Lu kebayang nggak, ketika lu mati, bukan disambut dengan duka cita, tetapi sorak sorai umat?
Semoga nggak kejadian ama kite-kite, ye?

Makenye, enggak usah sok kritis, sok paling bener, sok enggak butuh umat Islam, ketika elu mati, enggak ada yang mau mendoakan elu, kecuali yang sehaluan ama elu.

Coba, deh, baca dialog berikut:

"Eh, si Fulan meninggal!"
"Baguslah, nyusahin umat. Tukang fitnah. Semoga membusuk di neraka."

Atau

"Si Fulan mati."
"Neraka tempat kembalinya. Dia suka mengkriminalisasi ulama. Ngaku Islam, tetapi benci dengan ajaran Islam."

Atau

"Si Fulan wafat."
"Kebagusan wafat, cocoknya mampus! Sudahlah, tidak ada doa kebaikan untuknya. Apa lagi yang mau didoakan, toh, dia sudah modar? Tinggal kita aje lagi, nih, yang kudu siap-siap. Jangan sampai tergelincir."

Begitulah.

Kematian tetap bernama kematian. Namun, apa yang engkau bawa dan tinggalkan, itulah yang terpenting!