Siapa yang tidak tahu dengan pemgemis, mereka dikenal sebagai peminta-minta di jalan, menjual rasa iba dari orang yang lewat. Walau terkadang mereka yang mengemis bisa saja hidupnya lebih kaya dari yang memberi, tapi itulah kehidupan pengemis kini sudah menjadi profesi.

Tidak ada yang bisa disalahkan, semua karena rasa iba melihat orang lain hidupnya terlunta dijalan hati tergerak untuk memberi. Begitu juga pengemis, mereka sudah tak mungkin mencari kerja layak ijazah tak ada, hidup pun sengaja menggelandang cara cepat cari uang kalau tidak menjual harga diri menjadi pramu syahwat ya menjual belas kasih orang-orang yang lalu lalang.





Ada yang pengemis terpaksa dan ada yang pengemis karena sudah menjadi profesi, maka banyak kita temui mereka yang pura-pura cacat, atau memang cacat beneran hampir tidak bisa dibedakan. Pakaian lusuh dan compang camping, terkadang membawa anak kecil agar rasa iba semakin membawa pundi-pundi rezeki bagi mereka.

Namun kamu tahu ga sih, nama pengemis itu asalnya dari mana?

Kisah ini berawal dari Raja-Raja Mataram yang suka bersedekah hingga Kasunanan Surakarta, yang rajin bersedekah kepada mereka yang tidak mampu setiap hari kamis.



Bentuk dermawannya para raja itu tercatat di surat kabar Bromartani, kebetulan saat itu pembagian uang koin dilakukan oleh Sunan Pakubuwono X di tahun 1895. Kebiasaan Sunan yang bersedekah di hari kamis itu membuat istilah baru bagi mereka yang menerima sedekah.

Bagi seorang raja atau pemimpin bila melihat rakyatnya sakit ia juga merasakan sakit, bila rakyatnya susah ia pun merasakan penderitaan rakyatnya. Maka sedekah adalah bentuk kepedulian sang Raja kepada rakyat yang ia pimpin, tanpa adanya rakyat pemimpin tentu tidak akan ada pengikutnya.





Kegiatan bersedekah di hari kamis itupun rutin dilakukan, dan banyak rakyat yang tidak mampu berbondong-bondong datang untuk mendapatkan berkah dari sang Sunan.

Maka mereka ini disebut "Wong Kemisan" alias wong ngemis dan berjalannya waktu dan berubahnya zaman kata-kata itu diserap dalam bahasa Indonesia dengan nama Pengemis.





Namun sekarang pengemis itu menjadi urusan dinas sosial, dibawah naungan menteri sosial. Sayang karena banyak yang menjadikan pengemis itu profesi bukan karena terpaksa dan tak ada kekuatan lain selain mengemis, banyak pengemis yang kabur ketika satpol PP datang karena pada dasarnya mereka banyak yang mendulang rezeki dari menjadi pengemis hingga bisa mempunyai rumah, mobil dan harta benda lainnya hanya dengan menjadi pengemis.



Walaupun terkesan mengada-ngada tapi ternyata hal itu fakta, maka tak heran mental-mental pengemis ini sebenarnya sudah menjamur hingga dikalangan mereka yang punya pangkat dan jabatan.

Mau urusan beres!! Tawar menawar harga pas tancap gas.



Terima kasih yang sudah membaca thread ini sampai akhir, semoga bermanfaat, tetap sehat dan merdeka. See u next thread.





"Nikmati Membaca Dengan Santuy"
--------------------------------------
Tulisan : c4punk@2021
referensi : klik
Pic : google