Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

physch00Avatar border
TS
physch00
Rakyat Butuh Rasa Aman, Anies Malah Sibuk "Jualan" Makam


Di mata orang biasa, sebuah foto mungkin tak bisa berkata apa-apa. Tapi bagi orang jeli, gambar yang terekam dari jepretan lensa itu memiliki banyak makna.

Baru-baru ini, ada sebuah foto yang menampilkan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan berjalan di tengah-tengah makam. Background yang digunakan, adalah barisan batu nisan. Masih dalam kondisi yang sama, ada pula foto yang mengabadikan Anies jongkok di samping makam, dengan seorang perempuan berkerudung yang nangis sesegukan. Sepertinya, ia baru saja kehilangan.

"Kematian itu tak sekedar angka statistik. Tapi tentang saudara kita, orang-orang yang tadinya masih sehat, masih berkumpul dengan keluarga tercinta. Kini mereka dipisah selamanya. Ingatlah, bahwa setiap angka itu adalah satu kisah duka tak terkira. Batas usia ada di tangan Allah SWT. Tugas manusia adalah ikhtiar. Sama-sama kita hindari kegiatan berpotensi penularan. Kita datangi tempat vaksinasi sebagai ikhtiar keselamatan. Hindari risiko, songsong ikhtiar keselamatan," Begitu tulis Anies dalam caption foto-fotonya itu.

Indah sekali memang. Biasalah, Anies emang jagonya dalam bererotorika. Bak pujangga, untaian kalimat yang keluar dari mulutnya, selalu enak didengar.

Tapi bagi saya, unggahan Anies ini tak pantas disajikan pada rakyat. Sebagai Gubernur, Anies harusnya lebih peka terhadap psikologis warganya. Warga DKI Jakarta yang sedang ketakutan dengan peningkatan Covid-19 butuh kepastian keamanan. Kepada Anies, mereka menaruhkan harapan. Tapi apa yang terjadi, Anies justru mendramatisasi.

Dengan lonjakan kasus Covid-19 yang menggila di Jakarta, Anies malah memposting foto pemakaman. Secara tidak langsung, ini bukti bahwa Anies sudah kibarkan bendera putih. Anies tak mampu berbuat apa-apa, untuk menyelamatkan jutaan nyawa rakyatnya.

Tapi bukan Anies namanya kalau tak punya cara untuk menghaluskan wacana. Biar tak jadi pergunjingan publik, Anies menggunakan keahliannya merangkai kata. Tingginya kasus Covid-19 dan angka kematian di Jakarta, ia bungkus dalam terminologi agama. Anies mengajak warganya pasrah dengan keadaan. Menyerahkan semua pada Tuhan. Karena sejatinya, batas usia ada di tangan Allah SWT.

Padahal Anies pasti paham. Sebagai sosok yang dikenal sangat agamis, ia tahu bahwa sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan (QS. Al-Insyirah;5-6). Dan sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, hingga mereka mengubah diri mereka sendiri (QS. Ar-rad;11).

Daripada 'jualan' makam dan mengajak warganya pasrah. Akan lebih elok jika Anies menebarkan optimisme pada rakyat. Caranya, bisa saja ia menyebarkan foto atau video kegiatan-kegiatan penanganan pandemi yang serius. Agar rakyat meyakini bahwa pemerintah hadir untuk menangani.

Misalnya Anies bisa saja keliling ke pelosok daerahnya untuk edukasi dan sosialisasi protokol kesehatan. Tempat-tempat keramaian ia sambangi, sambil terus mengingatkan pentingnya menjaga diri. Protokol kesehatan ia tekankan. Masyarakat selalu diberikan penyadaran.

Anies juga harusnya keliling ke rumah sakit-rumah sakit, untuk memastikan pelayanan kesehatan berjalan. Memastikan tak ada cerita rakyatnya yang kesulitan. Dan yang paling penting, memastikan penanganganan Covid-19 di daerahnya berjalan sesuai harapan.


Jangan sampai ada lagi pasien Covid-19 yang meninggal dan terlantar di depan rumah. Cukup satu saja. Meskipun itu sudah menjadi tamparan bagi Indonesia.

Tak boleh ada lagi cerita rumah sakit yang menolak pasien dengan alasan sudah penuh. Ibarat pepatah, Anies harusnya berprinsip 'entek amek kurang golek'. Kalau habis ya ambil, kalau kurang ya dicari.

Keberhasilan penanganan Covid-19 di Jakarta sangat bergantung pada Anies. Sebagai tokoh sentral dan panglima perang, Anies dituntut bisa menangani dengan baik. Program kerja dan kebijakan disusun terarah. Seluruh barisan dipastikan rampak berjalan beriringan. Sosialisasi dan edukasi sebagai upaya pencegahan digalakkan. Peningkatan layanan rumah sakit jadi kewajiban.

Kalau itu ia lakukan, warga akan merasa lebih aman. Tapi nyatanya tidak. Anies justru sibuk 'jualan' makam.

Apa yang terjadi di Jakarta, berbanding terbalik dengan yang ada di Jawa Tengah. Di Jateng, sosok Ganjar Pranowo selalu muncul di tengah-tengah masyarakat dan selalu bisa menyelesaikan masalah. Selama pandemi, Ganjar bisa dikatakan jadi orang paling sibuk diantara pemimpin negeri.



Hampir setiap hari, pria yang identik dengan rambut putihnya ini keliling kampung. Menggunakan sepedanya, ia tak pernah lelah mengedukasi warga. Masuk ke pasar, mall, kampung dan tempat-tempat keramaian publik ia lakukan. Demi menumbuhkan kesadaran warganya akan pentingnya protokol kesehatan. Meski ia sadar, itu sangat beresiko baginya. Tapi resiko itu ia ambil, karena negara memang sedang memanggil.



Meski sering diingatkan, tapi Ganjar tetap pada pendirian. Baginya, edukasi dan sosialisasi protokol kesehatan adalah kunci dari penanganan pandemi. Semakin rakyat sadar prokes, semakin cepat pandemi tertangani. Selain menggenjot vaksinasi, bagi Ganjar disiplin prokes adalah vaksin paling ampuh saat ini.

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo gowes sambil edukasi warga tentang protokol kesehatan. Dok jpnn

Di sisi hilir. Ganjar benar-benar memerankan perannya sebagai panglima tempur. Semua rumah sakit ia minta menambah tempat tidur. Kepala daerah dipaksa menyediakan tempat isolasi terpusat. Program Jogo Tonggo dihelat. Penutupan tempat-tempat keramaian dilakukan, guna mencegah penyebaran.

Hampir tiap hari, Ganjar keliling ke sejumlah Kabupaten/Kota. Kehadirannya jelas untuk memastikan, tak ada persoalan di sana. Seringkali bahkan, ia sidak dan menemukan pelanggaran. Dengan naluri kebapakan, Ganjar menegur dan memberikan pendampingan. Dengan cepat pula, ia membantu menyelesaikan.

Misalnya saat sidak ke RSUD Kudus, beberapa waktu lalu. Di sana, ia menemukan ada pasien Covid-19 yang ditunggui keluarganya. Sadar bahwa itu menyalahi aturan, Ganjar langsung menegur direktur rumah sakit sekaligus Bupati Kudus agar SOP ditaati.

Belum lagi saat Ganjar menangani lonjakan kasus Covid-19 di Kudus. Karena rumah sakit penuh, Ganjar mengajak daerah lain sekitar Kudus turun membantu. Sejumlah pasien akhirnya dirujuk ke Semarang. Mereka yang OTG, diisolasi terpusat di Asrama Haji Donohudan. Tenaga kesehatan ia perbantukan. Alat kesehatan dan dukungan lain ia berikan. Dalam waktu singkat, persoalan Kudus bisa ditangani dengan cepat.

Pun saat isu banyak rumah sakit kekurangan oksigen. Ganjar dengan cepat bertindak. Saat mendengar laporan itu, Ganjar langsung menelpon para petinggi perusahaan gas untuk memastikan pasokan aman.


Ganjar sidak ke depo oksigen untuk memastikan pasokan oksigen di Jateng aman. Dok liputan6.com

Tak puas dengan laporan, Ganjar bahkan sidak ke depo penjualan hingga pabrik pembuatan. Dari sana baru ia bisa memastikan, bahwa pasokan gas oksigen di Jateng masih aman. Kabar baik itu ia sampaikan pada masyarakat. Harapannya bisa membuat mereka tenang karena sudah diselesaikan.


Kegiatan-kegiatan Ganjar dalam penanganan pandemi itu terekam dalam jepretan kamera. Foto dan video Ganjar langsung tersebar ke dunia maya. Apresiasi diberikan. Rakyat Jateng jadi merasa tenang. Karena pemimpin mereka hadir dalam penanganan. Bukan hanya sibuk memoles diri demi pencitraan.


https://www.tagar.id/eztaahditia/60d...e=all#section2

Jakarta 70% pusat perputaran uang nasional, ditangan gabener sontoloyo. Gimana mau bangkit ekonomi Indonesia. Liat tuh warga menengah dki turun kelas jadi warga miskin semua. Miskin + diteror covid 10k/hari. Formula e 1 triliun dimakan bule, apes dah!
bangmansyur
Proloque
blueseno
blueseno dan 10 lainnya memberi reputasi
11
2.5K
37
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan