Angka tiga dianggap sebagai angka keberuntungan dalam budaya Tionghoa. Alasannya dianggap demikian adalah karena kata untuk tiga terdengar sangat mirip dengan kata untuk hidup. Hal ini sangat bertentangan dengan tradisi barat yang memiliki pepatah seperti "pesona kali ketiga", yang mengemukakan gagasan bahwa angka tiga sebenarnya adalah keberuntungan.

Kebanyakan warna yang dapat dilihat manusia dapat dibuat dari kombinasi tiga warna saja. Dalam hal ini, warna-warna tersebut disebut warna primer. Warna primer yang berbeda digunakan untuk tujuan yang berbeda. Saat Anda mencampur cat, Anda dapat memperoleh hampir semua warna dengan mencampurkan pigmen biru , kuning , dan merah. Di sisi lain, semua warna di TV Anda terdiri dari kombinasi merah, hijau, dan biru.

Dianggap tidak beruntung untuk menyalakan tiga batang rokok dengan korek api yang sama. Asal mula takhayul ini sangat bervariasi, tetapi sumber yang paling umum mungkin berasal dari Perang Dunia I. Menurut ceritanya, jika seorang penembak jitu melihat seorang tentara di parit dan menyalakan rokok, dia akan diberi tahu. Pada saat rokok kedua menyala, dia telah mengarahkan senapan snipernya. Orang ketiga yang menyalakan rokoknya akan ditembak, karena penembak jitu memiliki cukup waktu untuk bersiap. Apakah ini benar atau tidak, takhayul telah melekat.

Istilah "hat-trick" digunakan dalam banyak olahraga yang berbeda, dengan arti masing-masing memiliki hubungan dengan angka tiga. Dalam kriket, misalnya, seorang pemain bowling telah mencapai hat-trick jika mereka melempar (melepaskan dari permainan) tiga pemukul dalam tiga lemparan berturut-turut. Dalam sepak bola dan hoki, hat-trick adalah saat seorang pemain mencetak tiga gol.

Dalam mitologi Norse, dikatakan bahwa akan ada tiga musim dingin yang sangat keras berturut-turut menjelang Ragnarok. Ragnarok dikatakan sebagai periode ketika pertarungan hebat terjadi yang mengubah bentuk dunia selamanya, di mana dewa utama Norse semuanya binasa dan dunia diciptakan kembali.