Mengatur skala prioritas keuangan dari pendapatan yang diterima setiap bulan terkadang menjadi hal yang membuat repot bahkan memusingkan.

Bagi sebagian orang membuat pembagian kebutuhan bulanan menjadi satu keharusan. Karena dengan pedoman itu kita tidak akan melakukan pemborosan yang tak penting.


Saya dan suami merupakan guru honorer yang digaji oleh provinsi setara upah minimum regional provinsi. Tepatnya UMP Jawa Barat. Walaupun terbilang kecil dan jauh dari upah minimum ibu kota tapi kami bisa mencukupi kebutuhan bulanan.

Dengan jumlah anak dua dan masih usia balita, kami menetapkan strategi perencanaan pengelolaan keuangan yang kami dapat. Tentunya dengan menetapkan skala prioritas. Nah, mari saya rinci pengalokasian pengeluaran per bulan di keluarga kami.

1. Belanja kebutuhan dapur


Dokpri

Biaya konsumsi di daerah kecamatan yang masuk wilayah pesisir termasuk dalam prioritas utama. Biaya konsumsi bisa mencapai 30 persen dari pendapatan.

2. Biaya listrik dan transportasi


Dokpri

Karena kami bepergian dengan kendaraan roda dua, otomatis pos untuk pembelian bahan bakar dan biaya perawatan motor mendapat perhatian khusus. Juga biaya pembelian token listrik yang kian meningkat. Untuk ini kami alokasikan 15 persen dari pendapatan.

3. Angsuran



Pembayaran angsuran meliputi cicilan motor, atau arisan atau juga kredit keperluan rumah tangga. Biasanya kami mengalokasikan sekitar 20 persen.

4. Anggaran cadangan




Dana cadangan ini biasanya dipakai untuk biaya tak terduga seperti dana untuk undangan, atau menjamu tamu yang mendadak. Atau juga biaya sakit yang masih bisa diobati di fasilitas kesehatan terdekat. Kami menganggarkan 20 persen dari pendapatan.

5. Angsuran BPJS




Untuk mengantisipasi penyakit atau berobat ke fasilitas kesehatan yang lebih besar kami mengikuti program bpjs yang diselenggarakan pemerintah melalui sekolah. Setiap bulan kami membayar 100.000

6. Anggaran pembelian sandang


Dokpri

Untuk pembelian pakaian kami melakukannya sebagai langkah terakhir. Dan itupun tidak menjadi keharusan setiap bulan wajib beli pakaian terkecuali di bulan ramadhan. Untuk ini kami anggarkan sekitar 10 persen dari pendapatan.

Salah satu poin penting yang harus dicatat adalah, pengalokasian dana tersebut bisa disesuaikan dengan situasi seperti pada anggaran sandang dan transportasi. Untuk transportasi jika dalam waktu libur otomatis pos tersebut bisa dialihkan misalnya untuk mengisi liburan bersama keluarga. Begitupun pada pembelian pakaian, di bulan tertentu bisa mendapatkan tambahan dari pos lain yang tidak terpakai.

Untuk tabungan atau investasi kami belum anggarkan secara khusus karena masih memiliki angsuran atau cicilan. Untuk investasi di luar mengajar kami mengelola ladang dengan menanami pohon Albasiah. Juga mengelola sawah untuk pemasukan bahan pokok makanan.

Itulah perencanaan prioritas pendapatan yang saya terapkan selama ini. Dan bersyukur semuanya bisa seimbang antara pemasukan dan pengeluaran. Berapa pun pendapatan yang kita miliki sejatinya bisa diatur untuk disesuaikan dengan kebutuhan. Namun, jangan memprioritaskan hal yang tidak penting tentunya.

Semoga bermanfaat ....



Opini pribadi
Gambar: dokpri
klik
klik