Di era teknologi informasi secepat ini, informasi yang dari sumber-sumber media begitu banyak menghiasi gadget manusia. Coba bayangkan dengan begitu banyaknya informasi yang selalu update setiap harinya, otak manusia bisa benar-benar menjadi ruwet karena memikirkannya, entah dengan sengaja atau tidak. Ditambah lagi dengan teknologi cache yang semakin berkembang sehingga bisa mengidentifikasi user terhadap kebutuhannya dan kesenangannya.

Privasi bukanlah hal yang penting lagi bagi beberapa orang, apalagi teruntuk orang yang merasa bahwa dia bukan siapa-siapa, mungkin selama tidak ada aib yang keluar ke tetangga mereka akan baik-baik saja, ya sering kali tetangga lah yang lebih banyak mengomentari. YA, kita menjadi terkotakkan di dunia ini karena sekarang kita mengandalkan informasi yang terkotakkan. 

Cache sendiri adalah data yang bersifat sementara yang disimpan pada penyimpanan internal smartphone atau laptop. Data ini mencatat semua aktivitas pada aplikasi yang kita gunakan. Itulah sebab kenapa iklan selalu muncul dengan apa yang kita pikirkan, atau ketika mengetik pencarian di google, bahkan isi keseluruhan konten media sosial di akun kita.

Pada akhirnya, seluruh isi konten yang kita lihat sehari-hari hanya berkutat di titik tertentu. Dan lebih bahayanya lagi, pemikiran kita akan terbentuk secara kaku. Karena ketika kita menyukai kubu cendol, maka kubu bata adalah kubu yang buruk, konten yang kita lihat hanya tentang kebaikan cendol sedangkan kubu bata selalu muncul di berita negatif. 

Saat ini kita terjebak pada opini pribadi yang sudah terbentuk karena kumpulan informasi yang tidak luas lagi karena semua hal, sumber yang kita pegang sedikit demi sedikit menggiring opini kita untuk menjadi fanatik terhadap satu titik hal.  Padahal ada banyak lagi yang bisa dipelajari dan dilihat daripada sekedar apa yang ingin kita lihat.

Sebagai manusia yang memiliki logika dan berpikir dengan bebas, seringkali informasi terbaru menjadi buronan yang dicari, katanya gak update jika gak tau banyak hal di hari ini. 

Tentu ini adalah kaidah yang selalu terus terdengar. Tapi ada satu kaidah lagi dimana kita melihat siapa yang menyampaikan, baru bisa melihat apa yang di sampaikannya. Dalam islam memang kita harus menerima kebenaran dari siapapun tidak peduli siapa yang menyampaikannya.

Tapi kaidah pertama “Lihatlah apa yang disampaikan, dan jangan melihat siapa yang menyampaikan.” hanya bisa di terima jika kita pendengar atau pembaca sudah mengetahui kebenaran akan apa yang di sampaikannya. Jika tidak mengetahui, maka harus memikirkannya kembali dan mencari sumber lain untuk menghindari kesalahan dan menemukan sudut pandang kebenaran lain.

Contoh saja sebuah kebenaran mutlak dimana 1+1 samadengan 2. Meskipun dikatakan oleh orang paling bodoh sekalipun. Itu tidak akan membuatnya salah. Tapi hal itu berbeda jika kita hanya percaya dengan orangnya, tidak peduli dan tidak tau pasti apa yang di katakan itu benar atau salah.

Dalam kaidah kedua, kita harus mengetahui siapa yang menyampaikan sebelum menerima apa yang dikatakan. Karena setiap orang bisa mengeluarkan pendapatnya. Tapi kebenaran dengan apa yang ia ucapkan perlu di pelajari lagi, di bandingkan dengan sumber lain. Tentu dalam mengakses sebuah berita kita pasti mencari situs yang sudah terpercaya sebelum melihat isinya, begitu juga serapan sebuah ilmu. Harus memiliki sumber dan informasi yang jelas sebelum menganggap ilmu itu benar dan bisa di pertanggung jawabkan.

Ya, sumber memang menentukan semuanya, meskipun tidak segalanya.

Terima kasih telah membaca. Jika ada yang kurang mari tulis di kolom komentar dan jangan lupa lempar cendol.

Keseluruhan isi tulisan adalah opini pribadi.