya sesuai bentuk bodi bus yang beredar di Korsel, Filipina dan Kamboja. PO Coyo salah satu yang cukup banyak memakai bus asal Korsel ini, meskipun beberapa PO sudah menghentikan operasional bus tersebut.

Hyundai Aerospace LD, bodi buatan karoseri Korindo.
Foto: Sejarah Transportasi/Facebook
Banyak Memakai Bodi Bus Buatan Tri Sakti dan Laksana
Pada saat ini kebanyakan bus Coyo memakai bodi buatan karoseri Laksana dan Karoseri Tri Sakti, salah satu bodi buatan Tri Sakti yang banyak digunakan Coyo adalah bodi bernama Ultima. Sementara dari Laksana, Coyo lumayan komplit jenis bodinya. Mulai dari bodi Old Legacy dan Legacy Sky.
Mengikuti tren bus bertopi, PO Coyo juga memakai bodi bus Infinity HD Deluxe buatan karoseri Tri Sakti (Magelang) dan Legacy Sky SR 2 buatan karoseri Laksana (Ungaran). Sebagai PO asli Jawa Tengah, untuk urusan bodi, kini mereka mempercayakannya kepada dua karoseri tersebut. Berikut ini beberapa bodi bus yang dipakai PO Coyo saat ini.

Bodi Infinity HD Deluxe buatan karoseri Tri Sakti.
Ilustrasi: jadwalbis.com

Bodi Ultima buatan karoseri Tri Sakti.
Foto: Piskan Instiawan/Facebook

Bodi Ultima 2 buatan karoseri Tri Sakti.
Foto: ciptonesia.wordprress.com

Hino RG, bodi Titan buatan karoseri Tri Sakti.
Foto: Fahriza Dwika Rahman/Facebook

Hino RK8, bodi Old Legacy buatan karoseri Laksana.
Foto: Muhammad Yasir/Facebook

Bodi Legacy Sky SR1 buatan karoseri Laksana.
Foto: Sejarah Transportasi/Facebook

Bodi Legacy Sky SR2 buatan karoseri Laksana.
Foto: Laksanabus/Facebook

Mitsubishi RM 117 L.
Foto: Haidar/Facebook

Hyundai Aerospace LD, bodi buatan karoseri Korindo.

Salah satu armada Mercy PO Coyo yang masih tersisa.
Foto: Sejarah Transportasi/Facebook
Dilema Sang Legenda
Meski saat ini masih aktif melayani trayek Semarang - Tegal - Cirebon, tapi kebanyakan armada bus Coyo belum melakukan peremajaan. Artinya mereka masih banyak memakai unit bus lawas, sementara kompetitor di jalurnya mulai menghadirkan bus-bus baru. Sejauh ini mereka juga belum menerapkan online ticketing, artinya tidak bisa menjangkau generasi milenial. Hal ini kemungkinan yang membuat mereka tersingkir dari jalur Malang - Cirebon.
Sang legenda kini menghadapi dilema, jika membeli unit bis baru, maka setoran kru akan naik dua kali lipat. Sementara jika masih memakai bus lawas, setoran memang tidak tinggi, akan tetapi mau sampai kapan bus tua itu dipertahankan ? Bukankah setiap kendaraan punya batasan usia ? Rusak di tengah jalan adalah salah satu resiko memakai armada tua, meski dirawat dengan baik. Namun, namanya barang tua pasti akan ada saatnya rewel dan bermasalah.
Komitmen untuk tidak menjual armada bus mereka juga patut dipertanyakan, seharusnya dari dulu mereka menjual beberapa unit bus untuk tambahan modal membeli bus baru. Dan kini PO Coyo hanya menyisakan trayek bus Patas Semarang - Tegal - Cirebon. Zaman pun sudah banyak berubah, PO Coyo kini justru "Loyo", cerita masa jaya itu hanya ada di masa lalu. Akankah PO Coyo bisa bertahan menghadapi perubahan zaman ?
-------
Demikian ulasan panjang mengenai sejarah bus asal Kota Batik ini, semoga apa yang ane tulis bisa bermanfaat bagi agan dan sista. Sampai jumpa

Diubah oleh si.matamalaikat 21-07-2021 12:49






Nikita41 dan 24 lainnya memberi reputasi
25
9.8K
51


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan