inarosesAvatar border
TS
inaroses
Wanita Hebat Itu Adalah Ibuku yang Memilih Membesarkan lima Anak Sendirian


Assalamualaikum Agan-Sista semua... Pada thread ane kali ini akan menceritakan kisah orang terdekat ane yaitu Ibu dalam event #ThePowerOfSingleParent


Bulan April tahun 2009 silam Ayah ane dipanggil mengahadap Sang Khalik. Beliau mengalami sakit komplikasi. Kira-kira usianya 60 tahun. Ibu masih kepala empat.
Mereka menikah di rentang usia yang cukup jauh, katanya selisih 15 tahunan. Saat itu ane berada di pulau Sumatera, merantau. Padahal ane baru merantau setengah tahun, belum punya penghasilan besar untuk pulang memakai pesawat. Tetapi jika tidak memakai pesawat, ane gak akan melihat Ayah untuk terakhir kalinya. Terpaksa pinjam uang tempat ane kerja agar bisa membeli tiket pesawat. Itu pertama kalinya ane naik pesawat, gan-sist.


Ibu tercinta ane


Saat Ayah meninggalkan kami semua untuk selamanya, kami belum ada yang mapan secara finansial. Ane masih berusai 25 tahun dan baru bekerja. Adik pertama ane masih kuliah, adik kedua masih SMA, adik ketiga dan keempat masih sekolah dasar. Sebenarnya anaknya tujuh, tetapi dua lebih dulu berpulang kehadirat Yang Maha Kuasa. Ane sangat kehilangan karena almarhum Ayah paling dekat dengan ane. Bahkan kami sempat berencana akan hidup bersama di pulau Sumatera setelah ane sukses.


Hidup harus terus berjalan. Hidup dan mati sudah ada yang menentukan. Tidak ada yang mampu melawan takdir Ilahi. Ane harus bekerja keras membantu Ibu agar adik-adik tidak sampai putus sekolah. Dua adik ane juga terpaksa bekerja sambil sekolah. Alhamdulillah kami semua kompak. Apa yang diajarkan Ibu dan Ayah mampu membuat kami menjadi anak-anak berjiwa pejuang. Tidak manja, apalagi menyerah. Ibu selalu berkata, "Sekolahlah yang tinggi, jangan seperti ibumu yang tidak sekolah ini."


Ibu berkumpul dengan keponakan dan cucu


Nasihat dan apa yang Ibu lakukan untuk membesarkan kami mampu membuat kami menjadi anak-anak yang mandiri. Saling asah, asih, dan asuh. Meski terpaksa kami berjauhan demi cita-cita, tapi kami saling mensuport. Dulu Ayah hanya mengajar, menjadi imam musala, dan seorang penyembelih hewan di pasar. Ibu seorang pedagang kecil. Mengandalkan kepercayaan distributornya. Ambil barang dagangan dengan membayar separuh harga, lalu setelah laku semua baru membayar penuh. Ibu berjualan pakaian dalam. Dijual lusinan atau mendistribusikan lagi di pasar. Hasil labanya sangat kecil, 1 lusin labanya hanya seribu atau dua ribu.


Makam Ayah


Setelah Ayah tidak ada, Ibu tidak berjualan pakaian dalam lagi. Uang dagangan habis untuk keperluan sehari-hari. Beliau sempat menjadi buruh apa saja di pasar, termasuk menjadi pelayan di toko orang. Sempat ane tawarkan ikut saja ke tanah rantau bersama ane, bawa serta dua Adik yang kecil. Tetapi Ibu selalu menolak. Alasannya, "Nanti rumah peninggalan Ayah tidak ada yang merawat". Saat itu ane masih menjadi guru honor sekolah dasar, honornya kurang lebih 500 ribu. Hidup di luar Jawa biayanya lumayan besar. Ane hanya bisa membantu ala kadarnya.


Beberapa kali Ibu bercerita, kalau beliau ada yang mau menikahi. Kami sih terserah Ibu saja. Kalau memang Ibu mau, mengapa tidak. Ternyata Ibu memilih menolak. Ibu ingin membesarkan anak-anaknya sendiri saja. Ibu masih selalu teringat almarhum Ayah, ingin setia sampai kelak disatukan kembali di syurganya Allah. Meski awal pernikahan Ayah dan Ibu melalui perjodohan. Tetapi Ibu sangat mencintai Ayah. Sepi dalam kesendirian tidak mengapa, karena kelak akan bersama kembali.


Anak kedua dan ketiga


Tetangga dan keluarga besar kami ada yang sempat mencibir, menasihati agar tidak perlu susah payah menyekolahkan anak-anak. "Kalau tidak mampu tak usah memaksa". Ane tahu maksudnya baik, tapi itu mematahkan hati Ibu, tidak juga memberi bantuan. Sebentar sedih tidak mengapa, Ibu kembali bangkit, bekerja keras demi kami. Ibu tidak ingin anak-anaknya bodoh #ThePowerOfSingleParent.


Alhamdulillah perjuangan sudah mulai terlihat hasilnya. Ane dan adik pertama sudah bekerja dan berumah tangga. Adik ketiga sedang melanjutkan kuliah S-3, mendapatkan beasiswa di kampus negeri ternama. Adik keempat dan kelima sedang kuliah, pun sama di kampus negeri ternama nusantara. Ane juga sudah tidak merantau di Sumatera lagi. Ane memutuskan pulang agar lebih dekat dengan Ibu. Bisa melihatnya di kala senang dan sedihnya. Tidak terdengar lagi cibiran tetangga atau keluarga besar, yang ada tinggal pujian. Semua telah melihat indahnya perjuangan kami, khususnya Ibu. Kami tidak akan bisa seperti sekarang jika tidak ada Ibu. I love you more, sehat selalu ya, Bu...
Diubah oleh inaroses 02-07-2021 10:34
0
642
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan