Kaskus

News

KukuhferlandaAvatar border
TS
Kukuhferlanda
Kembali Naik, Bitcoin Mampu Lepas Dari Jeratan Death Cross
Kembali Naik, Bitcoin Mampu Lepas Dari Jeratan Death Cross

Bisnis, JAKARTA— Bitcoin kembali melaju mendekati US$40.000, melepaskan pola death cross yang sempat menjerat aset digital itu ke area koreksi. Bloomberg pada Senin (14/6/2021) meencatat bahwa Bitcoin sempat melampaui US$39.000. Mata uang kripto cuan 9,3 persen ke US$39.372 pada Minggu siang di New York, level tertinggi yang tercapai sejak 3 Juni 2021. Sementara itu, Bitcoin kembali terkoreksi di perdagangannya di Hong Kong, pukul 07.00 waktu setempat ke level US$38.881.

Pergerakan harga Bitcoin kali ini merupakan respons pernyataan Bos Tesla Inc., Elon Musk. Musk menyebut transaksi mata uang kripto bakal dilanjutkan bila penambangan bisa dilakukan dengan sumber energi bersih. Menurutnya, transaksi Bitcoin berlanjut bila para penambang mata uang kripto bisa menggunakan energi bersih setidaknya 50 persen dari total sumber energi yang digunakan.

Adapun, pernyataan Musk merupakan responsnya terhadap laporan yang dirilis Cointelegraph yang mengutip Magda Wierzycka. Dia pimpinan perusahaan pengelolaan aset Sygnia, di Afria Selatan. Wierzycka menyebut bahwa pernyataan Musk tentang Bitcoin bisa memicu investigasi oleh otoritas pasar modal.

“Cuitan itu menambah momentum positif karena posisi Elon memandu dan menyediakan target yang tak begitu jauh,” ujar Kepala Penjualan Diler dan Institusi FTX, Jonathan Cheesman.

Dia menilai reli bakal berlanjut akibat dorongan sentimen dari tambahan pembelian Bitcoin oleh Microstrategy dan komentar negara maju yang tergabung dalam G-7 soal inovasi digital yang cenderung optimistis.

Seperti diketahui, selain Musk, Bos Microstrategy Inc., Michael Saylor begitu vokal memberikan komentar terkait dengan prospek pasar Bitcoin. Belum lama ini bahkan dia bakal menawarkan obligasi berperingkat rendah untk membeli Bitcoin dengan nilai US$500 juta.  

Langkah Musk mengangkat harga Bitcoin merupakan lanjutan dari respons pasar yang mendapatkan dukungan darinya. Pada Februari, perusahaan membeli Bitcoin senilai US$1,5 miliar. Kemudian, pasar kembali mendapat dukungan positif dari pernyataan Musk soal kemungkinan penggunaan Bitcoin sebagai alat pembayaran setiap pembelian kendaraan buatan Tesla. Sayangnya, laju kenaikan harga Bitcoin terhenti ketika dia membawa konsen soal penggunaan energi dalam penambangan Bitcoin.

Baca : Begini Cara Cuan di Bitcoin Tanpa Beli Bitcoin

Di samping sentimen dari sejumlah tokoh ternama yang mampu memengaruhi pasar Bitcoin, masa depan Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah masih abu-abu. CEO Bitstamp, Julian Sawyer yang mengelola perdagangan Bitcoin menyatakan demikian.
Dia menyebut ketika banyak penggenggam Bitcoin menaruh harapan pada kemampuan mata uang kripto menggeser alat pembayaran konvensional, kemungkinan naiknya peran mata uang kripto masih begitu tipis. Dia menganggap kendati teknologi di balik Bitcoin bisa layanan keuangan, Bitcoin masih terlalu volatile untuk bisa menggantikan dolar secara penuh.

“Tak akan terjadi. Akankah masih ada dolar? Ya. Akankah masih ada Visa dan Mastercard? Tentunya. Itu hanya akan menjadi alternatif untuk menggunakan plastik atau kertas atau koin atau cek,” katanya.

Hal itu senada dengan pernyataan bank sentral El Salvador bahwa kendati keberadaan Bitcoin diakui, itu tak berarti bisa menggeser peran dolar Amerika Serikat. Kinerja dolar tercatat stabil yang hanya akan bergerak akibat indikator yang lebih terukur dibandingkan dengan cuitan beberapa pihak. Saat harga Bitcoin meroket, Indeks Bloomberg Dollar Spot mencatat koreksi 5,5 persen, cukup besar bagi mata uang sekelas dolar Amerika Serikat. Namun, koreksi lebih besar terjadi pada Bitcoin pada medio April dengan koreksi hampir separuhnya. Hasil riset Bank of America Corp. menunjukkan bahwa Bitcoin volatilitasnya nyaris empat kali dibandingkan dengan real Brasil dan lira Turki.

“Bitcoin menambah volatilitas ekstra,” ujar Chief Market Strategist Bannockburn Global Forex, Marc Chandler.

Dia menganggap Bitcoin tak cocok bagi negara yang mencari kestabilan. Dia menganggap langkah beberapa negara mengaitkan mata uang negaranya pada mata uang lainnya karena melindungi risiko dari gejolak pada mata uangnya sendiri. Dengan demikian, bila menambahnya dengan Bitcoin hanya menambah beban risiko.

Beberapa negara seperti Haiti, Guatemala, Sudan Selatan dan Liberia menyatakan siap memberikan kesempatan bagi Bitcoin sebagai salah satu alat untuk melakukan remitansi dan inklusi keuangan. Hal itu disebutkan oleh Kepala Riset Ekuitas Tellimer Ltd., Rahul Shah. Sementara itu, El Salvador yang ekonominya berbasis dolar Amerika Serikat menyatakan siap mengurangi depedensinya terhadap greenback melalui adopsi Bitcoin.


Sumber : Bisnisindonesia.id

0
410
2
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan