- Beranda
- Komunitas
- News
- Sejarah & Xenology
Maria Madgalena, tokoh yang sering disalahpahamkan sepanjang sejarah


TS
dragonroar
Maria Madgalena, tokoh yang sering disalahpahamkan sepanjang sejarah
Quote:
Jati diri yang sebenarnya

Maria Magdalena adalah seorang perempuan Yahudi pengikut Yesus yang ikut serta dalam pewartaan-pewartaan Yesus, dan pada kemudian hari menjadi saksi mata peristiwa penyaliban, penguburan, dan kebangkitan Yesus.
Mungkin sekali sebutan "Magdalena" (bahasa Yunani: ἡ Μαγδαληνή, hē Magdalēnē; harfiah: "Si Orang Magdala") dilekatkan pada namanya karena ia berasal dari Magdala, kota kecil di pesisir barat Danau Galilea, yang pada Abad Kuno dikenal sebagai sebuah perkampungan nelayan.

Reruntuhan kota Magdala, kampung halaman Maria Magdalena, difoto sekitar tahun 1900

"Maria" adalah nama yang paling sering diberikan kepada anak-anak perempuan Yahudi pada abad pertama tarikh Masehi, sehingga para penulis injil merasa perlu menambahkan sebutan "Magdalena" guna membedakannya dari perempuan-perempuan pengikut Yesus lainnya yang juga bernama Maria. Injil Markus, injil yang paling tua, tidak menyebut-nyebut Maria Magdalena sebelum peristiwa penyaliban Yesus, tetapi Injil Lukas menyajikan keterangan ringkas mengenai peran sertanya dalam pewartaan Yesus.

Pertobatan Maria Magdalena (ca. 1548) karya Paolo Veronese. Menurut Injil Lukas (Lukas 8:2), Yesus mengusir "tujuh roh jahat" dari dalam diri Maria Magdalena.
Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia, dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat, Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka.
— Lukas 8:1–3
Keempat injil kanonik sepakat bahwa Maria Magdalena, bersama-sama sejumlah perempuan lain, menyaksikan peristiwa penyaliban Yesus. Menurut Markus 15:40, para saksi mata adalah Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus, dan Salome. Sementara itu, berdasarkan Matius 27:55–56, para saksi mata adalah Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Yusuf, dan ibu anak-anak Zebedeus yang tidak disebutkan namanya (mungkin sama dengan perempuan yang bernama Salome dalam Injil Markus). Lukas 23:49 mengisahkan tentang sekelompok perempuan yang menyaksikan peristiwa penyaliban Yesus, tetapi tidak menyebutkan nama-nama mereka. Menurut Yohanes 19:25, para saksi mata peristiwa penyaliban Yesus adalah Maria ibu Yesus beserta sanaknya, Maria istri Klopas, dan Maria Magdalena.

Penurunan Jenazah (1507) karya Raffaello, menampilkan sosok Maria Magdalena dalam suasana berduka, berambut pirang kemerah-merahan, berbusana mewah, dan menggenggam tangan jenazah Yesus selagi diantar ke liang lahat
Keempat injil kanonik maupun Injil Petrus yang apokrif sama-sama meriwayatkan bahwa jenazah Yesus diturunkan dari salib dan dikuburkan oleh seorang lelaki bernama Yusuf dari Arimatea. Menurut Markus 15:47, Maria Magdalena dan Maria ibu Yoses adalah saksi-saksi mata peristiwa penguburan Yesus., sementara berdasarkan Matius 27:61, saksi-saksi mata peristiwa itu adalah Maria Magdalena dan "Maria yang lain". Menurut Lukas 23:55, saksi-saksi mata penguburan Yesus adalah "perempuan-perempuan yang datang bersama-sama dengan Yesus dari Galilea", tetapi tidak menyebutkan nama-nama mereka. Yohanes 19:39–42 tidak meriwayatkan kehadiran saksi mata perempuan ketika Yusuf dari Arimatea menguburkan jenazah Yesus, dan malah meriwayatkan kehadiran Nikodemus, seorang alim Farisi yang diriwayatkan pernah bertukar pikiran dengan Yesus dalam Injil Yohanes.
Dalam Markus 16:1–8, yakni riwayat tertua mengenai kubur kosong, Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus, dan Salome pergi ke kubur selepas fajar, satu setengah hari sesudah penguburan jenazah Yesus, dan mendapati bahwa batu penyumbat sudah tergelinding dari liang kubur. Mereka masuk ke liang kubur dan bertemu dengan seorang pemuda berjubah putih, yang mewartakan kepada mereka bahwa Yesus sudah bangkit dari maut serta menyuruh mereka mengabari murid-murid lelaki bahwa Yesus akan menjumpai mereka di Galilea. Perempuan-perempuan itu malah lari dari kubur dan tidak mengabari siapa pun karena terlampau ketakutan. Riwayat injil mula-mula berakhir sampai di sini, tanpa kisah penampakan Yesus sama sekali.
Menurut Matius 28:1–10, perempuan-perempuan yang pergi ke kubur Yesus adalah Maria Magdalena dan "Maria yang lain". Bumi berguncang dan sesosok malaikat berjubah putih turun dari langit, lalu menggelindingkan batu penyumbat dari liang kubur di depan mata mereka. Malaikat itu mengabarkan bahwa Yesus sudah bangkit dari maut. Yesus sendiri kemudian menampakkan diri pada perempuan-perempuan itu selagi mereka bergegas meninggalkan kubur, lalu menyuruh mereka mengabari murid-murid lain bahwa ia akan menjumpai mereka di Galilea. Menurut Lukas 24:1–12, sekelompok perempuan, yang tidak disebutkan namanya, pergi ke kubur dan mendapati batu penyumbat sudah tergelinding dari liang kubur, sama seperti yang diriwayatkan dalam Injil Markus. Mereka masuk ke liang kubur dan berjumpa dengan dua orang pemuda berjubah putih yang memberitahukan bahwa Yesus sudah bangkit dari maut. Selanjutnya mereka bergegas memberitahukan kejadian itu kepada sebelas rasul yang tersisa, tetapi pemberitahuan mereka tidak diindahkan karena dianggap sebagai omong kosong belaka. Dalam Injil Lukas, Yesus diriwayatkan menampakkan diri untuk pertama kalinya bukan kepada perempuan-perempuan yang pergi ke kubur, melainkan kepada Kleopas dan seorang "murid lain" yang tidak disebutkan namanya, di jalan ke Emaus. Injil Lukas juga tidak meriwayatkan bahwa perempuan-perempuan itu disuruh mengabari murid-murid Yesus untuk kembali ke Galilea, dan justru meriwayatkan bahwa Yesus menyuruh murid-muridnya tetap tinggal di daerah sekitar Yerusalem, alih-alih menyuruh mereka pulang ke Galilea.

Perempuan-Perempuan Kudus di Kubur Kristus (ca. 1590-an) karya Annibale Carracci. Dalam Matius 28:1–10, Maria Magdalena dan "Maria yang lain" diriwayatkan berjumpa dengan malaikat di kubur Yesus, yang mewartakan bahwa Kristus sudah bangkit.
Peran Maria Magdalena dalam peristiwa kebangkitan Yesus sangat ditonjolkan dalam Injil Yohanes. Menurut Yohanes 20:1–10, Maria Magdalena pergi ke kubur Yesus seorang diri ketika hari masih gelap, dan mendapati bahwa batu penyumbat sudah tergelinding dari pintu kubur. Ia tidak bertemu dengan siapa pun, tetapi langsung bergegas memberi tahu Petrus dan "murid yang dikasihi Yesus". Kedua murid ini kemudian pergi menengok kubur Yesus bersama Maria Magdalena, dan memastikan bahwa tempat itu memang sudah kosong, tetapi keduanya kemudian pulang tanpa bertemu dengan Yesus yang sudah bangkit.

Yesus Menampakkan Diri kepada Maria Magdalena (1835) karya Alexander Andreyevich Ivanov. Menurut Yohanes 20:1–13, Maria Magdalena seorang diri bertemu dengan Yesus pascakebangkitannya, dan Yesus berkata "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa."
Menurut Yohanes 20:11–18, Maria Magdalena, yang tetap tinggal seorang diri di taman pekarangan kubur, melihat dua sosok malaikat duduk di bekas tempat jenazah Yesus dibujurkan. Yesus kemudian menampakkan diri kepadanya. Mula-mula ia menyangka bahwa Yesus adalah pengurus taman, tetapi sesudah mendengar Yesus menyebut namanya, ia mengenali Yesus dan berseru "rabuni!" (kata Aram yang berarti "guruku"). Ia hendak menyentuh Yesus, tetapi Yesus berkata kepadanya, "janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa." Yesus kemudian menyuruhnya memberitakan kabar baik kebangkitannya kepada para rasul. Dengan demikian Injil Yohanes menampilkan Maria Magdalena sebagai rasul perdana, yakni rasul yang diutus kepada para rasul.

Maria Magdalena adalah seorang perempuan Yahudi pengikut Yesus yang ikut serta dalam pewartaan-pewartaan Yesus, dan pada kemudian hari menjadi saksi mata peristiwa penyaliban, penguburan, dan kebangkitan Yesus.
Mungkin sekali sebutan "Magdalena" (bahasa Yunani: ἡ Μαγδαληνή, hē Magdalēnē; harfiah: "Si Orang Magdala") dilekatkan pada namanya karena ia berasal dari Magdala, kota kecil di pesisir barat Danau Galilea, yang pada Abad Kuno dikenal sebagai sebuah perkampungan nelayan.

Reruntuhan kota Magdala, kampung halaman Maria Magdalena, difoto sekitar tahun 1900

"Maria" adalah nama yang paling sering diberikan kepada anak-anak perempuan Yahudi pada abad pertama tarikh Masehi, sehingga para penulis injil merasa perlu menambahkan sebutan "Magdalena" guna membedakannya dari perempuan-perempuan pengikut Yesus lainnya yang juga bernama Maria. Injil Markus, injil yang paling tua, tidak menyebut-nyebut Maria Magdalena sebelum peristiwa penyaliban Yesus, tetapi Injil Lukas menyajikan keterangan ringkas mengenai peran sertanya dalam pewartaan Yesus.

Pertobatan Maria Magdalena (ca. 1548) karya Paolo Veronese. Menurut Injil Lukas (Lukas 8:2), Yesus mengusir "tujuh roh jahat" dari dalam diri Maria Magdalena.
Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia, dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat, Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka.
— Lukas 8:1–3
Keempat injil kanonik sepakat bahwa Maria Magdalena, bersama-sama sejumlah perempuan lain, menyaksikan peristiwa penyaliban Yesus. Menurut Markus 15:40, para saksi mata adalah Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus, dan Salome. Sementara itu, berdasarkan Matius 27:55–56, para saksi mata adalah Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Yusuf, dan ibu anak-anak Zebedeus yang tidak disebutkan namanya (mungkin sama dengan perempuan yang bernama Salome dalam Injil Markus). Lukas 23:49 mengisahkan tentang sekelompok perempuan yang menyaksikan peristiwa penyaliban Yesus, tetapi tidak menyebutkan nama-nama mereka. Menurut Yohanes 19:25, para saksi mata peristiwa penyaliban Yesus adalah Maria ibu Yesus beserta sanaknya, Maria istri Klopas, dan Maria Magdalena.

Penurunan Jenazah (1507) karya Raffaello, menampilkan sosok Maria Magdalena dalam suasana berduka, berambut pirang kemerah-merahan, berbusana mewah, dan menggenggam tangan jenazah Yesus selagi diantar ke liang lahat
Keempat injil kanonik maupun Injil Petrus yang apokrif sama-sama meriwayatkan bahwa jenazah Yesus diturunkan dari salib dan dikuburkan oleh seorang lelaki bernama Yusuf dari Arimatea. Menurut Markus 15:47, Maria Magdalena dan Maria ibu Yoses adalah saksi-saksi mata peristiwa penguburan Yesus., sementara berdasarkan Matius 27:61, saksi-saksi mata peristiwa itu adalah Maria Magdalena dan "Maria yang lain". Menurut Lukas 23:55, saksi-saksi mata penguburan Yesus adalah "perempuan-perempuan yang datang bersama-sama dengan Yesus dari Galilea", tetapi tidak menyebutkan nama-nama mereka. Yohanes 19:39–42 tidak meriwayatkan kehadiran saksi mata perempuan ketika Yusuf dari Arimatea menguburkan jenazah Yesus, dan malah meriwayatkan kehadiran Nikodemus, seorang alim Farisi yang diriwayatkan pernah bertukar pikiran dengan Yesus dalam Injil Yohanes.
Dalam Markus 16:1–8, yakni riwayat tertua mengenai kubur kosong, Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus, dan Salome pergi ke kubur selepas fajar, satu setengah hari sesudah penguburan jenazah Yesus, dan mendapati bahwa batu penyumbat sudah tergelinding dari liang kubur. Mereka masuk ke liang kubur dan bertemu dengan seorang pemuda berjubah putih, yang mewartakan kepada mereka bahwa Yesus sudah bangkit dari maut serta menyuruh mereka mengabari murid-murid lelaki bahwa Yesus akan menjumpai mereka di Galilea. Perempuan-perempuan itu malah lari dari kubur dan tidak mengabari siapa pun karena terlampau ketakutan. Riwayat injil mula-mula berakhir sampai di sini, tanpa kisah penampakan Yesus sama sekali.
Menurut Matius 28:1–10, perempuan-perempuan yang pergi ke kubur Yesus adalah Maria Magdalena dan "Maria yang lain". Bumi berguncang dan sesosok malaikat berjubah putih turun dari langit, lalu menggelindingkan batu penyumbat dari liang kubur di depan mata mereka. Malaikat itu mengabarkan bahwa Yesus sudah bangkit dari maut. Yesus sendiri kemudian menampakkan diri pada perempuan-perempuan itu selagi mereka bergegas meninggalkan kubur, lalu menyuruh mereka mengabari murid-murid lain bahwa ia akan menjumpai mereka di Galilea. Menurut Lukas 24:1–12, sekelompok perempuan, yang tidak disebutkan namanya, pergi ke kubur dan mendapati batu penyumbat sudah tergelinding dari liang kubur, sama seperti yang diriwayatkan dalam Injil Markus. Mereka masuk ke liang kubur dan berjumpa dengan dua orang pemuda berjubah putih yang memberitahukan bahwa Yesus sudah bangkit dari maut. Selanjutnya mereka bergegas memberitahukan kejadian itu kepada sebelas rasul yang tersisa, tetapi pemberitahuan mereka tidak diindahkan karena dianggap sebagai omong kosong belaka. Dalam Injil Lukas, Yesus diriwayatkan menampakkan diri untuk pertama kalinya bukan kepada perempuan-perempuan yang pergi ke kubur, melainkan kepada Kleopas dan seorang "murid lain" yang tidak disebutkan namanya, di jalan ke Emaus. Injil Lukas juga tidak meriwayatkan bahwa perempuan-perempuan itu disuruh mengabari murid-murid Yesus untuk kembali ke Galilea, dan justru meriwayatkan bahwa Yesus menyuruh murid-muridnya tetap tinggal di daerah sekitar Yerusalem, alih-alih menyuruh mereka pulang ke Galilea.

Perempuan-Perempuan Kudus di Kubur Kristus (ca. 1590-an) karya Annibale Carracci. Dalam Matius 28:1–10, Maria Magdalena dan "Maria yang lain" diriwayatkan berjumpa dengan malaikat di kubur Yesus, yang mewartakan bahwa Kristus sudah bangkit.
Peran Maria Magdalena dalam peristiwa kebangkitan Yesus sangat ditonjolkan dalam Injil Yohanes. Menurut Yohanes 20:1–10, Maria Magdalena pergi ke kubur Yesus seorang diri ketika hari masih gelap, dan mendapati bahwa batu penyumbat sudah tergelinding dari pintu kubur. Ia tidak bertemu dengan siapa pun, tetapi langsung bergegas memberi tahu Petrus dan "murid yang dikasihi Yesus". Kedua murid ini kemudian pergi menengok kubur Yesus bersama Maria Magdalena, dan memastikan bahwa tempat itu memang sudah kosong, tetapi keduanya kemudian pulang tanpa bertemu dengan Yesus yang sudah bangkit.

Yesus Menampakkan Diri kepada Maria Magdalena (1835) karya Alexander Andreyevich Ivanov. Menurut Yohanes 20:1–13, Maria Magdalena seorang diri bertemu dengan Yesus pascakebangkitannya, dan Yesus berkata "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa."
Menurut Yohanes 20:11–18, Maria Magdalena, yang tetap tinggal seorang diri di taman pekarangan kubur, melihat dua sosok malaikat duduk di bekas tempat jenazah Yesus dibujurkan. Yesus kemudian menampakkan diri kepadanya. Mula-mula ia menyangka bahwa Yesus adalah pengurus taman, tetapi sesudah mendengar Yesus menyebut namanya, ia mengenali Yesus dan berseru "rabuni!" (kata Aram yang berarti "guruku"). Ia hendak menyentuh Yesus, tetapi Yesus berkata kepadanya, "janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa." Yesus kemudian menyuruhnya memberitakan kabar baik kebangkitannya kepada para rasul. Dengan demikian Injil Yohanes menampilkan Maria Magdalena sebagai rasul perdana, yakni rasul yang diutus kepada para rasul.
Quote:
Sejarah kesalahpahaman
Umat Kristen Barat mengenal Maria Magdalena sebagai seorang pramuria atau perempuan jalang yang bertobat sekalipun tidak didukung injil-injil kanonik, yang sama sekali tidak memuat pernyataan yang menyiratkan bahwa ia pernah melacurkan diri maupun pernah menjalani hidup yang penuh dosa. Anggapan keliru ini agaknya muncul akibat pencampuradukan jati diri Maria Magdalena, Maria dari Betania (yang mengurapi kaki Yesus dengan minyak wangi dalam Yohanes 11:1–12), dan "perempuan berdosa" tanpa nama yang mengurapi kaki Yesus dalam Lukas 7:36–50.

Tertulianus
Seawal-awalnya pada abad ke-3, Bapa Gereja yang bernama Tertulianus (ca. 160 – 225) menyebut-menyebut tentang sentuhan seorang "perempuan mantan pendosa" dalam rangka membuktikan bahwa Yesus yang sudah bangkit itu "bukanlah hantu, melainkan sungguh-sungguh insan berjasmani." Keterangan Tertulianus ini mungkin merupakan indikasi bahwa jati diri Maria Magdalena kala itu sudah dicampuradukkan dengan "perempuan berdosa" yang disebut-sebut dalam Lukas 7:36–50, kendati Tertulianus tidak pernah menyebutkan bahwa perempuan yang ia maksud adalah Maria Magdalena.

Hipolitus
Sebuah teks khotbah yang dinisbahkan kepada Hipolitus dari Roma (ca. 170 – 235) menyebutkan bahwa Maria dari Betania bersama saudarinya yang bernama Marta pergi mencari Yesus di taman sebagaimana yang dilakukan Maria Magdalena dalam Yohanes 20. Keterangan ini menunjukkan adanya pencampuradukan jati diri Maria dari Betania dengan Maria Magdalena. Isi khotbah menggambarkan perempuan berjati diri campur aduk ini sebagai "Hawa kedua" yang menawar ketidaktaatan Hawa pertama dengan ketaatannya. Khotbah ini juga terang-terangan menyebut Maria Magdalena dan perempuan-perempuan lain sebagai "rasul". Keterangan pertama yang menegaskan bahwa Maria Magdalena adalah seorang pendosa yang bertobat berasal dari Efrem orang Suriah (ca. 306 – 373). Salah satu faktor penyebab Maria Magdalena disebut-sebut sebagai mantan pendosa adalah citra buruk kampung halamannya, Magdala, yang warganya dikabarkan asusila dan murahan.

Gregorius dari Nisa
Dalam salah satu karya tulisnya, Gregorius dari Nisa (ca. 330 – 395) menyebut Maria Magdalena sebagi "saksi mata pertama peristiwa kebangkitan, sehingga ia dapat meluruskan kembali dengan imannya akan kebangkitan, apa yang dulu bengkok akibat pelanggarannya." Santo Ambrosius (ca. 340 – 397) justru menolak pencampuradukan jati diri Maria Magdalena dengan Maria dari Betania dan perempuan pendosa lainnya, bahkan berpendapat bahwa ada dua orang yang bernama Maria Magdalena, yakni Maria Magdalena yang mendapati kubur Yesus sudah kosong, dan Maria Magdalena lain yang berjumpa dengan Kristus pascakebangkitannya. Santo Agustinus dari Hipo (354 – 430) tidak menafikan kemungkinan bahwa Maria dari Betania adalah orang yang sama dengan perempuan berdosa tanpa nama dalam Injil Lukas, tetapi ia tidak beranggapan bahwa Maria Magdalena adalah orang yang sama dengan salah satu maupun kedua-duanya. Santo Agustinus malah memuji-muji Maria Magdalena sebagai perempuan yang "tidak diragukan lagi... jauh lebih membara dalam kasih dibanding perempuan-perempuan lain yang pernah melayani Tuhan".
"Perempuan berdosa" tanpa nama dalam Lukas 7:36–50 tidak pernah disebut pramuria. Lagi pula bagi masyarakat Yahudi pada zaman Injil Lukas ditulis, kata "berdosa" dapat saja bermakna "tidak saksama mengamalkan Hukum Musa". Penyebutan Maria Magdalena secara tegas sebagai mantan pramuria atau mantan perempuan gampangan bersumber dari pernyataan Paus Gregorius I (Santo Gregorius Agung) dalam khotbahnya sekitar tahun 591. Ia tidak saja menyamakan Maria Magdalena dengan perempuan berdosa tanpa nama dalam Injil Lukas maupun Maria dari Betania, saudari Marta dan Lazarus, tetapi juga untuk pertama kalinya menegaskan bahwa dosa yang dimaksud adalah dosa syahwat.

Paus Gregorius I
Orang yang Lukas sebut perempuan berdosa, yang Yohanes sebut Maria, kami yakin adalah Maria yang dibebaskan dari tujuh roh jahat menurut Markus. Apa lagi makna dari tujuh roh jahat ini, kalau bukan segala macam dosa? Sudah jelas perempuan ini menggunakan minyak wanginya sebelum bertobat untuk mengharumkan tubuh dalam kegiatan-kegiatan terlarang. Jadi apa yang dulu diumbar-umbar secara keji, kini ia persembahkan kepada Allah dengan cara terpuji. Mata duniawinya yang dulu jelalatan penuh ketamakan, kini berlinang-linang penuh air mata penyesalan. Rambutnya yang dulu dipakai mempercantik rupa, kini dipakai menyeka air mata. Mulutnya yang dulu suka bersumbar, sesudah dipakai mengecup kaki Tuhan, kini tertambat pada duli Sang Penebus. Jadi sebagai silih tiap-tiap kesenangan yang pernah ia nikmati, kini ia berkorban diri. Sekian banyak kejahatannya ia ganti dengan kebajikan-kebajikan, demi melayani Tuhan secara paripurna dalam pertobatan.
— Paus Gregorius Agung (Khotbah XXXIII)
Dalam tafsiran Paus Gregorius, tujuh roh jahat yang diusir Yesus dari dalam diri Maria Magdalena ditransformasikan menjadi tujuh dosa pokok menurut ajaran Gereja Katolik pada Abad Pertengahan, sehingga Maria Magdalena "bukan hanya bersalah karena mengumbar syahwat, melainkan juga karena sombong dan tamak." Aspek pendosa yang bertobat menjadi nyaris sama pentingnya dengan aspek murid dalam persona Maria Magdalena sebagaimana yang digambarkan dalam seni rupa dan seni sastra keagamaan Dunia Barat, selaras dengan pengutamaan penitensi dalam teologi Abad Pertengahan. Dalam legenda keagamaan yang muncul kemudian, riwayat Maria Magdalena dicampuradukkan dengan riwayat Santa Maria dari Mesir, seorang pramuria yang bertobat dan menjadi pertapa. Menurut Susan Haskins, penulis buku Mary Magdalene: Myth and Metaphor, citra Maria Magdalena dengan jati diri campur aduk ini "akhirnya mengekal...selama hampir seribu empat ratus tahun," kendati sesungguhnya keterangan-keterangan populer terpenting mengenai riwayat Maria Magdalena yang muncul pada Akhir Abad Pertengahan menggambarkannya sebagai seorang perempuan berlimpah harta yang bebas mengumbar hawa nafsu demi kesenangan belaka. Jati diri campur aduk Maria Magdalena ini terbawa-bawa sampai ke dalam teks-teks misa pada hari peringatannya. Dalam teks Misa Tridentina untuk hari peringatan Maria Magdalena, doa pembuka berisi pernyataan yang nyata-nyata menyamakannya dengan Maria dari Betania, yakni dengan menyebutnya sebagai saudari Lazarus, sementara bacaan injil berisi kisah tentang perempuan yang bertobat dan melumuri kaki Yesus dengan minyak wangi.
Jati diri yang "campur aduk" ini tidak pernah diterima di kalangan Gereja Ortodoks Timur, yang hanya menyoroti pribadi Maria Magdalena sebagai salah seorang murid Yesus, dan percaya bahwa ia tinggal bersama Bunda Maria sesudah kebangkitan Yesus. Bahkan tidak semua orang di Gereja Barat membenarkan anggapan ini. Tarekat Benediktin senantiasa memperingati Maria dari Betania bersama-sama dengan Marta dan Lazarus setiap tanggal 29 Juli, sementara Maria Magdalena diperingati setiap tanggal 22 Juli. Bukan hanya Yohanes Krisostomus di Gereja Timur (Matius, Khotbah 88), melainkan juga Ambrosius di Gereja Barat (De virginitate 3,14; 4,15), yang berpandangan bahwa Maria Magdalena adalah seorang perawan alih-alih pramuria manakala membahas tentang dirinya selepas kebangkitan Yesus Kristus.
Umat Kristen Barat mengenal Maria Magdalena sebagai seorang pramuria atau perempuan jalang yang bertobat sekalipun tidak didukung injil-injil kanonik, yang sama sekali tidak memuat pernyataan yang menyiratkan bahwa ia pernah melacurkan diri maupun pernah menjalani hidup yang penuh dosa. Anggapan keliru ini agaknya muncul akibat pencampuradukan jati diri Maria Magdalena, Maria dari Betania (yang mengurapi kaki Yesus dengan minyak wangi dalam Yohanes 11:1–12), dan "perempuan berdosa" tanpa nama yang mengurapi kaki Yesus dalam Lukas 7:36–50.

Tertulianus
Seawal-awalnya pada abad ke-3, Bapa Gereja yang bernama Tertulianus (ca. 160 – 225) menyebut-menyebut tentang sentuhan seorang "perempuan mantan pendosa" dalam rangka membuktikan bahwa Yesus yang sudah bangkit itu "bukanlah hantu, melainkan sungguh-sungguh insan berjasmani." Keterangan Tertulianus ini mungkin merupakan indikasi bahwa jati diri Maria Magdalena kala itu sudah dicampuradukkan dengan "perempuan berdosa" yang disebut-sebut dalam Lukas 7:36–50, kendati Tertulianus tidak pernah menyebutkan bahwa perempuan yang ia maksud adalah Maria Magdalena.
Hipolitus
Sebuah teks khotbah yang dinisbahkan kepada Hipolitus dari Roma (ca. 170 – 235) menyebutkan bahwa Maria dari Betania bersama saudarinya yang bernama Marta pergi mencari Yesus di taman sebagaimana yang dilakukan Maria Magdalena dalam Yohanes 20. Keterangan ini menunjukkan adanya pencampuradukan jati diri Maria dari Betania dengan Maria Magdalena. Isi khotbah menggambarkan perempuan berjati diri campur aduk ini sebagai "Hawa kedua" yang menawar ketidaktaatan Hawa pertama dengan ketaatannya. Khotbah ini juga terang-terangan menyebut Maria Magdalena dan perempuan-perempuan lain sebagai "rasul". Keterangan pertama yang menegaskan bahwa Maria Magdalena adalah seorang pendosa yang bertobat berasal dari Efrem orang Suriah (ca. 306 – 373). Salah satu faktor penyebab Maria Magdalena disebut-sebut sebagai mantan pendosa adalah citra buruk kampung halamannya, Magdala, yang warganya dikabarkan asusila dan murahan.

Gregorius dari Nisa
Dalam salah satu karya tulisnya, Gregorius dari Nisa (ca. 330 – 395) menyebut Maria Magdalena sebagi "saksi mata pertama peristiwa kebangkitan, sehingga ia dapat meluruskan kembali dengan imannya akan kebangkitan, apa yang dulu bengkok akibat pelanggarannya." Santo Ambrosius (ca. 340 – 397) justru menolak pencampuradukan jati diri Maria Magdalena dengan Maria dari Betania dan perempuan pendosa lainnya, bahkan berpendapat bahwa ada dua orang yang bernama Maria Magdalena, yakni Maria Magdalena yang mendapati kubur Yesus sudah kosong, dan Maria Magdalena lain yang berjumpa dengan Kristus pascakebangkitannya. Santo Agustinus dari Hipo (354 – 430) tidak menafikan kemungkinan bahwa Maria dari Betania adalah orang yang sama dengan perempuan berdosa tanpa nama dalam Injil Lukas, tetapi ia tidak beranggapan bahwa Maria Magdalena adalah orang yang sama dengan salah satu maupun kedua-duanya. Santo Agustinus malah memuji-muji Maria Magdalena sebagai perempuan yang "tidak diragukan lagi... jauh lebih membara dalam kasih dibanding perempuan-perempuan lain yang pernah melayani Tuhan".
"Perempuan berdosa" tanpa nama dalam Lukas 7:36–50 tidak pernah disebut pramuria. Lagi pula bagi masyarakat Yahudi pada zaman Injil Lukas ditulis, kata "berdosa" dapat saja bermakna "tidak saksama mengamalkan Hukum Musa". Penyebutan Maria Magdalena secara tegas sebagai mantan pramuria atau mantan perempuan gampangan bersumber dari pernyataan Paus Gregorius I (Santo Gregorius Agung) dalam khotbahnya sekitar tahun 591. Ia tidak saja menyamakan Maria Magdalena dengan perempuan berdosa tanpa nama dalam Injil Lukas maupun Maria dari Betania, saudari Marta dan Lazarus, tetapi juga untuk pertama kalinya menegaskan bahwa dosa yang dimaksud adalah dosa syahwat.

Paus Gregorius I
Orang yang Lukas sebut perempuan berdosa, yang Yohanes sebut Maria, kami yakin adalah Maria yang dibebaskan dari tujuh roh jahat menurut Markus. Apa lagi makna dari tujuh roh jahat ini, kalau bukan segala macam dosa? Sudah jelas perempuan ini menggunakan minyak wanginya sebelum bertobat untuk mengharumkan tubuh dalam kegiatan-kegiatan terlarang. Jadi apa yang dulu diumbar-umbar secara keji, kini ia persembahkan kepada Allah dengan cara terpuji. Mata duniawinya yang dulu jelalatan penuh ketamakan, kini berlinang-linang penuh air mata penyesalan. Rambutnya yang dulu dipakai mempercantik rupa, kini dipakai menyeka air mata. Mulutnya yang dulu suka bersumbar, sesudah dipakai mengecup kaki Tuhan, kini tertambat pada duli Sang Penebus. Jadi sebagai silih tiap-tiap kesenangan yang pernah ia nikmati, kini ia berkorban diri. Sekian banyak kejahatannya ia ganti dengan kebajikan-kebajikan, demi melayani Tuhan secara paripurna dalam pertobatan.
— Paus Gregorius Agung (Khotbah XXXIII)
Dalam tafsiran Paus Gregorius, tujuh roh jahat yang diusir Yesus dari dalam diri Maria Magdalena ditransformasikan menjadi tujuh dosa pokok menurut ajaran Gereja Katolik pada Abad Pertengahan, sehingga Maria Magdalena "bukan hanya bersalah karena mengumbar syahwat, melainkan juga karena sombong dan tamak." Aspek pendosa yang bertobat menjadi nyaris sama pentingnya dengan aspek murid dalam persona Maria Magdalena sebagaimana yang digambarkan dalam seni rupa dan seni sastra keagamaan Dunia Barat, selaras dengan pengutamaan penitensi dalam teologi Abad Pertengahan. Dalam legenda keagamaan yang muncul kemudian, riwayat Maria Magdalena dicampuradukkan dengan riwayat Santa Maria dari Mesir, seorang pramuria yang bertobat dan menjadi pertapa. Menurut Susan Haskins, penulis buku Mary Magdalene: Myth and Metaphor, citra Maria Magdalena dengan jati diri campur aduk ini "akhirnya mengekal...selama hampir seribu empat ratus tahun," kendati sesungguhnya keterangan-keterangan populer terpenting mengenai riwayat Maria Magdalena yang muncul pada Akhir Abad Pertengahan menggambarkannya sebagai seorang perempuan berlimpah harta yang bebas mengumbar hawa nafsu demi kesenangan belaka. Jati diri campur aduk Maria Magdalena ini terbawa-bawa sampai ke dalam teks-teks misa pada hari peringatannya. Dalam teks Misa Tridentina untuk hari peringatan Maria Magdalena, doa pembuka berisi pernyataan yang nyata-nyata menyamakannya dengan Maria dari Betania, yakni dengan menyebutnya sebagai saudari Lazarus, sementara bacaan injil berisi kisah tentang perempuan yang bertobat dan melumuri kaki Yesus dengan minyak wangi.
Jati diri yang "campur aduk" ini tidak pernah diterima di kalangan Gereja Ortodoks Timur, yang hanya menyoroti pribadi Maria Magdalena sebagai salah seorang murid Yesus, dan percaya bahwa ia tinggal bersama Bunda Maria sesudah kebangkitan Yesus. Bahkan tidak semua orang di Gereja Barat membenarkan anggapan ini. Tarekat Benediktin senantiasa memperingati Maria dari Betania bersama-sama dengan Marta dan Lazarus setiap tanggal 29 Juli, sementara Maria Magdalena diperingati setiap tanggal 22 Juli. Bukan hanya Yohanes Krisostomus di Gereja Timur (Matius, Khotbah 88), melainkan juga Ambrosius di Gereja Barat (De virginitate 3,14; 4,15), yang berpandangan bahwa Maria Magdalena adalah seorang perawan alih-alih pramuria manakala membahas tentang dirinya selepas kebangkitan Yesus Kristus.
Quote:
Bersambung...
Diubah oleh dragonroar 25-06-2021 12:01






anggrekbulan dan 36 lainnya memberi reputasi
35
11.9K
Kutip
112
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan