- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
"Ini Tamparan Besar" Yang Ane Dapat Selama 1 Tahun Di "Institut Teknologi Bandung"
TS
pcjames
"Ini Tamparan Besar" Yang Ane Dapat Selama 1 Tahun Di "Institut Teknologi Bandung"
Setelah hampir satu tahun menghabiskan masa hidup sebagai seorang mahasiswa, akhirnya tuntas juga fase ane sebagai "maba". Halo agan sista semuanya, balik lagi dengan ane PCJAMES. Akhirnya, setelah sekian lama ane gak nongol di Kaskus, tibalah waktu di mana ane bisa balik nulis lagi. Kangen banget, padahal dulunya pas SMA ane bisa hampir setiap hari nulis di mari. Tapi akhirnya, ada waktu juga untuk balik ke sini. Ane balik dengan membawa pengalaman serta pelajaran hidup yang ane dapat selama hampir setahun di tempat ane menimba ilmu, Institut Teknologi Bandung.
Terakhir kali ane menulis di Kaskus (di luar tulisan kontrak) adalah saat hari terakhir ospek ane yaitu september 2020, yang juga hari pertama ane kuliah. Kini, dua semester telah berlalu dan banyak hal yang berubah pada diri ane. Sebelumnya ane telah menceritakan tentang proses ane bisa diterima di ITB dan UB dengan segala perjalanannya saat itu. Kini, ane akan menceritakan tentang perjalanan ane untuk berhasil melalui dan menuntaskan masa Tahap Persiapan Bersama (TPB) di ITB.
Di ITB, ane mendapatkan tamparan yang sangat besar pada diri ane sendiri. Semua orang mungkin tahu bahwa kampus ini diisi oleh berbagai orang terpintar di Indonesia dari berbagai daerah, dan mungkin stigma dan stereotip jenius hanya dilekatkan pada kampus ini. Setelah ane menjadi bagian dari ITB, hal itu ternyata benar. Di sini ane benar-benar bukan siapa siapa, secara kepintaran ane bisa dibilang di bawah rata-rata anak ITB yang kebanyakan dari SMA favorit, medalis olimpiade, dan juga juara umum sekolahnya masing. Apalagi di fakultas ane yang sering disebut fakultas kedua tertinggi soal nilai dan fakultas paling ambis.
Di tempat ini, ane harus menghadapi dua hal yang paling ane benci dalam hidup ane. Matematika dan Fisika. Mungkin terkesan sangat konyol karena ane bisa-bisanya masuk teknik tapi benci Matematika dan Fisika, dan ga tanggung-tanggung Fiska dan Matematika serta Kimia di kampus ini sulitnya bukan main. Bisa agan agan baca di quora, bahkan banyak berkeliaran di twitter perbandingan soal ujian ITB dibandingkan PTN top lain terutama dua dari ptn top 3 lainnya yang cukup jauh dari segi kesulitan.
Soal ane yang biru muda
Di awal ane berpikir, anjir kurang neraka apalagi tempat ini. Ane benci Matfis tapi ketemu versi matfis paling ngeri yang ada seengaknya di negara ini. Tapi ini semua keputusan ane dan ane harus tanggung jawab. Ane yang selagi SMA kerjanya cabut dan main, mau gak mau di sini haru berjuang mati-matian untuk belajar. Stress, pusing, ketakutan, dan kecemasan sering muncul. Rasa ingin cabut apalagi, tapi ane bersyukur masih diberi kemampuan untuk berjuang. Di tempat ini juga, semua orang dari yang kurang seperti ane sampai yang paling pintar rajin belajar (terlepas kita juga suka tidur pas kelas). Jadi kalau ane sebagai mahasiswa kurang engga rajin, yang terjadi malah ane makin bodoh dan yang pintar makin pintar.
Mendapatkan nilai bagus di tempat ini, terutama di fakultas-fakultas teknik nya pada tahun pertama sangat sulit, bahkan untuk mendapat C untuk mata kuliah Matematika, Fisika, dan Kimia saja harus sangat berusaha setidaknya untuk ane yang bukan dari SMA Favorit, mungkin untuk teman-teman ane yang medalis olimpiade akan merasa ringan. Nilai yang didapatkan adalah nilai murni dari hasil ujian dan kuis, tidak ada nilai kebaikan dosen dengan indeks yang tiba-tiba turun dari langit.
Hal ini tentunya menjadi tamparan yang sangat sangat besar untuk ane. Ane yang dulu hidup minim tantangan, secara effortless bisa mendapat yang ane mau, kini untuk meraup hasil minimal untuk lulus saja harus jungkir balik. Jujur, pengalaman ane berjuang di ITB sangat menampar pikiran ane ketika ane melihat struggle orang lain. Dulu ane sering mikir, kok orang demi ngejar UNP*D, UND*P, IP*, UNBR*W, U*M aja kok ambisnya sampe segitunya sih, belajar sampe berjam-jam sih, perasaan gue belajar gasampe 2 jam aja bisa dapet 2 PTN Top 5. Setelah menghadapi dunia yang lebih besar, pikiran ane benar-benar ditampar habis-habisan. Karena sepintar dan sehebat apapun manusia, pasti ia harus dan akan melewati masa berat di mana ia harus berjuang keras.
Puji Tuhan, setelah melewati masa yang sangat berat, terutama semester satu di mana mental ane benar benar terganggu karena menjalani toxic relationship, ane bisa bangkit dan memperbaiki semuanya di semester 2. IPK ane naik 0.5 poin di semester dua dan hasil kerja keras ane membawa ane lulus TPB tepat waktu tanpa mengulang dengan IP TPB 2.4. Meskipun mungkin terlihat kecil apalagi untuk anak universitas lain, ane tetap bersyukur karena ane bisa mendapat hasil yang setidaknya normal dan layak di sini dengan kerja keras mati-matian dari orang yang tidak pernah belajar namun berubah untuk lebih kerja keras lagi. Mungkin kesalahan ane, dulu ane belajar dan berjuang dengan tujuan "asal lulus matkul". Sementara teman-teman ane belajar keras tanpa nyerah untuk mendapatkan hasil terbaik, dan range IP rata rata disini (seingat ane) untuk tahun pertama ada di angka 2.5 - 2.9.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Demikian kisah dan perjalanan akademik ane yang berubah secara drastis dari kesantaian semasa SMA hingga menjadi perjuangan. Namun, bagian utama dari tulisan ane bukan itu. Instead of stress dan kesedihan yang ane dapat, surprisingly ITB memberikan banyak pengalaman terbaik yang pertama kali ane dapat sepanjang hidup ane. Hal-hal ini juga yang membuat ane jadi enggan untuk pindah kampus dan menyerah meskipun ane juga sudah ikut SBMPTN lagi, dan puji Tuhan nya ane di terima di jurusan yang ane impikan di ITB, Teknik Pangan (PG) - FTI ITB ! Fyi, Teknik Pangan merupakan subjurusan Teknik Kimia yang sekarang menjadi jurusan sendiri sejak 2015.
Pertama kali dalam hidup ane, ane mendapat circle pertemanan terbaik yang benar-benar suportif dalam hidup ane. Sejak minggu pertama di ITB, ane langsung mendapat 5 teman baru yang akhirnya menjadi circle sahabat laki-laki ane. Mereka benar-benar menjadi penyelamat ane di ITB. Mereka banyak mengajarkan ane soal pelajaran, membantu dalam tugas, dan juga menjadi teman main yang asik. Kita sering nongkrong bareng di kosan dan rumah kita masing-masing bergantian. Bukan hanya menjadi teman belajar yang baik, mereka juga menjadi support system ane selama kuliah, selalu meminta ane untuk stay di ITB dan ga pindah. Mereka juga menjadi temen main dan nongkrong dan asik. Bahkan ketika di antara kita ada yang patah hati, kita langsung sedia untuk jadi temen curhat dan mabok bareng wkwkwkwk. Solid parah intinya. Terima kasih banyak teman-teman terbaik gue ! Shoutout buat Vincent TI'20, Pras TK'20, Attar TK'20, Haidar PG'20, dan Afrizal PG'20.
Bukan cuma teman-teman offline, ane juga mendapat banyak teman-teman online sesama TPB yang sangat suportif untuk ane. Kami lebih banyak berkumpul dan berhimpun di twitter sebagai sarana komunikasi. Mereka sangat suportif dan selalu menahan ane agar gak pindah dari ITB. Mereka juga banyak menyemangati ane. Jujur, ane sangat merasa tersanjung ketika banyak sekali teman ane yang menahan ane untuk di ITB. Banyak rangkuman dan catatan materi yang ane dapat dari teman untuk belajar.
Soal relasi dan pertemanan juga menjadi hal terbaik yang ane dapat selama di ITB. Di sini, ane bergabung dalam UKM Majalah Ganesha. UKM tempat di mana kita menulis tentang kritik sosial dan materi politik dan ekonomi. Mungkin kalau agan sista suka ngikutin berita politik, agan sista bakal tau Dr Fadjroel Rachman. Nah, beliau merupakan pendiri dari UKM ane dahulu. Dari ukm ini, puji Tuhan karir menulis ane juga makin meluas jangkauannya. Nah, mungkin agan agan yang bingung kemana aja ane selama ini, ini jawbannya.
Selama berkuliah, ane jadi sangat jarang menulis di KASKUS. Karena, sejak semester 2 ane sudah menulis di tempat yang berbeda. Tempat yang paling berkesan adalah di kampus ane sendiri. Yap, kini ane menjadi jurnalis resmi untuk Website Official ITB (itb.ac.id). Tugas ane adalah meliput kegiatan kampus seperti kuliah umum, seminar, dan penelitian untuk ditulis di website resmi ITB. Jujur, ane sangat excited untuk pekerjaan ini karena bisa menerbitkan tulisan ane di website utama kampus, serta bisa berkontribusi untuk almamater ane (semoga sejak ane nulis, peringkat webometrics ITB naik amin WKWKWK)
Selain itu, ane juga diterima menjadi penulis konten di salah satu organisasi keprofesian internasional yang juga ada di ITB yaitu American Institute Of Chemical Engineering (AIChE ITB). Di sana, ane juga menulis untuk laman web Aiche ITB serta menulis skrip untuk kanal youtube mereka. Ane ditugaskan untuk menulis dengan bahasa inggris pada organisasi ini. Selain itu, ane juga menjabat sebagai Ketua Divisi Media Sosial untuk UKM ane, Majalah Ganesha. Dari sana juga, ane direkomendasikan ketua UKM ane untuk menjadi Ketua Subdivisi Redaksi untuk Perayaan Wisuda Juli ITB 2021. Puji Tuhan, meskipun ane perlu berjuang keras di akademik, di sisi lain ane bisa mendapat banyak berkat dalam kehidupan non akademik baik dari segi pertemanan, relasi, hingga pekerjaan.
Sekian tulisan dari ane dan sekian juga pengalaman ane selama menjadi mahasiswa tingkat satu. Kalau agan agan ada yang pingin berbagi pengalaman dan juga nostalgia masa kuliahnya juga boleh. Mau berbagi wejangan untuk ane yang masih anak anak ini juga sangat boleh gan. Terima kasih agan sista, good bye and have a nice day !
PrinScrup dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.7K
25
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan