- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Jelang Sekolah Tatap Muka, Tren COVID Pada Anak Tinggi


TS
Kuratif
Jelang Sekolah Tatap Muka, Tren COVID Pada Anak Tinggi
Jakarta - Pemerintah pusat menginstruksikan sekolah tatap muka terbatas dilaksanakan pada Juli 2021 mentang. Namun kesehatan para murid perlu menjadi perhatian khusus jika belajar tatap muka terbatas tersebut jadi digelar.
Koordinator Poksi Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja Kementerian Kesehatan Wara Pertiwi Osing mengingatkan akan tingginya tren kasus COVID-19 pada anak usia sekolah.
"Kita lihat ini tren kasus pada usia anak yaitu 0-18 tahun terakhir data 10 Juni 2021 dimana angkanya cukup tinggi," ujar Wara dalam webinar bertajuk Peran UKS sebagai Satgas COVID-19 di Level Sekolah dalam Melakukan Pengawasan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas, Kamis (17/06/2021).
"Padahal kita tahu saat ini sebagian besar anak masih melakukan pembelajaran dari rumah tetapi ternyata kasus pada anak juga cukup tinggi."
Menurut data yang disajikan oleh Wara dalam webinar tersebut, angka anak yang positif COVID-19 tertinggi pada usia Sekolah Dasar (SD).
"Ini kalau kita lihat dengan data ternyata yang positif untuk usia SD ini kelompok yang cukup tinggi. SD dan SMA ini termasuk kelompok yang terpapar kasusnya tinggi. Tentunya perlu mendapat perhatian kita bersama," kata Wara.
Data tersebut menunjukkan bahwa anak usia 7-12 tahun yang positif COVID-19 sebanyak 64.690 sedangkan yang sembuh 60.642 dengan jumlah kematian 120 orang.
Kemudian pada anak usia 16-18 tahun yang positif COVID-19 sebanyak 58.858 sedangkan yang sembuh 55.159 dengan jumlah kematian 130. Lalu 46.706 kasus untuk usia 13-15 tahun dengan jumlah anak meninggal dunia 68 orang.
"Jadi kalau kita lihat peta resiko di satuan pendidikan sekitar 30% sudah membuka sekolah. Dan memang masih hampir 70% yang belum. Ini tentunya walaupun secara umum masih rata-rata sudah zona orange menurun tetapi kita tetap perlu waspada terhadap situasi pandemi COVID-19," ujar Wara.
Wara mengingatkan banyak kasus penularan COVID-19 terjadi di satuan pendidikan. "Satuan pendidikan menjadi klaster penyebaran COVID. Kita tidak ingin seperti itu. Kita ingin melindungi siswa dan guru," katanya.
Ia pun menuturkan kelompok usia anak sekolah perlu diperhatikan dalam penyebaran COVID-19. "Kasus covid pada anak cukup banyak yaitu sebanyak 5,7% di usia 5-17 tahun, perlu penanganan yang tepat yang disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan mereka yang masih dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan," terang Wara.
Selain itu, anak juga bisa menjadi pembawa virus tetapi mereka tidak sadar karena gejalanya ringan atau bahkan tanpa gejala. Mereka bisa menularkan pada anggota keluarga lain yang lebih tua atau teman sebaya.
"Oleh karena itu anak sekolah harus diperhatikan dengan benar dan serius," kata Wara.
Seperti diketahui beberapa hari terakhir angka COVID-19 melonjak di berbagai daerah. Pemerintah provinsi DKI Jakarta akhirnya menunda uji coba sekolah tatap muka karena peningkatan kasus tersebut.
https://www.detik.com/edu/sekolah/d-...sekolah-tinggi
kalo ada apa2 pada anak saat sekolah tatap muka, itu tanggung jawab Nadiem yang maksain kebijakan gak jelas gini
Koordinator Poksi Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja Kementerian Kesehatan Wara Pertiwi Osing mengingatkan akan tingginya tren kasus COVID-19 pada anak usia sekolah.
"Kita lihat ini tren kasus pada usia anak yaitu 0-18 tahun terakhir data 10 Juni 2021 dimana angkanya cukup tinggi," ujar Wara dalam webinar bertajuk Peran UKS sebagai Satgas COVID-19 di Level Sekolah dalam Melakukan Pengawasan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas, Kamis (17/06/2021).
"Padahal kita tahu saat ini sebagian besar anak masih melakukan pembelajaran dari rumah tetapi ternyata kasus pada anak juga cukup tinggi."
Menurut data yang disajikan oleh Wara dalam webinar tersebut, angka anak yang positif COVID-19 tertinggi pada usia Sekolah Dasar (SD).
"Ini kalau kita lihat dengan data ternyata yang positif untuk usia SD ini kelompok yang cukup tinggi. SD dan SMA ini termasuk kelompok yang terpapar kasusnya tinggi. Tentunya perlu mendapat perhatian kita bersama," kata Wara.
Data tersebut menunjukkan bahwa anak usia 7-12 tahun yang positif COVID-19 sebanyak 64.690 sedangkan yang sembuh 60.642 dengan jumlah kematian 120 orang.
Kemudian pada anak usia 16-18 tahun yang positif COVID-19 sebanyak 58.858 sedangkan yang sembuh 55.159 dengan jumlah kematian 130. Lalu 46.706 kasus untuk usia 13-15 tahun dengan jumlah anak meninggal dunia 68 orang.
"Jadi kalau kita lihat peta resiko di satuan pendidikan sekitar 30% sudah membuka sekolah. Dan memang masih hampir 70% yang belum. Ini tentunya walaupun secara umum masih rata-rata sudah zona orange menurun tetapi kita tetap perlu waspada terhadap situasi pandemi COVID-19," ujar Wara.
Wara mengingatkan banyak kasus penularan COVID-19 terjadi di satuan pendidikan. "Satuan pendidikan menjadi klaster penyebaran COVID. Kita tidak ingin seperti itu. Kita ingin melindungi siswa dan guru," katanya.
Ia pun menuturkan kelompok usia anak sekolah perlu diperhatikan dalam penyebaran COVID-19. "Kasus covid pada anak cukup banyak yaitu sebanyak 5,7% di usia 5-17 tahun, perlu penanganan yang tepat yang disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan mereka yang masih dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan," terang Wara.
Selain itu, anak juga bisa menjadi pembawa virus tetapi mereka tidak sadar karena gejalanya ringan atau bahkan tanpa gejala. Mereka bisa menularkan pada anggota keluarga lain yang lebih tua atau teman sebaya.
"Oleh karena itu anak sekolah harus diperhatikan dengan benar dan serius," kata Wara.
Seperti diketahui beberapa hari terakhir angka COVID-19 melonjak di berbagai daerah. Pemerintah provinsi DKI Jakarta akhirnya menunda uji coba sekolah tatap muka karena peningkatan kasus tersebut.
https://www.detik.com/edu/sekolah/d-...sekolah-tinggi
kalo ada apa2 pada anak saat sekolah tatap muka, itu tanggung jawab Nadiem yang maksain kebijakan gak jelas gini





nomorelies dan odjay05 memberi reputasi
2
430
9


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan