Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ningdidienAvatar border
TS
ningdidien
Refleksi Hari Kartini saat Pandemi Corona di Bumi Pertiwi

Refleksi Hari Kartini saat Pandemi Corona di Bumi PertiwiGambar Google

Tak ada Ceremonial untuk Perayaan Hari Kartini di tengah Pandemi



"Habis Gelap Terbitlah Terang"

Merupakan judul buku dari cita-cita Kartini untuk memperjuangkan emansipasi wanita pribumi. Buku tersebut merupakan kumpulan dari surat-surat Kartini kepada sahabat penanya RM Abendanon terkait berbagai masalah di nusantara khususnya di Jawa.
R.A Kartini ingin merubah pemikiran masyarakat akan adanya tradisi-tradisi yang dirasa menindas kaum perempuan dari segi pemikiran seperti adanya tradisi fuedal, pernikahan paksa, poligami, bahkan pembatasan pendidikan untuk perempuan. Dari buah pemikiran Kartini itulah menjadi cikal bakal emansipasi wanita hingga berdirinya Yayasan Kartini untuk wanita pribumi.


Kartini menjadi sosok penting dalam emansipasi wanita Indonesia. Oleh karenanya dikeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia no.18 tahun 1964 yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional dan hari lahirnya tanggal 21 April diperingati sebagai hari Kartini. Sejak ketetapan inilah kita mengenal adanya Hari Kartini sebagai wujud penghargaan atas jasa-jasa RA kartini yang memperjuangkan kesetaraan gender di Indonesia.


Berkat adanya kesetaraan gender itulah kaum wanita di Indonsia bisa mengenyam namanya pendidikan. Melakoni kehidupan tanpa adanya batasan jenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Bahkan TS pun merasakannya. Bisa bebas beraktivitas di luar rumah, bersekolah, hingga bekerja setara dengan kaum pria.
Bahkan di usia yang lebih dari usia perjodohan RA Kartini, TS masih bisa bebas memilih pasangan hidup tanpa bayang-bayang adanya perjodohan pun dengan namanya pingitan.
Memang sepantasnya kita patut mengapresiasi keputusan Presiden Soekarno dalam menetapkan Hari Kartini untuk mengenang perjuangan Ibu Kartini.


Refleksi Hari Kartini saat Pandemi Corona di Bumi Pertiwi Doc.Pri/Dien


Semangat Kartini Masa Kini dalam Menghadapi Pandemi Covid-19


Memenuhi anjuran pemerintah untuk beraktivitas di rumah mengingatkan kembali pada ranah kerja perempuan yang identik dengan sumur, dapur, dan kasur. Namun keharusan untuk tetap di rumah pada masa pandemi tentu berbeda dengan era Kartini. Di era Kartini kehidupan perempuan setelah usia 12 tahun tidak lepas dari namanya rumah karena harus dipingit hingga ada pria yang melamarnya. Tradisi tersebut kemudian menciptakan mainset tentang ranah kerja perempuan yang diidentikan sebagai ibu rumah tangga.


Sedangkan di masa pandemi ini keharusan di rumah berlaku untuk semua dan tidak membatasi kaum wanita untuk tetap berkarya. Seperti halnya RA Kartini dalam pingitan yang terus mengasah kemampuannya, Kartini-kartini masa kini pun semakin meningkatkan kualitas dirinya dengan diberlakukannya bekerja dari rumah. Seperti mendalami peran sebagai seorang guru, seorang ibu, seorang juru masak, pun seorang dokter bagi keluarga.


Refleksi Hari Kartini saat Pandemi Corona di Bumi Pertiwi Doc.Pri/Ning


Jika sebelumnya akhir bulan April merupakan hari-hari yang penuh dengan agenda kaum wanita. Bahkan di 10 hari terakhir bulan April merupakan moment yang ditunggu bagi kaum perempuan untuk mengadakan berbagai kegiatan keputrian, seperti lomba memasak, merias, bernyanyi, peragaan busana, dan banyak perlombahan yang sengaja diadakan untuk memperingati Hari Kartini dengan pakaian khas Kartini, kebaya.


Berbeda dengan tahun ini, hingga detik ini tidak ada kegiatan khusus yang diadakan untuk peringatan hari Kartini. Namun justru saat inilah refleksi dari semangat perjuangan RA Kartini menyuarakan gender itu nyata.


Dimana kaum perempuan bergerak menunjukkan kualitas dirinya dalam penanganan pandemi. Berbagai peran diambil untuk turut serta menyuarakan kepekaan dalam masyarakat. Mulai dari menyumbangkan makanan yang ia masak dengan tangannya sendiri, membagikan masker dari hasil kreasi jahitan tangannya, membuat desinfektan buah dari pengetahuannya, bahkan terjun langsung menjadi relawan membantu tenaga medis buah dari kasih sayang dan pengetahuannya. Semua itu merupakan refleksi dari semangat dan perjuangan kaum perempuan dalam menyuarakan kesetaraan.


Refleksi Hari Kartini saat Pandemi Corona di Bumi Pertiwi Doc.pri/Rain


Kemampuan itu semua tentunya tidak lepas dari pemikiran ibu Kartini yang menginginkan kaumnya menikmati kesetaraan tanpa adanya batasan jenis kelamin laki-laki maupun perempuan, utamanya dalam hal pengetahuan. Pemikiran Kartini memang membawa dampak besar bagi kehidupan perempuan di Indonesia. Berkat adanya emansipasi wanita di negeri ini ita mengenal peran lain dari perempuan, bahkan tidak jarang pula kita dapati istilah Wanita Karir buah dari kebebasan perempuan dalam berkarya.


Pemikiran Kartini memang membawa dampak besar bagi kehidupan perempuan di Indonesia. Berkat pemikirannya kaum perempuan bisa menyuarakan hak-hak perempuan dan mengenyam pendidikan untuk memperoleh kesetaraan. Bahkan ketika dunia sedang dihebohkan oleh sebuah wabah yang menjangkit lebih dari 2 juta jiwa, perempuan pun turut andil dalam penanganannya, tak jarang pula diantara mereka harus mengorbankan nayawa dalam perjuangannya. Tentunya ini semua tak lepas dari namanya kesetaraan.


Refleksi Hari Kartini saat Pandemi Corona di Bumi Pertiwi Doc.pri/Ning


Kartini masa kini tak lagi dipingit, namun semangat juangnya setinggi langit...
Kartini masa kini tak harus berkebaya, namun semangatnya tetap menggelora...
Kartini masa kini mengenal sekolah hingga pengetahuannya menembus cakrawala...
Kartini masa kini turut andil dalam penanggulangan pandemi covid 19, karena rasa kemanusiaan yang tergugah!


Mumpung masih di bulan April, yuk berbagi pengalaman terkait Hari Kartini
nona212
somplaktajir13
tien212700
tien212700 dan 42 lainnya memberi reputasi
43
1.7K
66
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan